Waktuku tak banyak untuk berlama-lama di kota ini. Hanya diberi waktu lima hari. Dan sekarang sudah hari ketiga aku disini, hanya tersisa dua hari lagi. Bagaimanapun caranya, aku harus menggunakan waktuku sebaik mungkin untuk mengukir cerita disini.
Besok sudah mulai masuk 1 Januari. Itu artinya, malam ini adalah malam pergantian tahun. Entah apa yang harus aku lakukan untuk bisa menikmati moment ini. Kevin seolah hadir untuk menjawab segala kebingunganku.
"Key? Nanti malem kita ke pantai Parangtritis yuk"
"Mau ngapain? Itu kan gak ada di jadwal wisata kita Vin"
"Ya gak apa-apa. Besok kan kita harus udah pulang. Lo mau emang tahun baruannya cuma tidur di hotel?"
"Ya enggak sih. Yaudah deh"
Aku turuti ajakannya, karena memang aku juga mau.
Lokasi pantai Parangtritis agak jauh dari penginapan kami. Tapi, sejauh apapun jaraknya, terasa dekat kalau sama Kevin. Ah apaansi.
***
Sekarang sudah jam 4 sore. Bagaimanapun caranya, sebelum matahari terbenam, aku harus sudah ada disana, menikmati sunset di pantai paling terkenal di Yogyakarta.
Segalanya sudah aku persiapkan. Kami berdua sudah dapat perizinan dari guru pembimbing kami. Oh iya, pasti kalian bertanya kenapa hanya berdua, Yasmin? Dia tidak di ajak?
Yasmin tidak mau ikut, entah apa yang membuatnya malas untuk berjalan-jalan di kota ini. Tak apa, moodnya memang kadang suka tidak karuan.
Setelah sekitar satu jam diperjalanan, sebenarnya kami bisa lebih cepat sampai disini, tapi ternyata macetnya hampir sama kaya Jakarta. Jadi harus telat sedikit datangnya. Tak apalah, yang penting sampai.
Senja nya sudah kelihatan, warna jingga kemerah-merahan sudah terlihat di ujung laut pantai ini.
Mungkin sudah hampir setengahnya penduduk Yogyakarta menikmati malam pergantian tahun di pantai ini. Tak ingin kalah, para turis pun turut hadir menyaksikan moment malam pergantian tahun disini. sehingga tak aneh jika suasananya sangat ramai.
Sulit dijelaskan bagaimana kondisi hatiku sekarang. Duduk di tepi pantai bersama Kevin, menikmati langit senja, mendengar hembusan ombak yang lembut, seolah menghapus ingatan buruk yang merusak otakku, anak-anak kecil yang dengan senangnya bermain pasir, juga para pria tua yang dengan gigihnya menjual makanan khas Yogyakarta disini.
Sejenak dalam lamunanku. Kevin, dia mampu membuatku hampir seratus persen lupa kepada sosok Sam, sosok yang selama ini aku tunggu.
Jika banyak orang yang bilang "cinta hadir karena kebersamaan" maka aku akan berdiri paling depan untuk membenarkan ucapannya.
Waktu sudah menunjukan pukul 8 malam. Aku dan Kevin mencari penjual makanan hanya untuk mengisi kekosongan perutku. Akhirnya aku berhenti di kios kecil dan memesan dua porsi nasi goreng. Sebenarnya banyak rumah makan yang lebih berkelas disini, tapi aku hanya ingin duduk di sekitaran pantai, tidak mau jauh jauh.
Bisa dibayangkan bagaimana rasanya makan berdua bersama Kevin menghadap laut luas, dan banyak sekali kembang api yang mubazir untuk di lewatkan.
"Kenapa kok dari tadi diam aja?"
Kevin membuyarkan lamunanku."Enggak. Seneng aja ada disini, pasti kalau udah pulang bakalan kangen banget sama tempat ini"
"Nanti kita liburan kesini lagi ya"
"Hmm, paling cuma wacana"
"Engga, serius. Nanti gue bakalan ajak lo untuk kesini lagi. Gue janji"
Aku hanya memberi senyum saja, berharap apa yang di ucapkan Kevin benar-benar bisa dipertanggung jawabkan.
Setelah selesai makan, kami memutuskan untuk berjalan di pinggir pantai, dengan memegang sepatu sandal ditanganku, aku berjalan disamping Kevin. Banyak sekali hal yang kami lakukan berdua, menyalakan kembang api, bernyanyi, foto berdua dan masih banyak lagi.
"Eh Key? Lo pernah gak jatuh cinta sendirian?"
"Pernah, tapi itu dulu"
"Maksudnya Key?"
"Ya itu dulu sebelum gue kenal sama lo" aku berbicara sambil berjalan agak cepat meninggalkan Kevin sendirian.
"Hah? Key? Maksudnya apa?" Kevin berlari mengejarku.
Aku membalikan badanku, mengarah ke arah Kevin yang sedang berlari menghampiriku.
Lalu kita diam sejenak, mengatur nafas. Aku melangkahkan kaki selangkah lebih dekat dengan wajahnya. Saling bertatap. Kemudian, aku memberanikan diri.
"Vin, ayo kita pacaran"
Tata surya berhenti.
Jarum jam seperti kehabisan baterai.
Orang-orang yang berlalu lalang disekeliling kami seolah berubah menjadi patung.Ada yang salah dengan ucapanku kali ini, ini benar-benar diluar nalar. Aku tak habis fikir. Aku seperti tidak mengenali diriku seutuhnya. Ini bukan Keysha. Bukan. Bukan.
Tapi, yang aku katakan barusan, memang benar aku rasakan. Aku mulai jatuh cinta. Aku mulai menaruh hati kepada Kevin. Aku ingin lupa sepenuhnya dari Sam, dan itu berhasil. Kevin yang membuat aku jadi seperti ini.
Tanpa berbicara apapun, Kevin lantas menarik tanganku, menjatuhkan tanganku di pinggangnya, meletakan kepalaku di bahunya. Kevin memelukku. Mengelus rambutku dengan halus.
"Ayo kita mulai semuanya dari awal. Aku mencintaimu. Terima kasih Key"
Aku nyaman sekali, aku memejamkan mata dipelukannya. Seperti seolah meminta semesta untuk tidak melanjutkan waktu. Gemerlap terangnya petasan di langit pantai Parangtritis, seolah menjadi saksi pertemuan kita yang istimewa malam ini.
Happy New Year.
Parangtritis.
Keysha, Kevin.Aku mengukir nama diatas pasir. Berharap suatu saat nanti yang entah kapan, kita bisa datang kesini lagi. Dengan cerita yang lebih bahagia tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERGI
Teen FictionMeski di penghujung waktu, aku harus mengikhlaskanmu untuk tak lagi kumiliki.