Chapter 6: Back to Properly, Please

193 23 0
                                    

Seseorang duduk tenang di meja belajarnya. Tangannya dengan halus menggunting sebuah bagian berita yang menjadi headline news di koran pagi ini. Seakan tidak ingin hal yang ia gunting itu rusak, ia memegangnya pelan, mengelem belakangnya dengan double-tip, lalu mencari halaman di buku pribadinya. Bahagia juga karena bisa menutup satu halaman lagi.

Ia membuka halaman tengah. Sebuah potongan berita dengan font kapital tertempel di sana dengan judul Menegak Racun Di Gelas Teman, Seorang Pelajar Tewas. Orang itu tertawa kecil. Lalu, menempelkan kembali potongan koran yang baru ia gunting ke halaman berikutnya.

MELAJU DI JALAN RAWAN KARENA TELEPON PALSU, SEORANG PELAJAR TEWAS TERLINDAS TRUK. Kamis (14/10) di jalan kommuter alternatif pusat kota, terjadi sebuah kecelakaan motor tunggal dan truk pengangkut pasir pada pukul 20.57 WIB. Seorang siswi SMA Bimasakti tewas terlindas truk dengan luka parah di bagian leher dan kaki. "Ia melaju dan melewati mobil saya. Sempat kaget juga karena melihat motor memasuki wilayah ini pada waktu malam. Tiba-tiba motor itu berhenti jauh di depan saya lalu pengendara ini terjatuh. Tepat di belakangnya mobil truk melaju dan menabrak cewek itu," kata seorang saksi di tempat kejadian.

Salah seorang temannya bersaksi bahwa sebelum berangkat pergi, Hafiza―nama korban, red―sempat mendapat telepon dari tantenya yang menginformasikan ibu Hafiza kritis. Karena hal itu, korban pergi segera ke rumah sakit yang dituju. Setelah dikonfirmasi dengan keluarga korban, ternyata tidak ada satupun yang menelepon korban. "Saya bersumpah tidak pernah menelepon Hafiza tadi malam. Kakakku tidak kritis, lalu kenapa saya harus menghubunginya?" kata tante korban sambil menahan tangis.

Hanya dua paragraf itu saja yang dibacanya. Selanjutnya ia menutup buku itu dan bersiap ke sekolah. Ia tidak perlu membaca kelanjutan di koran itu, karena ia yang paling tahu jelas apa yang terjadi pada Hafiza maupun Boby.

Karena itulah ia menamakan buku itu Best Moment I Ever Made.

***

Lagi-lagi kabar kematian tragis Hafiza membuat nama sekolah menjadi sorotan. Banyak jurnalis dan orang-orang media yang datang ke sekolah untuk meminta keterangan. Mendapati keadaan genting ini, sebagai bentuk perhatian sekolah atas kematian dua orang panitia, maka secara khusus kepala sekolah bersama pembina, perwakilan siswa, dan beberapa staf guru mengadakan rapat.

Kali ini, hanya Vira yang tidak terlihat menikmati jalannya rapat. Sedikit kesepian karena tidak ada Fery di sampingnya.

"―jadi, kami berharap kegiatan ulang tahun sekolah tidak diadakan tahun ini mengingat bahayanya murid-murid ini berada di sekolah pada malam hari. Selain itu, kebanyakan orangtua murid tidak ingin anaknya terlalu lama di sekolah apalagi sejak kejadian akhir-akhir ini," jelas pihak guru yang menolak kelanjutan acara ini.

Sedangkan staf wakil kepala sekolah yang telah lama berada di sekolah ini sejak perintisannya pun terlihat tidak sependapat. Kepala sekolah mengerti hal itu dan meminta pendapat pada panitia pelaksana kegiatan itu sendiri.

Arya berdiri tegas. Wibawanya terlihat jelas sehingga tidak seorangpun terlihat akan menyanggah pendapat yang akan ia sampaikan. "Saya sebagai ketua panitia mewakili kepanitiaan, kurang sependapat dengan dewan guru. Setidaknya, kegiatan ini memang harus terlaksana karena telah menjadi tradisi setiap tahunnya. Kegagalan kegiatan ini bisa dinilai negatif oleh sekolah dan pihak terkait lainnya. Saya atas nama teman panitia merasa tidak keberatan jika kegiatan tetap berlanjut. Sedikit saran, mungkin kami akan meminta beberapa dewan guru secara terhormat untuk memantau kegiatan sehingga dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kejahatan di sekolah ini," jelas Arya tenang lalu dengan sopan memohon izin untuk duduk kembali.

Staf wakil kepala mengangguk menyetujui saran Arya. Apapun yang terjadi, acara harus tetap berlanjut. Mereka mengutarakan persetujuannya begitupun dengan kepala sekolah. Dewan guru pun sedikit lega karena diberi izin mengawasi secara langsung cara kerja mereka.

IN Series 2: CerminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang