Ternyata benar. Cinta selalu menghadirkan kejutan-kejutan yang tak bisa kita tebak, tak bisa kita kira, dan tak bisa kita prediksi. Seperti kisahku. Aku kira semesta hanya memberiku kesempatan untuk mengenal Sam dengan batas waktu dua hari saja. Tapi jauh sesudahnya, semesta seolah menuruti segala keingannku.
Dan Kevin, aku kira dia mampu membuatku bahagia kembali setelah sekian lama aku mengharapkan kedatangan Sam untukku, aku kira kehadirannya mampu memberiku kebahagiaan dengan wujud yang nyata. Namun pada akhirnya, semua itu hanya berlangsung pada mulanya saja.
Katanya Cinta itu selalu berujung bahagia, tapi tidak denganku.
Aku percaya, bahwa sebagian dari hidup adalah teka-teki. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi setelahnya jika kita tidak berusaha melewatinya.
Percayalah, akan ada sejuta bentuk kebaikan yang bisa kita ambil dari setiap peristiwa yang kita alami dalam hidup ini. Sama hal nya dengan kesedihan yang aku alami tempo hari, namun dengan hari yang sama, semesta memberi kebahagiaan yang takarannya tidak dapat diukur lagi.
Bisa dibayangkan bagaimana jika kesedihan dan kebahagiaan datang dalam satu waktu yang sama.
Aku merasa jauh lebih baik. Kevin sudah hilang di dalam pandangan. Pergi dengan seseorang yang dia anggap tepat, untuk menemani langkahnya setelah ini, Seseorang yang dia yakini, mampu membuatnya bahagia dengan sepenuh hati. Ya, perempuan itu adalah sahabatku, Yasmin. Tak ada yang harus aku perjelas lagi. Jika memang bahagianya bukan aku, tak apa, luka ini biar saja jadi urusanku.
Kevin pergi begitu saja, meninggalkan semua yang pernah ada dan tercipta. Kevin seperti tidak lagi ingat aku, setelah menemukan kebahagiaan baru dia seakan lupa akan siapa seseorang yang menemaninya dulu.
Dan kini, tujuan ku kembali seperti semula. Samudra. Pria yang tiba-tiba hadir di hari pertamaku menjalani Masa Orientasi Siswa, kemudian menghilang entah kemana, meninggalkan jutaan kebingungan untukku. Kemudian disaat yang tepat, dia datang. Semesta seolah mengirimkan Sam untuk menghiburku.
***
"Aku masih bingung deh, kamu kenapa bisa duduk disebelahku waktu aku nangis di metro mini itu?"
Semoga saja pertanyaanku tadi membuatnya tetap fokus untuk menyetir.
Kemudian, tanpa menjawab pertanyaanku, Sam mengarahkan mobilnya untuk berhenti di pinggir jalan. Setelah mesin mobil dimatikan, Sam mulai berbicara kepadaku.
"Tadinya, saat Graduation itu saya berniat untuk nyamperin kamu, sekedar mengucapkan selamat, dan memberimu buket bunga. Tapi akhirnya saya lihat kamu sedang berusaha terlihat baik-baik saja, saya tahu pasti ada sesuatu yang bikin kamu jadi seperti itu. Karena gak mungkin di hari istimewa itu raut wajah kamu jadi gak karuan"
"Terus?"
"Akhirnya saya cari tahu penyebabnya. Kebetulan Julian juga hadir di acara Graduation itu, masih kenal kak Julian kan?"
"Iya aku kenal, aku juga liat banyak alumni yang datang. Terus gimana lagi?"
"Nah, akhirnya Julian bilang sama saya. Kalau ternyata pacarmu Kevin itu, dia datang ke acara graduation bareng sama sahabat dekatmu. Sebenarnya saya ada di kantin waktu itu, entah karena pikiranmu yang sedang tidak jernih, atau karena kamu beneran gak lihat saya, kamu melewatkan saya gitu aja, padahal saya ada di kursi samping kamu"
"Masa sih?" Memang benar, saat itu aku tidak memperdulikan keadaan sekitar. Astaga, bodoh banget si aku.
"Iya, tadinya saya berniat untuk menghabisi Kevin saat itu juga, saya gak mau lihat mukanya lagi, apa lagi dengar namanya. Saya aja yang jauh-jauh dari Yogyakarta rasanya ingin cepat-cepat kembali ke Jakarta buat ketemu kamu. Nah dia yang sudah jelas-jelas tiap hari bisa bertemu kamu, malah gak bersyukur"
KAMU SEDANG MEMBACA
PERGI
Teen FictionMeski di penghujung waktu, aku harus mengikhlaskanmu untuk tak lagi kumiliki.