"Dan dibandingkan Daniel, kau lebih beruntung, Nak," kata ibu Daniel juga mendengar percakapan tersebut. Ia mengelus kepala sang anak yang wajahnya tertutup perban. "Lihat, dia sampai terluka begini."
Fery menggaruk pipinya―tertawa canggung.
Sementara seseorang telah mempersiapkan suntikan. Sekali suntik, Daniel bisa mati. Tentu saja, itu yang ia inginkan. Dengan gerakan cepat, ia menusukkan jarum yang telah mengenai penutup luka Daniel. Sedikit lagi...
GRAP!
Sebuah tangan memegang erat pergelangan tangan orang yang hendak menyuntikkan benda itu pada Daniel. Mata orang itu terbelalak. Ia telah memastikan posisinya mustahil dilihat orang lain, gerakan tangannya juga sangat cepat. Tapi, bagaimana bisa ada yang menangkapnya?
"Kali ini cukup!" ujar sebuah suara baritone mengambil suntikan dari tangan orang di dekat Daniel itu lalu melemparkannya ke belakang―yang telah disambut lebih dulu oleh orang lain. Pemilik suara baritone itu melipat tangan orang yang hendak melukai Daniel tadi ke belakang punggung si penyuntik. Sedangkan orang di belakangnya hanya diam, menghela napas. Kali ini, ia sudah siap.
Semua mata tertuju pada kedua orang di dekat Daniel. Semuanya terkejut, kecuali Fery. Bahkan Frai yang telah tahu semua rencana yang sudah diatur, sama sekali tidak menyangka bahwa orang yang ditahan Arya itu adalah pelakunya.
Satu persatu menyebut pemuda bersuara baritone yang memegang sang penyuntik. Tidak menyangka ia akan berada di sini. "Arya?"
Sang penangkap suntikan―Vira―berdiri di depan pintu. Ia berjalan masuk dengan santai dan menatap tajam orang di depan Arya. Vira mengacungkan suntikan itu di depan muka temannya itu. "Katakan, ini suntikan apa?" interogasi Vira.
Arya melepaskan orang yang hanya menunduk itu. Berharap ia bicara. Ia juga tidak menyangka bahwa pelakunya adalah orang ini.
"Maisya..," desis teman-teman yang lain menatap gadis yang tertunduk itu.
"Jadi, Maisya. Ini suntikan apa?" tanya Vira bersidekap. Bibirnya bergetar, menahan senyum karena sesuatu tertangkap ekor matanya.
Maisya mendongak lalu tersenyum. "Natrium klorida 0,9 persen untuk infus pasien," jelasnya tenang. Tanpa tahu teman-temannya yang kebanyakan dari kelas IPA merasa suntikan infus itu aman. Lalu, kenapa Maisya ditangkap?
Kini semua mata menatap Vira. Sedangkan Vira mengisyaratkan yang lain menatap jendela, dimana Fery sedang menendang tangan seseorang sehingga barang di tangan orang itu terlepas dari genggaman tangannya. Barang yang melambung itu ditangkap Arya dan dilemparkannya kepada Vira. Tidak hanya itu, Fery juga menendang ulu hati orang itu dan dengan cepat menarik paksa jaketnya.
Arya ikut meringkus orang yang tangannya Fery tendang tadi dan membiarkannya dalam posisi berdiri dan tangan berada di punggung.
"Aku hanya disuruh memancing pelaku," lanjut Maisya santai.
Ya, tidak ada yang tahu bahwa rencana sebenarnya adalah membuat kehebohan agar pelaku bergerak dan menangkapnya. Belajar dari pengalaman, bahwa pergerakan pelaku adalah yang paling sulit ditebak. Karenanya, Fery sejak awal sudah meminta orang lain yang bukan tersangka untuk melakukan hal yang pasti dilakukan oleh pelaku, sebelum sang pembunuh itu sempat melakukannya. Kehebohan tadi menimbulkan kebingungan bagi diri pelaku, sehingga ia pasti akan merasa dirinya memang sudah dijebak dan berniat membuang semuanya sebelum terlambat.
Sayangnya, ia tidak terlambat, namun pergerakannya sudah tertangkap mata Fery yang sejak awal sudah berjaga di dekat jendela.
Tidak hanya keterkejutan itu, ternyata dari luar polisi bergerombol memasuki ruangan. Mereka lalu meringkus pelaku yang ada di depan Arya. Borgol terpasang di kedua pergelangan tangan pelaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN Series 2: Cermin
Mystery / Thriller[COMPLETED!] Vira bergabung menjadi salah satu panitia ulang tahun sekolah SMA Bimasakti. Bersama Fery yang notabenenya anggota kepengurusan organisasi sekolah, ia pun terpaksa menjalaninya. Ditengah dilema karena harus membagi waktu antara bekerja...