8. Kisah Penyihir dan Pangeran

519 73 4
                                    

Aku menggigit bibir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menggigit bibir. Di sampingku Dowoon masih menatapku tajam karena satu soal matematika saja tidak bisa aku selesaikan padahal waktu istirahat pertama hampir habis. Tapi bagaimana? Perutku sudah keroncongan! Jam istirahat pertama adalah jatah makan snack ringan, kalau tidak terpenuhi tahu sendiri kan? Kelemahanku adalah kelaparan,

dan kebodohan.

"HEH! Kamu itu pernah sekolah atau tidak sih sebenarnya?! Masa pelajaran kelas satu saja tidak tahu!" Dowoon menyentak ketika aku tidak menunjukkan tanda-tanda akan menyelesaikan soal di depanku. Ish... Menyebalkan!

"Makanya pelan-pelan! Dari tadi kamu hanya membentak dan menjelaskan seadanya, mana bisa aku terima? Otakku kan bebal!" Seruku tidak kalah sengit.

Oh, ini yang pertama aku membuka suara, dan itu merupakan self-diss. Sejak tadi, entah kenapa aku takut mengeluarkan suara. Meskipun ada yang tidak aku mengerti, mau tanya juga takut. Di pertemuan pertama ini, aku menyimpulkan bahwa Dowoon dan Kakak punya metode mengajarkan yang sama :

Keras, dan tidak mau tahu.

Ugh, perutku semakin menjadi-jadi laparnya. "Aku lapar." Kataku.

"Selesaikan ini dulu!" Dowoon mengusap wajahnya.

SELESAIKAN INI DULU KATANYA???

Istirahat sudah hampir habis dan dia bilang selesaikan ini dulu??

Rasanya aku ingin menangis.

"Sudah-sudah, kamu tidak lihat apa dia sampai ketakutan seperti itu." Sungjin datang lalu menarik kursi di depan kami. Saat ini aku dan Dowoon sedang belajar di perpustakaan. Entah ada angin darimana Sungjin datang dan duduk bersama kami di meja empat kursi ini.

Oiya, Sungjin kan pengurus perpustakaan?

"Bagaimana? Masih banyak yang belum dikerjakan?" Sungjin membolak-balik materi yang Dowoon gunakan untuk mengajariku.

"HA! Bagus kalau masih banyak, ini tidak ada sama sekali!" Seru Dowoon sengit sambil menatap sebal ke arahku. Tapi Dowoon, tidakkah kamu tahu?

MALU RASANYA KALAU KAU MENGATAKANNYA SEPERTI ITU! AKU TAHU AKU BODOH TAPI TOLONG, JANGAN DI DEPAN SUNGJIN!

Sungjin tersenyum, lalu menepuk-nepuk kepalaku dengan sebungkus snack cokelat. "Tidak apa, pelan-pelan saja! Biasanya ini yang kamu beli kalau di kantin kan? Dimakan ya!" Lalu Sungjin bangkit dan meninggalkan kami. Tak lama bel masuk berbunyi. Aku mendesah pelan.

Dowoon yang masih emosi itu mau pergi ke kelas, ketika suaraku menahannya. "Dowoon, kita tidak usah pura-pura saja ya? Jadi kamu tidak perlu susah-susah mengajariku."

Benar, kalau begitu kan lebih apik? Aku menghindari belajar bersama kakakku tapi bertemu dengan yang model seperti Dowoon, apa bedanya? Lagipula, masalah berpura-pura itu juga tidak terlalu besar, meskipun dampaknya cukup terasa. Sejak pagi tadi, lalat dan kaleng rombeng itu tidak ada yang berani mendekat ke arahku, dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama aku memasuki kelas dengan tangan kosong.

Around the Amazing You || DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang