Setelah seharian penuh berjalan di sekitaran Candi Borobudur. Berkali-kali berhenti di kedai makanan, menaiki becak, menyebrang jalanan yang penuh kendaraan. Tak terbayang betapa capek nya seharian ini.
Aku duduk di depan kamar tidurku. Sudah sekitaran jam 8 malam. Yasmin sudah tidur, kasihan dia, diajak muter-muter keliling nyari tempat yang bagus buat sekedar nongkrong. Sekarang, hanya ada beberapa siswa yang masih berkeliaran di sekitar kamar tidur mereka. Pagi tadi baru sampai Yogyakarta, malam ini waktunya istirahat, tapi aku sama sekali belum merasakan kantuk.
Dengan menggunakan sweater hangat juga celana jeans dan rambut dibiarkan sedikit berantakan, aku duduk di kursi depan. Memeluk lututku, karena malam ini udara sangat dingin sekali.
Kubiarkan ponsel berada dimeja disamping tempat aku duduk sekarang. 1 notifikasi Line. Sudah hafal kan? Kalau ada pesan masuk di Line, itu berarti Kevin.
Aku membukanya.
"Key? Udah tidur?"
"Belum Vin"
"Keluar yuk"
"Hah? Malem-malem gini? Mau kemana?"
"Baru juga jam 8, lagian gak apa-apa Key, anak-anak yang lain juga pada keluar"
"Yaudah, tapi kalau dimarahin guru pembimbing, lo yang tanggung jawab ya?"
"Siap bos"
Aku segera bersiap diri untuk menghampiri Kevin dengan hanya membawa tas kecil berisikan dompet dan ponsel aku berjalan keluar hotel.
Ah ya, Yasmin. Aku meninggalkan pesan di ponselnya.
"Yasmin, gue nyari tempat nongkrong dulu ya sama Kevin, nanti gue secepatnya pulang"
Aku selalu seperti itu, kalau Yasmin sedang tidak bersamaku, aku harus bilang bagaimanapun caranya.
Ternyata Kevin sudah berdiri disana. Aku menghampirinya. Dengan memasukan tangan kedalam saku celananya, dia berjalan di sampingku.
Karena kami tidak menemukan becak yang masih berkeliaran disini, kami memutuskan untuk berjalan saja. Hitung hitung menikmati udara malam di kota istimewa itu.
Seperti biasa, obrolan renyah dari Kevin selalu berhasil mengusir rasa sepi ketika kami sedang berdua.
Berkali-kali Kevin memegang pundakku, menyelamatkan aku dari cepatnya laju kendaraan yang berjalan disampingku. Tapi, yang ini beda rasanya. Sedikit aneh. Sentuhan yang Kevin berikan kepadaku, itu hampir sama rasanya ketika Sam menggenggam tanganku. Ada apa ini? Kok mendadak jantungku deg-degan gak karuan? Sudah, yang ini kita bahas lain kali.
Udara yang dingin, penuh bintang, suara kendaraan yang bising, juga percakapan-percakapan orang-orang pribumi mampu memecahkan keheningan malam itu.
Akhirnya aku berhenti di salah satu cafe di sekitaran Malioboro.
"Key? Mau pesen apa?"
"Emm. Kopi aja deh"
Dan lagi-lagi, aku memesan kopi.
"Oke mbak, kopinya dibikin dua ya"
Ucap kevin kepada barista tersebut."Eh Key, gue mau nanya deh"
"Kenapa Vin?"
"Lo kok suka kopi sih? Padahalkan rasanya pahit, jarang banget loh cewek suka kopi"
Belum sempat aku menjawab pertanyaan Kevin, barista itu datang dengan membawa 2 cangkir kopi, diletakan di meja yang kami tempati sekarang.
"Rasa ga menjamin seseorang suka makanan atau minuman Vin" aku menjawabnya sembari meminum kopi perlahan.
"Ya terus? Alasan lo milih kopi sebagai pengganti minuman lain apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PERGI
Teen FictionMeski di penghujung waktu, aku harus mengikhlaskanmu untuk tak lagi kumiliki.