Kefatalan cinta pertama akan membuat hatimu lebih takut bertahap percaya pada cinta berikutnya.
.
.
Liburan akhir sekolah sudah berjalan beberapa hari. Aku dan Husnul mulai jenuh menghabiskan waktu dirumah. Sementara Laras pergi ke kraton Solo berlibur kerumah sang nenek. Farah..? Kalian tentu bertanya dimana keberadaan gadis berlogat bahasa medan melayu itu.Farah saat ini sedang menuju kerumahku. Husnul memberi tahuku kalau kami bertiga akan pergi ke suatu danau didesa sebelah.
"Kok luama buanget to yoo si Farah ini.. mesti ndak tau on time"
Cerosoku penuh riak karena geram menunggu kedatangan Farah.
"Sabar aja Han.. bentar lagi"
Sahut Husnul menenangkanku yang sudah hampir meletup karena gerah dengan pakaian seperti ini. Ah.. ini pertama kalinya aku keluar memakai jilbab. Potongan kain aneh yang harus menutup kepalaku saat suasana panas seperti ini.
"Bentar...bentar.. dari tadi udah hampir dua jam kita nunggu. Sumpek aku.. panas... sumuk banget pake ini kerudung..!!"
Aku frustasi dan mengacak seluruh dandanan yang telah dipakaikan Husnul padaku.
"Eh.. Astagfirullah Hanna..!! Itu ntar rusak semua loh.. kamu itu gimana sih.. sini aku benerin.."
"Panas Null.. gerah.. ongkep"
Aku ingin memberontak dari perlakuan Husnul. Tapi seperti biasa.. Husnul yang cengeng mampu mengalahkan diriku sendiri.
"Udah diem.. nah.. gini kan cantik. Pakai hijab itu biar terjaga dari pandangan yang tak sepantasnya Han.. lagi pula kamu juga sudah baligh kan.."
Apa..? Kalimat terakhir yang terucap oleh Husnul sempat membuat kupingku terngiang ngiang. Mengingat semua pelajaran PAI disekolah dulu, soal kewajiban menutup aurat bagi wanita yang sudah baligh. Tunggu..! Sudah baligh berarti sudah menstrusi. Sementara aku..? Selama ini belum pernah merasakan apa yang namanya menstruasi itu. Dan tak ada yang tau soal ini selain diriku sendiri. Sempat dulu Farah curiga kalau aku ini tak normal. Tapi penilain itu semua terhenti dan terganti karena Farah menganggap aku sudah normal karena sudah mau menjalin hubungan selama enam bulan lebih dengan Bagus.
Suara montor yang tenang tanpa menimbulkan asap terdengar aneh oleh telingaku dan Husnul. Ternyata.. Farah dari kejauhan yang sedang menaiki montor itu.
"Haeiyo kawan kawan..!! Jomp lah berangkat. ."
Sapa Farah padaku dan Husnul tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Modelmu Far.. dari mana aja kamu itu..!! Wes dua jam aku sama Husnul itu nugguin kamu. Jan ndak rumongso belas.."
"Udah.. udah jangan pada berantem. Far.. montor kamu baru ya..?" Tanya Husnul pada Farah.
"Iya lah.. bapak awak yang belikan. Bagus tak.. bagus kan..? Ini keluaran terbaru. Senang kali hatiku.. kalian bakal aku bonceng ke danau.. jomp lah naik.."
Jelas Farah langsung disusul Husnul yang menaiki montornya. Aku lantas bingung sendiri. Masak iya montor satu dinaiki tiga orang...?
"Ayoklah Han.. tak payah bengong kau nii.."
"Mosok iyo kita boncengan bertiga ngono..?!" Aku terheran namun terpaksa naik juga.
Sepanjang perjalanan Farah masih cekikikan sendiri entah membahas apa sama Husnul. Yang jelas aku tak begitu mendengar percakapan mereka. Hingga jarak kurang lebih dua ratus meter dari danau, tiba tiba montor Farah berhenti karena dihadang oleh motor gede yang dinaiki oleh seorang cowok yang misterius menurutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Kanan
No FicciónBagaimana bila engkau dihadapkan pada dua pilihan yang sama sekali tak mendatangkan kebahagiaan bagimu..? Bagaimana engkau memposisikan dirimu seorang wanita yang utuh hanya dari pandangan fisik...? Bagaimana engkau bertahan dalam keterpaksaan hingg...