7. Awal Babak

525 78 3
                                    

Besoknya, saat istirahat, aku sengaja mengikuti Dowoon sampai ke atap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Besoknya, saat istirahat, aku sengaja mengikuti Dowoon sampai ke atap.

"Mau apa kamu?" Tanyanya begitu aku mengambil posisi duduk di tempatku seperti kemarin.

"Sama sepertimu." Jawabku, yang tanpa aku duga membuatnya membelalakkan mata. "Berpikir! Hei, jangan berprasangka macam-macam!" Seruku. Aku melotot, setelah menyadari kenapa dia terkejut seperti itu.

Dowoon manggut-manggut. Kemudian dia juga duduk tak jauh dariku. Dia mulai mengeluarkan sesajinya. Sumpit dari saku, lalu ya, kalian tahulah itu. Oh, ada juga barang yang tidak aku lihat kemarin. Lighter yang juga warna putih. Dowoon menjepit silinder itu diantara bibirnya, kemudian memantikkan api beberapa kali. Tapi sebelum api membakar, kegiatannya yang dari tadi mulus itu terhenti.

Merasa diamati, ia menoleh ke arahku.

"Aish..." Dia memasukkan lagi ke sakunya. Aku tersenyum penuh kemenangan.

"Kenapa berhenti?" Tanyaku retoris.

"Menurutmu kenapa?!" Dia menggerutu tidak jelas, membuang pandangannya ke arah yang berlawanan dariku.

"Katanya tidak selalu melakukannya kalau kesini?"

"Aku sedang tidak tahu ingin apa! Makanya!" Dia mematahkan sumpit kayu sekali pakainya lalu membuangnya sembarangan.

"Heh! Tidak perlu membentak! Aku mengerti, tahu!"

Bagaimana bisa hanya berjarak beberapa jam dan dia sudah jadi orang yang berbeda.

Dowoon menghela napas. Kemudian kepalanya dia arahkan lagi ke arahku sehingga tatapan kami bertemu. "Memangnya mau berpikir apa kamu?"

"Kalau aku yang tanya kamu, mau jawab?"

Skak mat. Dowoon diam lagi.

"Kenapa harus kamu yang tahu, sih?" Entah itu pertanyaan, entah itu gerutuan. Aku mencibir.

"Lagipula siapa yang akan tidak tahu? Kamu membiarkan pintu terbuka karena terganjal sepatumu, lalu carelessly melakukannya di tempat yang luas tanpa penghalang apapun seperti ini. Kamu berharap tidak akan ditemukan?"

"Care... apa?"

"Carelesㅡ" Aku menghela napas. "Sembrono."

Dowoon manggut-manggut. Tunggu,

"apa barusan kamu tanyaㅡ"

"Heh, tong kosong, tidak akan ada yang naik ke atas. Kalaupun ada juga tidak akan jadi masalah besar." Katanya sambil tangannya sudah sampai di depan wajahku, tapi dia turunkan lagi. Aku mengerutkan kening.

Mau apa dia? Menyentil dahiku?

"Maksudnya apa itu?" Tanyaku.

"Pintu itu hanya bisa dibuka dari dalam, makanya aku ganjal dengan sepatu. Lagipula, satu-satunya yang punya kepentingan naik kesini ya penjaga sekolah. Beliau sendiri yang beri kunci cadangan padaku. Tidak ada yang tahu kalau aku punya kunci gerbang ke atap."

Around the Amazing You || DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang