Walau Senin adalah hari paling menyebalkan bagi seluruh pelajar mengingat mereka seperti baru diterbangkan ke awang melalui hari minggu dan dijatuhkan kembali, tapi kebanyakan siswa bahagia di hari Senin yang cerah ini. Setelah mendapatkan pengumuman bahwa hari ini pulang awal, semuanya terdengar bersorak.
Vira berjalan sambil menggendong tasnya dan bersiap berjalan keluar kelas ketika sempat berbalik dan melihat ke pojok kanan. Melihat sahabatnya sedang duduk berdua dengan Malini, membuat matanya menyendu. Jika ia membalik semua yang telah terjadi ketika bersama Fery, sungguh membuatnya miris. Ia bingung kenapa jantungnya harus berdetak tidak karuan seperti ini? Mungkinkah seperti yang dikatakan teman-temannya bahwa ia cemburu adalah benar?
Dunia seperti milik mereka berdua saja. Vira hanya bisa tersenyum kaku sebelum benar-benar meninggalkan ruangan itu.
Setelah merasa ruangan benar-benar menyisakan mereka berdua saja, Fery langsung mengeluarkan laptopnya dan Malini menempel dengannya. Kala Fery menekan tombol power dan menunggu layar menampilkan desktop, Malini membisikkan sesuatu pada pemuda itu. "Jadi, apa yang mau kau katakan?"
Fery diam sejenak dan menggerakkan kursor ke segala arah. "Sebelumnya, aku hanya ingin mengingatkanmu. Jangan berkata terlalu kasar pada Vira. Aku merasa sudah sangat keterlaluan padanya beberapa hari lalu. Cukup aku yang memojokkannya, tidak perlu kau tambah lagi."
Malini tersenyum agak kecut namun tidak diketahui Fery. "Baiklah, Fer."
Setelah anti-virus pada laptopnya selesai melakukan pemindaian cepat, Fery membuka folder dan wajahnya berubah kaku. "Aku hanya ingin bertanya," dilanjutkan dengan dua kali klik pada folder bernama Pengawasan 1.
Malini agak heran melihat folder itu hanya ada satu file video. "Bertanya apa?"
"Aku memasang mini kamera yang berperan sebagai CCTV dan terhubung dengan perangkat android dan laptopku. Karena kerusakan server, data ini sempat hilang dan aku baru bisa memunculkan kembali tadi malam. Kau tahu dimana aku letakkan kamera itu?" tanya Fery yang tentu saja tidak bisa dijawab Malini yang jantungnya sudah mulai berdebar karena waspada. "Toilet."
DEG!
"Beberapa hari yang lalu aku tinggalkan kedua mini kameraku di sekolah, masing-masing di tempat tersembunyi toilet pria dan wanita. Dan kau tahu? Diantara semua yang lalu lalang, aku menemukan satu hal menarik," ujar Fery sambil menekan ikon play video yang telah ia potong. Mata Malini terbelalak memerhatikan apa yang terlihat di versi percepatan CCTV video itu. "Apa yang kau lakukan di toilet itu? Menempelkan kertas di cermin, hm? Bisa dijelaskan?"
Malini diam. Bibirnya kaku melihat kedoknya terbongkar. Tidak ia sangka Fery adalah orang yang mengetahui hal ini. Wajahnya tertunduk dan sangat pelan ia berucap, "Sudah lama aku hendak memberitahumu, tapi.." matanya fokus pada Fery yang tetap diam menunggu jawabannya. "Aku takut."
Fery tetap diam. Ini bukan jawaban yang ia harapkan.
"Ingat saat kukatakan aku diancam?" tanya Malini. Teringat sesuatu, ia menutup rapat mulutnya. "Bisa kita bicara di tempat lain? Di rumahku, mungkin?" pintanya sambil berbisik dan matanya awas menatap sekeliling, takut pembicaraan ini didengar oleh orang lain. Melihat Fery tidak merespon apapun, makin membuat Malini galau. "Aku mohon. Kalau tetap bicara di sini―"
"Pelaku akan melakukan pembunuhan lagi, begitu? Tanpa kau bicarakan atau kau tutupi seperti apapun, pelaku tetap akan membunuh. Tidak peduli apa ia mendengar atau tidak, kau tetap harus meneritakan ini padaku, sekarang!" bantah Fery tegas sambil menenangkan Malini dengan meletakkan kedua tangannya di pundak gadis itu yang masih takut ada seseorang yang menguping pembicaraan mereka.
"Kau yakin?" tanya Malini mulai membuka kertas yang baru saja ia keluarkan.
Fery mengangguk. "Sangat yakin."

KAMU SEDANG MEMBACA
IN Series 2: Cermin
Mystery / Thriller[COMPLETED!] Vira bergabung menjadi salah satu panitia ulang tahun sekolah SMA Bimasakti. Bersama Fery yang notabenenya anggota kepengurusan organisasi sekolah, ia pun terpaksa menjalaninya. Ditengah dilema karena harus membagi waktu antara bekerja...