5. Hukuman dan Aturan

610 81 8
                                    

Jadi di sinilah aku dan Dowoon, berlutut di luar dengan punggung yang menempel pada dinding kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi di sinilah aku dan Dowoon, berlutut di luar dengan punggung yang menempel pada dinding kelas. Kedua tangan kami mengepal ke atas, dan asam laktat berlebih mulai merambat naik ke kedua lenganku setelah beberapa menit berlalu.

"Uugh..."

Aku menoleh. Bukan, barusan bukan berasal dari mulutku. Suara itu punya makhluk yang menyebabkan semua ini terjadi. Sekarang makhluk itu sedang memukul-mukul lengan kirinya dengan tangan kanan.

"Ish, pegal..." Katanya lagi.

Aku mencibir. "Siapa suruh bicara keras-keras." Kuusahakan selirih mungkin, tapi tetap saja terdengar.

Dowoon memberikan tatapan mengejek kearahku. "Apa mengatakan keras-keras isi kepala itu kebiasaanmu, hah?"

Aku melotot. "Bicaramu enak sekali."

"Oiya aku lupa, memang kepalamu ada isinya?"

Aku hampir menendang Dowoon kalau saja tidak ingat guru masih mengawasi tingkah laku kami dari dalam kelas.

"Ish, kamu dan kata-kata menyebalkanmu itu betul-betul menyebalkan." Aku membalas tatapan Dowoon, tak mau kalah.

"Tuh kan, lagi."

"Yang ini sengaja aku katakan tahu!" Aku hampir teriak.

Bocah laki-laki itu meletakkan jari di mulut, panik, memberi kode supaya aku tidak bersuara terlalu keras. Ups... aku lupa aku sedang dihukum. Keadaan sedikit tenang sekarang.

"Aneh sekali, sejak ada kamu, aku selalu mengatakan sesuatu yang tidak penting." Suara Dowoon terdengar lagi. Dowoon melempar pandangannya ke depan, menatap langit yang membentang di hadapan kami.

Aku tertawa kecil. "Mana ada? aku bahkan jarang mendengar suaramu..."

"Benarkah? Aku merasa jadi orang yang cerewet akhir-akhir ini." Sambungnya, sambil ikut tertawa kecil. Mendengarnya tertawa entah kenapa membuat suasana hatiku jadi sedikit lebih baik.

"Ya ya, berbangga hati lah." Kataku.

Kemudian hening kembali hadir. Aku baru sadar, baru kali ini aku dan Dowoon mengobrol tanpa topik hadiah dari fans nya. Selama ini, kalau aku atau dia bicara selalu saja tentang upetinya. Entah itu bawa pulang lah, tidak suka makanan manis lah, jangan pedulikan lah. Tapi sekarang, aku bahkan bisa tertawa kecil bersama seorang Yoon Dowoon.

Sedikit takut, tapi menyenangkan.

"Sebegitu senangnya dihukum?" Dowoon sekarang sedang menatapku aneh, yang otomatis membuat lengkungan di bibirkuㅡyang entah sejak kapan ada, menjadi datar.

"Apanya?" tanyaku retoris, sambil berusaha menetralkan ekspresiku.

"Kamu, senyum-senyum sendiri, segitu senangnya ya dihukum?"

"Kamu bercanda? dihukum seperti ini sudah biasa bagiku, sudah mati rasa. Bahkan kesal saja tidak." Tidak juga sih, sebenarnya kalau sudah di sini aku sudah biasa saja. Bagian terburuknya adalah di awal tadi, jadi pusat perhatian seisi kelas. Kemudian di akhir, mendapat penutup yang kadang tidak menyenangkan dari guru yang menghukum.

Around the Amazing You || DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang