Aku

277 16 10
                                    

PROLOG

Namaku Hanna Syarif. Sejak kecil aku sudah menjadi anak yatim piatu. Ayahku meninggal saat aku berusia tujuh bulan dalam kandungan. Tak cukup itu saja, ibuku pun ikut menyusul ayahku menuju ke surga saat melahirkan ku. Dan kenyataannya hingga sekarang aku memang anak yatim piatu. Syukurlah ada paman dan Budeku yang sukarela merawatku hingga saat ini.
Ini kisahku kisah perjalanan panjang didunia yang kurasa tak adil bagiku. Didunia fana yang menjerumuskanku. Karena kasih sayang yang kurang. Karena kehidupan yang keras tak sebanding dengan semua yang dimiliki anak anak pada umumnya.
Aku tumbuh besar dengan didikan kasar,keras yang hanya mementingkan kehidupan finansial. Aku dipaksa mengeluarkan tenaga full karena memang aku disini numpang.
Untuk membalas budi pada pakdhe dan budheku yang sudah merawatku, aku tak pernah membantah apapun yang mereka kehendaki untukku.
Tentang agama tak menjadi prioritas keluarga ini. Pakdhe dan budhe tak percaya akan semua itu.
Terpengaruhlah aku dengan semua kehidupan orang awam yang masih terlalu mengesampingkan soal agama. 

Sejak Kecil aku sudah dilatih mandiri. Jam 03.00 Wib aku sudah dibangunkan untuk ikut jualan paman dipasar. Jarak yang kami tempuh cukup jauh tak jarang kadang aku harus bangun lebih awal lagi, sekitar pukul 01.00 untuk mengantisipasi hal hal yang tak terduga diperjalanan.
Pulang dari pasar aku harus segera membantu budhe memasak untuk dijual di perisimpangan jalan raya didaerahku. Setalah itu aku harus bersiap untuk mandi dan pergi kesekolah.
Disekolah aku tak sekedar menuntut ilmu. Aku menyambi dengan berjualan kudapan manis yang dibuat oleh budheku. Karena bagi budheku waktu adalah uang. Budheku tak mau rugi waktu dan materi sedikitpun. Uang jajan ku pun terrgantung dari pengahasilanku menujual kudapan disekolah.
Kahidupan monotom ini terus berjalan dari Sekolah Dasar..Sekolah Menengah Pertama Hingga aku memasuki jenjang Sekolah Menengah Atas.

.
.
Bunga bunga cinta dan masa pubertasku memasuki puncak saat aku duduk dikelas XI SMA.
Saat ini aku mulai memperbaiki penampilanku. Aku tak terlalu jelek dari segi fisik. Tubuhku berisi.. rambutku selalu ku kuncir seadanya dengan panjang yang menjulur hingga melebihi pundakku.
Aku mulai menjadi sosok incaran para cowok dari yang biasa saja sampai yang paling cool di sekolah ini.
Disini aku punya teman dekat dua orang cewek dari kecil memang sudah menjadi temanku. Nama mereka Laras dan Farah. Kami semua sama sama korban dari simpang siur perekonomian yang lumayan sulit.. karena aku dan kebanyakan orang disini bukan penduduk asli.. melainkan orang yang sedang transmigrasi. Hingga sangat trend disini berbagai macam corak budaya..kehidupan keras.. semua bercampur baur menjadi satu didaerah imigrasi yang saat ini kutempati.

Siang hari ini disekolah yang sangat panas dan membosankan. Aku sedang duduk sendiri seraya membereskan sisa jualan kudapan manis. Tak jauh berbeda dari hari hari sebelumnya. Aku selalu sukses menjual ludes kudapan manis buatan bibiku. Karena semua inilah penentu hidupku. Dari segenggam uang receh hingga tumupak uang kertas mampu kubawa pulang dengan penuh rasa gembira.

"Hayeo.. Han..? Udah habis saja jualan kau ini..?"

Gertak Farah teman karibku yang selalu membuatku merasa ilfieel karena gaya bahasa dan logat orang melayu kemedan medanan nya yang sangat unik.

"Iya nih.. udah habis. Siapa dulu dong Hanna gitu looh"

Tambahku lagi tak mau kalah dengan Farah yang menyebalkan.

"Sukses ya Han.. semoga aja bisa menghantarkan kamu ke gerbang pintu masa depan yang cuerah gitu loh"

Ucapan yang selalu sok puitis dan religius dari Laras membuatku hanya bergidik tak faham dengan apa yang selalu ia ucapkan. Laras memang asli turunan kejawen. Bahkan mungkin konon ceritanya.. Laras ini masih keturunan darah biru. Hingga aku sendiri ikutan membiru saat Laras mulai berceloteh dengan imajinasinya yang tak masuk akal.

Sayap KananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang