Bentet

28 7 7
                                    

Sejuta kata maaf terasa kan percuma
S'bab rasa ku tlah mati untuk menyadarinya

.
.
Hari demi hari berjalan semakin sepi.. terasa ada yang hilang memang. Saat perlahan benturan persahabatan kami semakin nampak tak bisa dibenahi.

Hingga tiba ujian akhir sekolah semester dua telah selesai. Jangan tanya lagi siapa kah dalang semua ini. Tentunya karena kesalah fahamanlah yang mengekibatkan aku tak mampu mengungkap sisi kebenaran yang sesungguhnya.

Laras semakin ambisius dalam segala hal. Farah semakin tak terkontrol dengan makna persahabatan sesungguhnya. Aku.. bagaimana dengan aku..?
Tentunya berjalan mengikuti proses kehidupan yang semakin menantang. Bagus.. tetap menjadi posisi terindah dalam hatiku.

Kali ini pengambilan raport disekolah. Disertai pengumuman kelulusan anak kelas XII.
Wajah wajah tegang seluruhnya terlihat jelas di pagi ini.
Aku yang datang bersama Khusnul dengan membawa kudapan yang jumlahnya lumayan sedikit kali ini. Karena Budhe Maryam sakit, akhirnya hanya seadanya saja yang mampu kubuat dan akan kujual disekolah hari ini.

"Han.. aku takut kalau nanti nilai aku banyak yang turun..". Tutur Khusnul masih dengan kecemasan hatinya.

"Ndak..!! Do'a aja yo.. yakin kalau ndak akan jeblok.. wes kamu buruan masuk ke kelas mu.. aku mau kesana ketemu Farah dulu"

Khusnul berlalu meninggalkan ku untuk menuju kelasnya. Sementara aku tetap berjalan menyusuri setiap jengkal kaki menapak. Aku sudah besar.. aku akan segera naik kelas tiga.. bagaimana dengan Bagus setelah ini..? Ah.. suara batinku selalu menyerang logikaku untuk berfikir keras akan kekhawatiran yang akan terjadi setelah ini.

"Far.. kenapa ndak masuk ke kelas to..?" Tanyaku pada Farah yang tengah tertegun ditaman sekolah.

"Tak.." Jawab singat Farah.

"Ndak biasanya kamu kayak gini Far..? Ada apa to..? Mbok yoa cerito sama aku".

"Mamak dan Bapak aku.. tak nak jumpa kak sini.. macam mana laporan nilaiku nanti .." Jelas Farah lagi dengan sedih.

"Woalah.. ndak apa Far.. aku yo sama kok kayak kamu. Nanti melu aku langsung ke wali kelas saja menjelaskan yo.. punyaku sama Khusnul juga ndak ada yang jupok"

"Iya kah..?! Mana Budhe dan Pakdhe mu.. mas mu pula..?"

"Budhe saket.. Pakdhe banyak kerjaan sama mas Ridwan"

"Iya lah.. eh Han.. tau tak kau kalau Laras tuh sebenarnya suka sama Bagus.."

"Iyo tau aku.. trus gimana lagi to.. aku harus gimana kalau Bagus sreg nya itu sama aku Far.."

"Iya lah.. dah lah.. tak nak pikir tu sahabat bejat.. pening pala aku"

"Husss.. ndak boleh ngomong kayak gitu.. sepertinya yang dikelas udah selesai pembagian raport nya.. ke bu Uwik yuk.."

Ajakku pada Farah untuk kemudian menemui bu Uwik wali kelas kami.

"Assalamualaikum bu..". Sapa dan salam kami menimbulkan toleh pada Bu Uwik.

"Waalaikumsallam Hanna.. Farah.. masuk nak". Suruh Bu Uwik pada Kami.

"Ini kenapa wali kalian tidak hadir ke sekolah..?"

"Maaf buk.. Budhe saya saket.. Pakdhe juga pas lagi buanyak kerjaan sama Mas Ridwan.."

"Oo..." Manggut manggut seraya menanyai Farah "lantas kalau Farah.. mana orangtua mu..?"

"Maaf lah bu.. Mamak dan Bapak tak nak pergi kek sini.. malu lah katanya nak lihat nilak awak nii yang buruk.." Jelas Farah pasrah.

Memang untuk pelajaran sekolah Farah tak pernah mendapat nilai yang baik. Mungkin kali ini orang tuanya sudah lelah menahan malu karena ulah Farah yang sulit sekali memperbaiki nilainya.

"Trus kalian menemui ibuk.. mau apa..?"

"Kami mau melihat saja bu.. kalaupun boleh sekalian kami ambil raport kami"

"Hanna..Farah.. tapi maaf ..! kalau diambil tanpa orangtua kalian. Ibuk tidak bisa memberikannya. Bisa bisa ibu dapat peringatan keras dari pak kepsek"

"Tak apa bu Uwik.. Nak tengok sajalah bu.."

"Iya bu.. saya juga ndak apa kok kalau emang ndak boleh dibawa pulang rapor nya."

Akhirnya Bu Uwik memberikan raport kami. Syukurlah.. nilai tetap berada pada rangking teratas di sekolah ini. Sementara Farah hanya terdiam dan tak menampik kalau banyak sekali remidial dan catatan untuk naik ke kelas tiga.

"Udah bu.. ini raport nya.. terimakasih bu Uwik.. kami keluar dulu bu.. Assalamualaikum"

Lanjutku menyerahkan raport setelah selesai melihatnya bersama Farah.

"Iya.. Waalaikumsallam"

Kami berjalan dengan langkah yang ringan. Hingga kami bertemu Laras yang sedang duduk dibawah taman bersama Bagus. Ah...!! Hatiku mengapa sedikit gerah melihat keduanya. Mengapa jadi kaku gini.

"Loh.. macam mana pula kau Ras...kau berdua duan bersama Bagus.. sampai hati kali kau menyakiti Hanna"

Gertak Farah merasa tak suka dengan pemandangan saat ini.
Bagus pun mulai berdiri dan menjelaskan.

"Far.. jangan kek gini donk..! Jangan buat onar deh.. aku bisa jelasin semua Han.."

"Ndak usah.. aku biasa aja kok..! Orang aku kesini mau ambil kotak wadah kudapan ku tadi.. misi aku kesana dulu"

Aku berlalu meninggalkan mereka semua. Bagus lantas mengejarku dan memohon untuk semuanya.

"Han.. please jangan salah faham kek gini..tadi tuh aku ke taman buat cari kamu.. buat aku ajakin ngerayain kelulusan aku. Nah tiba disana ada Laras Han.. dia udah nangis tersedu karena hasil nilainya buruk.. "

Penjelasan Bagus tak membuatku menampik rasa sakit karena benturan perasaan dan persahabatan.

"Kalau emang bener kayak gitu.. trus kenopo pake meluk meluk gitu. Ndak ada cara lain selain kayak gitu.. kamu nyadar ndak to kamu itu nyakitin aku juga nyakitin si Laras.."

"Maksut kamu apaan Han.. aku tuh cuma sayang kamu. Nggak mungkin aku ada rasa sama Laras"

"Tapi Laras itu sebenarnya suka sama kamu. Kamu aja yang ndak nyadar. Wes lah.. kesel aku kayak ngene terus. Mending kita anu ae"

"Anu apa Han.. jangan gila deh kamu"

Bagus mulai menunjukkan urat marahnya setelah berdebat sengit denganku. Tiba tiba Khusnul datang lantas mencegah Bagus.

"Stop..!! Kak Bagus. Kamu nggak usah kasar ya sama Hanna.."

"Apa urusan lo.. jangan bilang lo juga suka sama gue ya.."

Bagus mulai berbicara yang semena mena. Aku tak tinggal diam dengan semua ini.

"Diam kabeh.. Bagus aku mau kamu pergi dari hidup aku"

Gertak ku tanpa pikir panjang mengusir Bagus dari pandanganku

"Maksut kamu apa sih Han.. aku nggak bisa buat lakuin itu.. please Han jangan kek gitu"

Bagus frustasi dan tetap berdiri mematung dihadapan kami.

"Ayoh Han.. kita pulang.. kita selesain semua urusan kita dengan Farah sama Laras"

Ajak Khusnul dengan menggelandang tanganku.
Saat itu juga Bagus nampak frustasi level akut dan yang benar saja... Bagus membongkar semuanya.




.
.
.
.
Kira kira apa yang akan dibongkar si Bagus ya🤔🤔 TBC..

Ciyeee penasaran.. oke akan aku lanjut setelah kalian beri🌟trus comment🖎✍ dibawah 👇 ttg semua kelanjutan ceritanya mau kayak apa .. tapi inget ikhlas loh ya ikhlas lillahi ta'ala untuk🌟✍

monggo tuangkan suara dan ide kalian. Siapa tau inspirasi kalian malah yang paling menggelegar daripada 'ain😁😂..

Endjup Mandja
Follow Ig: @nr_aini14
Follow Wattpad jg: nr_aini14

Buat yang mau curcol atau apa gitu sama aku.. bisa lewat message in wattpad ato Dm Ig aku
Insyallah bakalan aku ahlan wa sahlan dengan buaik🤗

Yuk nambah ukhuwah fillah yuk👐

Jazakallah Khairon Katsiron
Wassalamualaikum Warohmatullah🤗👐

Sayap KananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang