Chapter 11: Protect You, As Always

194 27 0
                                    

Tiga hari setelah kejadian berdarah di UKS. Hasil olah TKP, polisi menegaskan bahwa pelaku memanjat jendela lalu membunuh Malini dahulu karena hanya Malini sasaran yang bergeraknya. Bukti mikro TKP menegaskan hal itu. Tapi, polisi belum bisa menemukan pelakunya karena banyaknya bukti namun tidak menemukan identitasnya.

Hari ini, Septha berjanji akan menceritakan sesuatu yang menarik pada Vira. Gadis itu mendatangi bangku Vira dengan pakaian pramuka dan rambut panjang terikat. Ia duduk di depan gadis berkacamata itu dan memulai ceritanya cukup lama. "Lalu kau tahu apa yang kulihat saat itu?" mata Septha menajam.

Vira penasaran. "A―"

"Vir?" panggil seseorang yang mengganggu perbincangannya.

Vira akan berbalik dan memarahi orang yang memanggilnya―membuat ia seperti orang bodoh yang menghentikan ucapannya dengan mulut ternganga. Tapi niat itu diurungkannya kala melihat orang yang pernah mentraktirnya makan besar itu lah yang memanggilnya. "Zack?"

Pemuda yang dipanggil langsung duduk di samping Vira. Memastikan bahwa Septha bukanlah orang yang suka membeberkan sesuatu, Zack pun bersiap berbicara dengan Vira sambil mengeluarkan selembar kertas. "Jadi, Vir. Aku minta tolong."

Vira mengernyit heran. "Minta tolong apa?"

"Kupikir kau bisa dan lebih pandai dalam hal teknologi. Aku ingin kau memecahkan sesuatu mengenai media sosial yang akunnya tersembunyi," Zack membuka kertas itu dan memperlihatkan alamat email dan password pemiliknya. "Ini akun Malini. Beberapa hari sebelum kematiannya, ia mendapat teror dari seseorang yang tidak memiliki akun terlacak namun bisa mengiriminya sebuah rekaman. Siapa pun pemilik akun itu, semoga bisa kita jadikan suatu sumber untuk menangkap pelaku."

Dengan senang hati Vira mengambil kertas itu. "Oke, secepatnya aku akan menemukannya."

***

Langkah Vira dan Septha berderap di lantai keramik menuju kelas Arya di jurusan IPS. Tidak peduli orang-orang yang ia tabrak. Yang mereka―tepatnya Vira―pikirkan hanya agar bisa bertemu Arya.

Berita yang Septha bawa memang mengejutkan. Anggotanya dalam kepanitiaan acara ini memberitahukan perihal Arya dan sesuatu yang ia sembunyikan. Septha mendapat cerita dari teman sekelas Arya bahwa sebelum kematiannya, Margi sempat bersiteru dengan Arya karena Margi membacakan 'surat cinta' milik Arya. Ketua MPK itu juga sempat memarahi Helda karena menyentuh kertas warna merah muda yang terjatuh di depannya.

"Arya!" bentak Vira lalu memukul keras meja siswa yang sedang tenang mendengarkan lagu melalui earphonenya. Vira dapat melihat pemuda yang selalu memakai sweter ini terkejut―walau tidak kentara ditampakkan.

"Ada apa?" tanya Arya tersinggung.

Kerah Arya tertarik ke atas karena Vira. "Katakan padaku! Apa yang kau sembunyikan? Dan bagaimana caramu lolos dari interogasi polisi?"

Arya menampik tangan Vira dengan kesal. "Aku tidak mengerti."

"Kau memang selalu tidak mengerti. Aku tidak tahu surat apa yang kau dapat. Tapi mengingat kau selalu melindunginya, aku jadi berpikiran kau menutupi dan melindungi kejahatan. Kau pembunuh!"

Mendengar celotehan Vira, Arya langsung tegas berdiri hendak membungkam mulut gadis itu. Sementara Septha tetap menganalisis perubahan air muka Arya ketika Vira berkata surat. Ternyata, itu kuncinya.

"Jaga mulutmu, Vir!"

PLAK!

"Berani kau membentakku? Padahal kau yang bersalah! Kalau dari dulu kau jujur dan mengatakan semuanya pada polisi, Malini tidak akan mati dan Helda tidak akan mengerang kesakitan sampai saat ini. Apa rahasiamu? Siapa kau? KATAKAN!"

IN Series 2: CerminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang