4. Ketua Kelas

703 95 24
                                    

Kalian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian... apakah pernah merasakan sesuatu seperti ini?

Berjalan melewati gerbang, dengan seragam yang sama dengan ribuan murid yang lain, dengan tatanan rambut yang sama seperti kemarin-kemarin, dengan wajah yang bersih tanpa noda sarapan tadi pagiㅡyaah intinya tidak ada yang berbeda dan biasa-biasa saja. Tapii, ada sesuatu yang membuat punggung kalian terasa dingin karena tatapan dari orang-orang yang tidak kalian kenal.

Berapa kali pun kalian mencoba membalas tatapan itu satu-persatu, hasilnya nihil. Secepat kalian berbalik, secepat itu pula mereka membuang pandangan mereka jauh-jauh.

Tidak peduli, tapi ingin tahu.

Itulah yang aku rasakan pagi ini. Melewati gerbang dan masuk sampai bangunan utama memang tidak terjadi apa-apa. Tapi ketika aku mulai menuju koridor, beberapa gadis menghampiri sambil menggenggam sesuatu di tangan mereka.

"Kak?"

Merasa dipanggil aku menoleh. Tiga orang adik kelas – aku tahu dari tanda warna di seragamnya, dengan satu yang paling malu-malu berdiri di tengah. Di tangannya ada dua tas karton kecil dan satu surat. Dengan tangan itulah dia mengulurkan barang-barang itu. Aku memandangnya tak mengerti.

"Kakak yang sebangku dengan kak Dowoon itu kan? Apa aku boleh minta tolong?" Tatapan matanya penuh harap, nada suaranya juga lembut tidak seperti macan garang sehabis melahirkan yang menyergapku tempo hari. Sama-sama adik kelas, tapi yang ini jelas lebih berkelas.

Aku pikir hanya tiga gadis lembut malu-malu itu, tapi ternyata tidak. Terhitung hanya beberapa langkah dari kelas, tanganku penuh. Tidak habis pikir, inikah harga menjadi teman sebangku seorang Yoon Dowoon yang bahkan aku saja tidak menginginkannya?

Yaah, salahku juga sih. Kan, aku yang memilih tempat di sebelah si kucing? Tapi mau bagaimana? Memangnya ada tempat lain? Ada sih... di samping Younghyun. Tapi ah, sudahlah! Semua sudah terjadi, dan lagi-lagi aku sendiri yang membawa diriku ke pintu penuh sial.

Setibanya di bangku, aku menghempaskan semua yang ada ditanganku ke meja Dowoon yangㅡhei, kemana lalat-lalat itu terbang? Tidak biasanya kelas lengang seperti ini. Dowoon yang mendapat serbuan mendadak hanya menatapku datar, lalu melanjutkan main game di ponselnya.

"Kemana lalatㅡmaksudku fans-fans mu itu?" Aku memandang sekeliling sambil berkacak pinggang.

"Kamu bertanya karena ingin mereka datang?"

"Aku bertanya karena ingin tahu."

"Kalau begitu jangan pedulikan." Katanya dingin, masih dengan mata yang fokus pada layar. Aku menghela napas.

"Hei, setidaknya kalau bicara tatap mata orangnya, bukankah itu basic?"

"Aku tidak berurusan dengan basic." Aku sedikit tertawa mendengar caranya melafalkan bahasa inggris. Merasa ditertawakan, dia mengangkat kepalanya, menatapku. Ups...

Around the Amazing You || DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang