Orang yang telah lama bersama kita. Tak menjamin akan selalu ada.
🍁
Pagi itu aku terbangun matahari sudah menyapa tanpa ada suara ayam ataupun jam beker.Mata ku mulai menelisik semua sudut hutan yang terlihat jelas beda dari semalam. Vespa butut milik Dhuha sudah siap dengan gagahnya. Tapi dimana dia.
Astaga dia sedang berada di pucuk pohon yang bisa kusebut pohon kelapa. Dia sedang apa. Mengetahui ku yang sudah terbangun Dhuha lantas turun dengan belagak dinginnya.
"Udah bangun..?" Tanyanya.
"Loo bisa liat kan..?" Balasku.
"Cepet cuci muka.. elu ngga sholat subuh tadi.. dasar kebo dibangunin susah banget.."
"Maap.. eh elu ngapain naek ketas pohon..?"
"Ini nyari isi perut. Abis ini kita harus jalan lagi kan.."
Aku tak sampai mencerna panjang semua ucapannya. Tapi aku sedikit faham tentang daerah ini. Selesai mencuci muka aku lebih fresh dan lebih yakin lagi kalau ini bukan jalan pulang.
"Dhu.. dhuha.. tungguin gue.."
Aku berlari mengejar Dhuha yang sudah berjalan sambil meneteng vespa bututnya.
"Gendeng..!! Luu mau bunuh gue. Tungguen gue napa.. gue kan cewek. Gue udah ngga sanggup gue haus.." Cerocosku padanya.
Sejenak Dhuha berhenti lantas memberiku botol usang yang berisi air.
"Ini minum.. ini abisin."
Cleguk..cleguk..cleguk..!
"Buset.. ini kelapa muda enak banget. Makasih lo yaa.." Balasku.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan hingga terik memaksa kami untuk berhenti karena kelelahan.
Dhuha terdiam. Dia berjalanan tetap mencari sesuatu untuk bisa kami makan dan tentunya air untuk kami sholat dhuhur.
"Hah..!! Aku kesel..!! Aku mau pulang kerumah aja. Kenapa sih elu malah nyengsarain idup ku..?"
Teriakku tetap tak ada respon sama sekali oleh Dhuha.
Sampai akhirnya aku mengenang kejadian kelam dimasa laluku waktu berasama cowok bangsat Bagus Pramudya.
Ada rasa getir tersendiri saat membayangkan Dhuha ternyata melebihi Bagus. Dhuha ingin apa denganku. Apa sebenarnya yang dia mau.
Aku terdiam dan menangis. Kali ini aku benar-benar kehabisan akal. Aku membayangkan yang tidak-tidak. Semua benda dan apapun itu yang ada di pelataran ku, ku buang dan aku benar frustasi.
Dhuha kembali dengan banyak daun dan barang yang aku sendiri tak mampu menyebutkan secara detail. Dia melihatku dalam posisi gusar dan tak terarah.
Berjam jam lamanya dia sibuk dengan tumpukan kayu dan berbagai daun bahkan bisa kulihat ada sejinis ikan yang sudah dikupasi olehnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Kanan
No FicciónBagaimana bila engkau dihadapkan pada dua pilihan yang sama sekali tak mendatangkan kebahagiaan bagimu..? Bagaimana engkau memposisikan dirimu seorang wanita yang utuh hanya dari pandangan fisik...? Bagaimana engkau bertahan dalam keterpaksaan hingg...