Allah SWT berfirman:
وَلَا تَهِنُوْا وَ لَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
"Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 139)🍁
Jam pulang sekolah telah tiba. Aku bersemangat sekali untuk segera berkemas. Tak jauh neda dengan Farah dan Laras yang saat ini sedang merapikan beberapa buku untuk turut serta di masukkan dalam tas mereka.
"Han.. nanti awak pulang duluan yaa.. mau ambil transferan mamak kak bank kota" Ucap Farah sedikit datar.
"Iyo Far.. ndak opo kok.. aku kan juga selalu sama Husnul. Laras juga nanti kan sama Dhuha" Jawabku santai sambil keluar dari kelas.
"Emangnya kamu di transfer berapa to Far tiap bulannya..?" Tanya Laras lagi kepo.
"Tak payah tau lah kau..!! Dah ya.. aku ambil motor dulu..Assalamualaikum" Ujar Farah sambil berlari menuju parkiran.
Aku masih menunggu disekitaran tempat parkir sekolah. Ku lihat setiap sudut sekolah tapi mengapa tak kunjung kutemui batang idung si Husnul.
"Han.. kamu nyari siapa to..?" Tanya Laras padaku.
"Ooh itu anu Ras.. nyari Husnul kok lama banget belum keluar yo.." Jawabku sambil tetap menelisik sekitar sekolah.
"Woalah.. sama to berarti" Jawaban Laras membuatku bingung.
"Maksute..?" Tanya ku lagi bingung.
"Sama kayak si Dhuha belum ketok juga ee.. kan mereka sekelas to yaa.." Jelas Laras lagi datar.
Aku masih setia menunggu Husnul bersama Dhuha. Laras yang diam disampingku mulai berangan dan mencari inspirasi dengan hal konyol bin gilanya.
"Ras.. kamu ngapain to..?" Tanyaku gusar.
"Ndak ngopo Han.." Jawab Laras acuh.
"Hla kok mantengin.. ngelihatin daun kering pada jatuh gitu. Maksute opo yo..?" Tanyaku lagi bingung.
"Ini tuh lagi nyari inspirasi Han..melalui daun kering yang jatuh ini aku bisa membuat sebuah filosofi untuk bahan pelengkap kumpulan puisi ku" Jelas Laras mulai ngawur dan tak kuanggap.
Aku mulai jenuh dan bosan. Karena bagiku menunggu itu adalah definisi dari kata membosankan. Kulihat banyak sekali anak kelas XII-IPA 1 sudah keluar bahkan mulai habis tak tersisa, namun Husnul dan Dhuha belum juga kembali. Hal negatif mulai melayang dalam fikiranku saat kulihat dua orang tanpa berdosa itu tampak berjalan dengan pelan dan santainya sambil mengobrol.
"Eee.. Ras.. ras sinio to.. liat itu
.!! " Ucapku kesal melihat Husnul dan Dhuha."Ada apa to Han.. kenap..wealah ndak rumongso belas to yo ditungguin juga malah wenak enakan kayak gitu ee" Cerocos Laras menyambut mereka.
"Null..null..!! Kamu itu ndak tau apa to aku pegel nungguin kamu.. udah hampir sejam tau ndak.." Omel pada Husnul.
"Maafin aku ya Han.. soalnya tadi masih ada kuis sedikit." Balas Husnul sambil memegang tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayap Kanan
Não FicçãoBagaimana bila engkau dihadapkan pada dua pilihan yang sama sekali tak mendatangkan kebahagiaan bagimu..? Bagaimana engkau memposisikan dirimu seorang wanita yang utuh hanya dari pandangan fisik...? Bagaimana engkau bertahan dalam keterpaksaan hingg...