6. Cerita Halte

567 75 21
                                    

Akhirnya hari ini berakhir juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya hari ini berakhir juga. Aku mengeluarkan napas dari mulut pelan-pelan, takut menarik perhatian dari orang-orang yang juga berjalan menuju halte disamping-sampingku.

Hari ini saaaa...ngat melelahkan.

"Hei!" Merasa terpanggil, aku menoleh. Wonpil sedang berlari kecil ke arahku dengan senyum yang selalu sumringah. Aku menyambutnya.

"Sendirian?" Itu adalah kata-kata tersering yang pernah aku dengar dari orang-orang disini.

ADA YANG SALAH DARI SENDIRIAN?? KENAPA TIDAK KAMU TEMANI SAJA KALAU BEGITU?!

"Seperti yang kamu lihat." Jawabku mencoba tersenyum.

Yeay, aku berhasil mengontrol suara dalam kepalaku.

Wonpil hanya manggut-manggut.

.
.
.

"Bukannya harusnya aku yang bertanya begitu? Biasanya Wonpil selalu bersama Sungjin."

"Hm?"

Aku menepuk mulutku.

LAGI-LAGI.

"Aah... Sungjin sedang ada di perpustakaan. Dia sedang memberi pengarahan pada anggota pengurus perpustakaan yang baru. Kan sudah tahun terakhir, harus pensiun."

Aku hanya meringis. Terimakasih Wonpil, karena sudah mau menjawab pertanyaan yang bahkan harusnya tidak kamu dengar dari kepalaku yang kurang ajar ini.

"Pulang kemana?" Tanyaku, mengalihkan pembicaraan. Wonpil menyebutkan bis dan di mana dia turun. Aku membulatkan mata. "Ooh... kita naik bis yang sama! Tapi aku turun lebih dulu." Kemudian aku menyebutkan daerah tempatku tinggal. Wonpil sama reaksinya denganku tadi.

"Wah, tidak terlalu jauh, lumayan dekat." Begitu kira-kira reaksinya. Aku mengangguk. "Kalau begitu kita bertiga juga bisa pulang bersama." Sambungnya lagi.

"Bertiga?"

"Sungjin dan aku tinggal di daerah yang sama."

"Ooh..."

Tidak, kali ini aku sedang tidak ingin mendengar nama Sungjin. Karena takut disebut lagi, aku hanya diam. Kami tidak berkata apa-apa lagi sampai halte.

"Oiya, tadi kenapa tidak kembali ke kelas?" Wonpil bertanya, sambil membuatku membangkitkan ingatan yang ingin aku hapus selamanya itu.

"Hm... tiba-tiba Dowoon tidak enak badan jadi aku membawanya ke ruang kesehatan." Bohong, aku tinggal di rooftop tadi dengan Dowoon. Duduk saling berjauhan, sibuk dengan pikiran masing-masing. Dowoon bilang santai saja pada guru itu, asal bisa menjawab soal ujian pasti aman.

Dowoon tidak melanjutkan 'menyumpit'nya. Setelah ia jatuhkan dan menginjaknya, Dowoon memasukkan remah-remah berwarna putih itu ke plastik yang sudah ia siapkan di saku lalu menyimpannya, bersama dengan sumpit. Bubuk yang tersisa ia tiup sampai tersebar.

Around the Amazing You || DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang