(16) flashback

25 6 0
                                    

  Di apartment hoseok~~

Namja itu mengangkat tubuhku, dan menggendong nya ala bridal style.tidak ada rasa paksaan darinya karna ini kemauannya sendiri. aku masih terdiam,pandanganku kosong. aku takut hal menakutkan itu terulang kembali di mana dulu orang tuaku di bunuh secara tragis oleh seseorang yg sampai sekarang belum aku temukan.

"Gweunchana..?" Ucapnya setelah sampai di apartment. dia mendudukanku di atas sofa dan memastikan keadaanku.
Ia bergegas menuju dapur untuk mengambil kotak obat dan membersihkan lukaku. aku terdiam, tidak mengeluarkan expresi apapun. mungkin sudah terbiasa makanya tidak ada yg perlu di tangisi. sakit? Rasa itu sudah aku buang jauh-jauh dari diriku.aku tidak mau jadi seseorang yg cengeng, manja ataupun bergantungan kepada orang lain.

"Aku mau membersihkan diri dulu" ucapku lirih.hoseok yg sedari tadi mengelap kakiku memakai kain basah segera menuntunku kearah kamar mandi.
"Apa kau yakin bisa melakukannya sendiri?" Yakinnya.
"Eumm.." aku mengangguk pelan dan segera masuk kedalamnya. perlahan ku buka kemeja yg kupakai. shitt, terlihat luka sobek di bahuku. mungkin akibat terkena pecahan kaca jendela tadi.rok yg kupakai juga sudah sangat kotor. kuperhatikan telapak kakiku, penuh dengan luka karna saat mengejar bajingan itu aku lepaskan high heels yg kupakai. iya kali lari-larian pake high heels.

Ku tanggalkan pakaianku,sekarang giliran dalemanku yg tersisa. kuperhatian wajahku dalam cermin. kenapa hidup ku bisa seperti ini. aku hanya ingin hidup seperti orang-orang pada umumnya,apa itu susah, ah. siapa yg mau mendengarkan eluhanku ini. yg ada aku malah akan di tertawakannya jika aku berkata seperti ini.

"Ceklek..."
"Soeul ssi, ini baju buat kau pakai" hoseok sedikit membuka pintu. meletakan kemeja berwarna putih di atas lemari kecil. melihatku yg tidak memakai pakaian ia segera menutup pintunya kembali setelah ia mengucap kata "maaf"

Beberapa menit kemudian aku keluar mengenakan kemeja dan celana pendek yg ia berikan tadi.

"Duduklah" ajaknya, ia menggandeng tanganku dan mendudukanku di atas kursi kecil.terlihat di atas meja terdapat hairdryer,lalu dia pun membantuku untuk mengeringkan rambut.

Setelah rambuku benar-benar mengering dia menyuruhku masuk ke kamarnya dan menyuruhku duduk di atas ranjang.ia berjongkok di hadapanku dan mengambil kotak obat yg telah ia siapkan tadi dan dengan perlahan mengoleskan obat ke kaki yg terluka.

"Kau itu wanita, bagaimana bisa kau berkelahi seperti ini."ucapnya lembut tanpa menatapku sedikit pun.
"Tidak bisa kah kau membuatku tidak kawatir" hoseok mendongakan kepalanya, menatapku yg tengah terdiam seribu bahasa.
"Bisa kah kau meninggalkan duniamu yg sekarang ini,euhmm.." pintanya, tangan lembutnya mengusap pipiku seraya memohon.

"Jungkook, xiaomei..." Mataku segera membulat teringat akan kedua bocah itu yg terkapar di rumah sakit. aku segera bangkit dari ranjang hendak pergi namun tangan kekar hoseok segera menahannya.

"Mereka tidak apa-apa, tadi jimin memberitahu keadaan mereka. aku juga sudah menyuruh orang untuk menjaganya 24 jam nonstop. jadi kau bisa tenang dan beristirahatlah." Ucapnya

"Aniya, aku ingin memastikan nya sendiri" kutepis tangannya yg tadi menggenggamku, baru dua langkah menunju keluar kamar namja itu segera berlari dan mendekap erat tubuhku dari belakang, mengunciku dengan kuat agar aku tidak pergi kemana-mana.

"Hey, apa yg sedang kau lakukan tuan?" Merasa aneh dengan tingkahnya. namja ini kenapa.

"Menurut lah untuk malam ini saja" pintanya."aku tidak akan membiarkan bajingan itu menyakitimu sedikit pun"sambungnya.

Waktu terasa berhenti seketika,suasana menjadi sunyi, yg terdengar hanya hembusan nafas namja yg tengah mendekapku ini.kami terdiam, tidak bergerak sama sekali.

my white horse princeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang