19. Ada yang Aneh Dengannya

412 62 3
                                    

Aku menahan napas, berusaha tidak bergerak ataupun bersuara sekecil yang aku mampu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menahan napas, berusaha tidak bergerak ataupun bersuara sekecil yang aku mampu. Punggungku masih menekan dinding, tanganku dingin, dari tadi tidak sadar kalau sedang aku kepal jari-jarinya.

"Aku suka kamu."

"Kepalamu terbentur?"

"Aku bilang aku suka."

"Salah makan?"

"Mau jadi pacarku?"

"KANG YOUNGHYUN!" Bisa aku dengar Jieun menghamburkan napasnya asal. Aku mengintip sedikit. Dari samping aku bisa lihat matanya menyalang, menatap manusia rubah di depannya yang ekspresinya datar. "Jangan katakan hal seperti itu tanpa emosi. Pergi dari hadapanku."

Younghyun mencekal tangan Jieun yang sedang berjalan ke arahku. Aku semakin mengkerut, berharap Jieun tidak menemukanku.

"Aku tahu sekarang tidak, tapi aku bisa membuatnya ada." Kata Younghyun, membuat langkah Jieun terpaksa berhenti. Raut muka Jieun yang gugup kontras dengan milik Younghyun.

"Bantu aku, mau kan?" Kata Younghyun lagi, hampir berbisik.

"Ada apa sebenarnya?"

"Tidak ada, semuanya seperti yang kamu lihat."

"Kalau kamu berusaha melupakan seseorang dengan cara yang paling bodoh?"

Younghyun tidak menjawab. Sekarang suasana sudah benar-benar sepi. Riuh rendah murid yang baru saja pulang jadi backsound diantara hembusan napas kami yang sedikit lebih ribut dari biasanya. Koridor depan perpustakaan sepi, selalu begitu, kecuali sore ini.

Ada perang batin kecil yang menghiasi lorongnya.

"Aku benar, kan?" Tanya Jieun sambil perlahan melepas tangan Younghyun. Manusia yang ditanya hanya diam, mengusap wajahnya lelah. Menekuk lutut dan membuang napas kesal.

"Jadi kamu mau atau tidak?" Seru Younghyun pasrah, berusaha menahan suaranya yang bisa saja melolong.

Tanpa kuduga, Jieun justru menghampiri Younghyun kemudian ikut berjongkok disampingnya. Younghyun memandang Jieun bingung.

"Oke."

Diantara satu kata, dua suku kata, tiga karakter itu, aku menangkap pahit. Sebuah getir yang mengingatkanku pada Dowoon dan aku sendiri.

Fragmen itu masih melekat kuat, sampai malam, sampai besoknya, sampai ketika aku berpapasan dengan Younghyun di pintu kelas pagi ini. Biasanya orang itu akan melebarkan tangannya, menghalangi aku masuk. Kalau tidak, berteriak tidak jelas sambil mengacak rambutku.

Tapi sekarang tidak.

Senyum yang kemarin-kemarin aku deskripsikan itu lenyap tidak berbekas, menyisakan wajah tanpa emosi tapi siap meledak kalau disenggol sedikit saja.

"Minggir!" Serunya, membuatku sedikit terhenyak lalu menggeser tubuhku dengan susah payah.

Younghyun berjalan melewatiku begitu saja. Bahunya menyenggol bahuku sedikit, hampir membuatku terjengkang kebelakang kalau aku tidak membentur sesuatu yang empuk.

Around the Amazing You || DAY6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang