Kembali

945 37 2
                                    

Aku berlari menjauhi keramaian. Mencoba keluar dari ramainya orang-orang yang berkumpul menyaksikan band sekolah tampil di acara graduation kali ini.

Aku sampai di halte depan sekolah, tak perlu menunggu terlalu lama, metro mini yang biasa aku tumpangi melintas sesaat saat aku duduk dihalte ini. Aku lantas menaikinya.

Tak begitu ramai, penumpangnya hanya empat orang. Setidaknya aku tak terlalu menahan malu karena tidak memakai sepatu di kakiku.

Aku mencoba menahan tangis sendirian di samping kaca jendela minibus itu. Mencoba menggambar simbol hati yang retak di kaca jendela lewat embun yang masih menempel.

Aku tak pernah membayangkan ini sebelumnya. Tak pernah sedikitpun terlintas dipikiranku tentang Kevin dan Yasmin.

Sejak kapan mereka seperti itu? Aku benar-benar tak habis pikir dibuatnya. Padahal Yasmin tau semua ceritaku dengan Kevin. Dia yang selalu setia mendengarkan ceritaku tentang Kevin. Tak jarang dia juga memberiku saran atau sekedar membuatku kuat ketika aku dan Kevin sedang bertengkar.

Kevin, aku pikir semua omongannya selama ini bisa dipertanggung jawabkan. Aku pikir semua yang sudah dia lakukan untukku benar-benar tulus. Lalu jika akhir dari semuanya seperti ini, perhatian dan kebaikan dia kemarin itu apa maksudnya?

Jika saja aku tahu akhirnya akan seperti ini, aku takkan pernah membuka hatiku atau sekedar memberi kesempatan kepada Kevin untuk mencoba mengisi hatiku. Jika semesta mampu memberitahu semua ini lebih cepat, aku lebih baik menunggu Sam lebih lama lagi dari pada harus menerima kehadiran Kevin di hidupku.

Astaga Sam, kenapa disaat seperti ini aku langsung mengingatnya?

Sam, aku butuh kamu. Aku gak tau harus gimana sekarang. Aku gak tau harus kemana, aku bingung Sam. Tolong aku. Aku kecewa. Benar-benar kecewa.

Kali ini, aku berharap semesta mampu mengabulkan doaku.

Metro mini yang aku tumpangi berhenti perlahan di halte berikutnya. Mungkin ada seorang penumpang. Aku tak sedikitpun memikirkannya. Aku tetap fokus pada pikiranku. Mencari-cari jawaban atas semua yang terjadi kepadaku hari ini.

Kemudian aku menyadari seseorang duduk di sebelah kursi yang kududuki sekarang. Dari sekian banyak kursi penumpang yang kosong, kenapa harus di sebelahku

Aku menahan diri untuk tidak menoleh ke samping. Aku tidak tahu apa tanggapan orang itu ketika melihat seorang perempuan memakai baju kebaya, tidak memakai sepatu, dan dalam keadaan menangis. Aku tetap menghadap ke jendela sebelah kananku.

Sesekali aku menghapus air mataku. Aku tidak akan turun dimanapun, kecuali metro mini ini berhenti di tempat pemberhentian terakhir.

Kemudian seseorang yang duduk di sampingku memegang pundaku. Dengan cepatnya aku langsung menghapus air mataku dan segera menoleh kesamping.

Namun saat aku hendak melihat wajahnya, orang itu seakan menahan kepalaku untuk tidak melihat ke arahnya. Kemudian dia berbicara...

"Teruslah menghadap ke jendela, saya gak mau lihat kamu menangis, kalau kamu melihat ke arah saya, saya akan ajak kamu pergi jauh dari tempat ini".

Sam! Itu suara Sam. Tanpa fikir panjang aku langsung menoleh ke arahnya.

Setelah melihat wajahku, Sam lantas meminta supir metro mini untuk berhenti. Kemudian Sam menarikku untuk turun dari metro mini itu. Sambil menggenggam tanganku Sam seakan berbisik

"Sudah saya bilang jangan menoleh, masih saja tidak mendengarkan"

Sam menarikku, mengajakku berlari. Dengan sejuta kebingungan, aku lantas menghentikannya.

PERGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang