"Semua masalah ini akan saya urus sendiri." Jawab Zulfi dingin dan meninggalkan ruangan tersebut. Membuat maya dan gita merasa kesal.
----
Mira pov
Aku pulang dari sekolah naik taxi dan gak ngangkat telfon Zulfi sama sekali. Hatiku terlanjur sakit melihat kejadian tadi. Aku sudah membuka hatiku untuknya, dan secara perlahan aku mulai menerimanya namun melihat kejadian tadi membuatku muak melihatnya. Walaupun barang-barangku ada di apartemen nya Zulfi, aku gak mau lagi ke sana. Satu hal yg pasti saat ini, aku rindu mama.
"Hallo ma, mama apa kabar?" tanyaku
"Mama baik sayang, tumben kamu nelfon duluan?" tanya mama heran, karena biasanya mama yg nelfon duluan.
"Aku kangen mama" Ntah kenapa di saat itu juga aku langsung menangis, aku menangis sejadi-jadinya hingga terdengar suara khawatir mama.
"Aku gak papa ma, boleh besok aku pindah ke LA untuk ketemu mama?" lanjutku saat sudah sedikit tenang.
"Kamu kenapa sayang? Iya boleh kok, nanti mama suruh Zulfi antar kamu ke bandara ya.." jawab mama.
"gak ma! aku mohon jangan bilang apa-apa ke Zulfi. Demi aku ma." mohon ku.
"baiklah sayang, mama bakal kasi tau papa untuk urus surat-surat pindah kamu, sekalian biar papmu yg pesanin tiket pesawat yah" jawab mama yg membuat hatiku sedikit tenang.
" Bilang papa juga ma, kalau aku gak mau sampai Zulfi tau aku pindah ke LA"
"iya sayang mama bakal bilang ama papa kamu." jawab mama
"Kalau gitu kamu istirahat ya sayang" lanjut mama lalu mematikan telfon nya.
----
Setelah menelfon mama aku meminta sahabat-sahabatku untuk datang ke rumah, karena aku bakal ngasi tau ke mereka kalau aku bakal pindah ke LA.
sekitar pukul 17.45 Maya dan Gita sampai di rumah, dan langsung menuju ke kamarku. Aku menceritakan semua yang aku lihat di dalam ruangan Zulfi tadi. Maya terlihat amat kesal mendengar ceritaku.
Maya dan Gita melarangku untuk pergi ke LA, tapi aku tetap ingin ke sana.
"Lo jaga diri di sana ya Ra." Ucap Maya dengan air mata yg udah mau tumpah.
"Ahhh jangan nagis dong, kalau kalian nangis gue bakalan nangis juga nih." Ucap Gita dan ikut berpelukan.
"Gue minta tolong banget sama lo berdua, kalau Zulfi nanya gue k mana, lo lo bilang aja gak tau ok." Kataku melepas pekukan kami bertiga.Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 Maya dan Gita memutuskan untuk menemaniku tidur malam ini, mereka juga tidak berniat masuk sekolah besok karena ingin mengantar ku ke airport.
Maya dan Gita juga membantuku untuk memasukkan baju-baju ku ke dalam koper, gak banyak sih yg aku bawa tapi mereka tetap membantuku berkemas. Selesai berkemas kita bertiga memutuskan untuk istirahat karena aku di pesankan papa tiket penerbangan pertama.
"Lo jangan lama-lama di sana Ra, kita bakal kesepian kalau gak ada lo di sini." Ucap gita sambil memegang tanganku.
"Iya gue gak lama kok, lulus dari high school gue bakal balik lagi ke sini."
"Makanya kalian tuh cari pacar biar gak kesepian" lanjutku mengejek mereka dan di jawab dengan wajah cemberutnya.------
Author pov
Di sisi lain Zulfi sedang menenangkan fikiran nya, ia menjadi Zulfi yg dulu lagi, Zulfi yg dingin dengan tatapan mata yg amat tajam dan mematikan bagi siapa saja yg lewat di depannya.
Zulfi sudah mengerahkan seluruh mata matanya untuk mencari wanitanya, namun hasilnya nihil.
Zulfi sudah hampir seminggu tidak bertemu dengan wanita yg di cintainya saat ini, teman-teman Mira pun enggan buka suara tentang keberadaan Mira. Mira bagaikan ditelan bumi semenjak kejadian di ruangan tersebut.
Zulfi sudah tidak lagi mengajar di sekolah miliknya. Sekarang Zulfi kembali ke perusahaan nya, Zulfi pun kembali pada kebiasaannya yang dulu. Hampir setiap malam dalam minggu ini berada di dalam klub, minum sampai tak sadarkan diri, dan kadang berakhir dengan wanita-wanita lajang.
Austin lah yg selalu menjaganya Zulfi dari wanita-wanita lajang di klub yg siap menerkam Zulfi kapan saja.
-----
Sedangkan Mira yang ada di LA merasa bosan di kamar dari awal sampai LA sampai hari ini. Mira tidak dapat keluar rumah karena papanya bilang kalau banyak anak buah Zulfi berkeliaran mencarinya.
Mira hanya bisa mengetahui keadaan Zulfi dari sahabat-sahabatnya dan Ryan, bartender di klub yg biasanya Zulfi datangi.
Beberapa hari setelah kepergian Mira ke LA, Mira hanya berkomunikasi lewat Skype dengan teman-temannya hanya untuk menanyakan keadaan Zulfi.
"Gimana keadaannya?" Itu adalah pertanyaan pertama yg selalu dia tanyakan kepada sahabatnya Maya.
"Dia udah gila sekarang Ra.!!" Jawab Maya selalu
"Andai lo tau aja, kemaren gue sama Maya ke klub biasa, eh pas kita masuk kita liat Zulfi sama cowok ganteng. Zulfi udah terlalu mabuk sampai tak sadarkan diri." Cerita Maya."Masa sih? Cowo ganteng siapa?" Tanya Mira penasaran.
"Namanya Austin Ra."
"Oohh, itu asisten nya Zulfi di kantor. Lanjutin ceritanyaa" lanjut mira penasaran.
"Karena ketampanan dan kekayaan Zulfi banyak jalang yg siap menerjang Zulfi kapan aja di sana Ra!!! Karena gue gak tega liat nya, jadi gue sama Gita nolongin tuh asisten Zulfi. Kita bantu angkat Zulfi ke mobil, terus si Austin bilang thank's dan ngasi gue kartu namanya. Dia banyak tanya tentang lo Ra, dan gue jawab semuanya kecuali ngasi tau lo di mana sekarang." Jawab Maya panjang lebar.
"Apa Zulfi tiap malam ke sana May?" Tanya Mira,
"Gue kurang tau Ra, coba lo tanya aja ama Ryan" saran Maya.
"Kemaren gue ada nanya ke Ryan, Ryan bilang Zulfi sering ngabisin malam bareng jalang-jalang di sana May, jujur gue sedih banget, gue nyesel pernah kenal dia, gue juga nyesel mau aja di jodohin sama dia. Dia udah gak perjaka lagi, sedangkan gue ngejaga banget badan gue dari cowok-cowok kaya dia." Ucap Mira sambil sesegukan.
"Udah Ra, lo pasti bisa lupain dia. Di sini gue ama Gita bakal ngedukung lo kok" Jawab Maya menguatkan Mira.
"Gue kangen kalian huhuhuu" tangis Mira pecah.Maya yg di kamarnya pun ikut menangis melihat beban yg di pikul sahabatnya itu, karena Maya tau, ini adalah cinta pertamanya Mira.
.
Haii reader's jangan lupa vote yaa,
Jangan lupa juga kasi masukan atau saran tentang ceritanya yaahh, biar aku bisa tau kurang nya di mana...
KAMU SEDANG MEMBACA
He is My Husband (LENGKAP)
RomanceAku bertemu dengan nya karena perjodohan yang di lakukan oleh orang tua kami. NB: belum revisi