Chapter 7: Perkara Cermin Ketiga

285 28 2
                                    

Rapat persiapan lomba ekstern yang melibatkan ektrakulikuler musik dan paduan suara ini berlangsung tenang. Saat ini adalah dua hari setelah penemuan surat di cermin toilet dan tidak ada tanda-tanda hal aneh dari seluruh siswa SMA Bimasakti.

Beberapa guru yang bersimpati dengan kegiatan ini ikut berpartisipasi dalam rapat. Yang memimpin rapat kali ini adalah Yudha―berhubung Arya harus mengikuti jam tambahan dan Helda bekerja sendiri sebagai sekretaris. Beberapa orang tidak hadir dalam rapat dan kebanyakan karena mereka anggota tim basket sekolah yang sedang bertanding hari ini. Sebagai pengganti Fery, Daniel hadir untuk membacakan hal-hal yang diperlukan dalam bidang dekorasi atau Creative Design. Sedangkan pada bidang Humas, Adit lah yang tidak hadir.

Saat giliran Daniel membacakan laporannya, semua orang melihat betapa kelamnya suasana di sekeliling pemuda tersebut.

Saat Frai hendak membacakan laporannya, tiba-tiba Arya datang dengan pundak naik-turun dan napas terengah-engah langsung membuka pintu rapat. Ia lalu masuk dengan wajah tertunduk dan langkah yang agak terpincang. Ketua panitia itu memilih duduk di dekat jendela.

Apapun yang terjadi, Yudha harus tetap memimpin rapat. Tapi, ia penasaran dengan sikap Arya sehingga terpikir untuk memancingnya. "Guru kecewa denganmu, Arya."

"Eh?" bingung Arya refleks mengangkat kepalanya.

Semua orang di ruangan ini bisa melihat apa yang disembunyikan Arya. Itu adalah wajahnya yang cukup buruk bekas pukulan, memar, dan bengkak membiru. Ia memang baru masuk hari ini pasca pemukulan yang dilakukan Margi. Jadi, wajar saja jika orang-orang di ruangan ini terkejut melihat wajah babak belur di sana.

Arya kembali menundukkan kepala ketika menyadari Yudha hanya memancingnya agar ia tidak terus menunduk. Ia bukannya malu, hanya saja tidak mau dianggap lemah dan dikasihani. Ia hanya butuh waktu tidak lebih dari seminggu untuk memulihkan wajahnya. Namun, kepalanya masih penuh dengan segala macam pikiran. Seperti cara agar ia tidak terus-menerus diancam oleh temannya sendiri.

***

"BIMASAKTI..,"

"FIGHT!!"

Kelima orang di lapangan basket ini tertawa bahagia setelah meneriakkan kebahagiaan dan semangat mereka karena mampu memenangkan pertandingan atas nama sponsor produk kendaraan bermotor kali ini. Mereka lolos ke final dan akan bertanding seminggu lagi. Ketiga orang anggota cadangan yang sempat bermain sebelumnya juga ikut berpelukan. Bangga atas kerja mereka.

"Hah~" Margi menghela napas lelah dan menjatuhkan tubuhnya ke tepi lapangan. Benar-benar terkuras tenaganya karena bermain di empat kuarter dengan posisi sebagai power forward.

"Kau luar biasa, Margi. Berkat dunk milikmu, kita bisa mengejar ketertinggalan. Skor tipis ini tidak akan kulupakan," kata Fery sambil berjongkok di samping pemuda besar itu. Skor mereka hanya terpaut tiga angka yaitu 54-51 setelah Margi melakukan satu kali free throw dan dunk terakhir. Fery lalu mengulurkan tangannya dan mengajak Margi berdiri. "Ayo, bangun! Briefing sebentar oleh pelatih. Setelah itu kita pulang, lalu tidur."

Margi mengangguk sambil menatap langit di luar gedung olahraga. Sudah sangat sore ternyata.

Setelah briefing, mereka tidak langsung pulang, tapi masih berkumpul sekadar melepas lelah di lapangan yang sudah tidak digunakan setelah pertandingan mereka. Roni membagikan minuman ringan kalengan pada satu persatu anggotanya dengan cara dilempar dan refleks ditangkap mereka.

"Setelah ini, kita akan bersantai dan latihan lagi pada hari kamis," kata Roni menambahkan hal yang belum dirincikan oleh pelatih sebelumnya. "Sebenarnya, kita mendapat undangan untuk melakukan sparing dengan sekolah yang kita kalahkan di perempat final. Tapi aku berpikir untuk menolaknya karena bisa saja ini kesempatan mereka untuk meninjau strategi kita sehingga kesempatan mereka menang melawan tim kita selanjutnya lebih besar. Jadi, kita hanya akan berlatih sebagai persiapan final dengan mengajak pemain cadangan dan junior yang berpotensi untuk melawan kita."

IN Series 2: CerminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang