Lisa tersenyum. "Apa benar ini rumah Kim Hanbin?"
Yeoja itu mengangguk.
Lisa mendesah lebih lega.
"Bisa aku bertemu dengannya? Ada hal yang ingin aku bicarakan."
"Masuklah!"
Lisa mengangguk. Ia pun memasuki gerbang rumah itu.
Rumahnya sederhana, tapi kenapa Lisa merasa tempat ini sangatlah nyaman?
Di halaman depan terdapat bangku kotak dengan 2 ayunan, juga sebuah kolam ikan di sisinya. Di sekeliling rumah ini juga terdapat bunga matahari.
Tanpa sadar, yeoja cantik itu tersenyum. Bunga kesukaannya, tapi ia tak bisa menanamnya di sekitar rumah karena kakaknya alergi dengan bunga itu.
Lisa kemudian masuk ke dalam rumah bercat putih itu.
"Tunggu sebentar, aku panggil Hanbin oppa dulu."
"Arasho." Jawabnya.
Dalam hati, Lisa berfikir. Yeoja itu mirip wajahnya dengan Hanbin, apa mereka adalah saudara? Tapi, jika ia kenapa sifat keduanya sangat jauh berbeda? Yeoja itu manis, hangat. Sedangkan Hanbin? Ck. Namja itu dingin, sombong.
"Ada apa?"
Lisa reflex menoleh ke asal suara.
Suaranya dingin seakan mengusirku. Batin Lisa kesal.
"Kenapa kau pergi dari rumah sakit? Kau belum sembu---hmmmpt!!!"
***
Lisa berusaha melepas bekapan di bibirnya. Namja di depannya menariknya keluar rumah sembari membekapnya dengan kedua tangannya.
Memangnya ia apa, eoh?
"Lep-hash!" Lisa menghela nafas sebanyak-banyaknya ketika bekapan itu terlepas.
Ia melotot pada pelaku pembekapan. "Kau---"
"Ada apa?" Suara Hanbin terdengar santai dan hal itu membuat Lisa berdecak kesal.
"Kenapa kau menyeretku dan membekapku, hah?"
"Kenapa kau datang ke rumahku?"
Lisa terdiam. Benar. Lisa lupa bahwa ia kesini akan meminta maaf.
Harusnya ia yang meminta maaf padaku karena ia sudah membekap dan menyeretku tadi. Batinnya.
"Tentang kejadian kemarin, maaf."
Hanbin mengerenyit. Dahinya ia kerutkan. "Kau? Kesini hanya untuk meminta maaf?" Tanyanya tak percaya.
Yeoja sombong tak tahu norma itu meminta maaf padanya?
"Iya."
Hanbin mengangguk. "Aku maafkan." Ujarnya.
"Eh?"
Lisa memandangnya terkejut. Semudah itukah namja itu memaafkannya?
"Kenapa?" Tanya Hanbin bingung.
Lisa menggeleng. Dan ia tersenyum manis. "Terima kasih." Ujarnya tulus.
Ternyata, rasanya meminta maaf seperti ini.
Ternyata, rasanya dimaafkan seperti ini.
"Iya." Hanbin mengangguk. Lalu, matanya melihat sesuatu yang ganjil.
"Kenapa dengan kakimu?" Tanyanya.
Lisa tergagap. "O-oh, i-itu---"
"Kau kesini dengan heels? Kau bodoh atau apa?" Suara namja itu terdengar mengejek.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZESTFUL - HANLIS
Fiksi PenggemarHanbin bekerja dengan sangat semangat juga penuh gairah. Hal itu dirinya lakukan demi pengobatan adiknya yang sangat ia sayang. Tak pernah punya hati untuk para wanita yang ia layani. Lisa hobby menghambur-hamburkan uang dan suka memerintah kepada s...