Chapter 13: Sirine Polisi

324 28 4
                                    

Daniel datang agak awal hari ini. Ia tidak habis pikir dengan segala hal yang ia lalui setelah kembali ke tanah kelahirannya. Kenapa semua jadi terasa sangat aneh? Kalau tahu begini, ia lebih senang menetap di Singapura daripada di sini.

Masih setengah jam lagi sampai bel masuk berbunyi dan Daniel masih sempat membaca novel thriller kesukaannya. Namun, entah kenapa, pemuda itu merasa ada yang janggal pada pagi hari ini sehingga ia kehilangan minat untuk membaca lagi. Ia pun berjalan keluar kelas mengikuti teman-temannya yang lain yang entah kenapa sedang berkejar keluar.

Ternyata beberapa orang berpakaian coklat muda sedang berjalan berpencar di lapangan. Ada polisi. Jika Daniel yang biasa, ia akan bersikap tidak peduli dan kembali duduk untuk membaca. Tapi kali ini, ia panik luar biasa. Jika firasatnya benar, polisi pasti hendak menangkapnya. Berarti, kedoknya selama beberapa hari ini sudah terbongkar.

Tidak akan!

Ia tidak ingin ditangkap. Seorang Daniel sangat takut dengan dinginnya jeruji besi. Karenanya, ketika melihat tiga orang polisi berjalan menuju kelasnya, Daniel memilih masuk kembali ke dalam kelas. Matanya bergerak kesana kesini, hingga fokusnya terhenti pada jendela kelas. Apapun yang terjadi, ia harus lari. Mengambil tasnya, pemuda berdarah campuran ini meloncat dari jendela. Tidak dipedulikan teriakan temannya, yang Daniel pikir ia hanya perlu sembunyi. Ia memasang jaket dengan cepat dan memasukkan kepala ke tudungnya―menyamarkan diri.

Tanpa diketahui, seseorang tersenyum puas dan mengikutinya.

***

Beberapa jam sebelumnya.

Setelah melakukan ibadah subuh, Vira duduk di tepian kasurnya. Tidak bermaksud mengganggu tidur kakaknya, gadis ini pun merangkak pelan untuk mengambil tasnya. Ia menarik dua lembar kertas bertuliskan angka lalu menelitinya. Ia bersyukur diberi waktu untuk meminjam kertas itu. Matanya berfokus pada suatu titik seperti air dan minyak di baliknya. Dari kemarin noda tersebut tidak hilang. Agak curiga, Vira pun menuju meja belajar dan menghidupkan lampu meja. Ia berniat mengeringkan noda itu dengan panas lampu. Sembari menunggu, ia melihat angka dibalik kertas yang terlihat, 7,2. Apa maksudnya?

Bukannya mengering, panas dari lampu itu malah memunculkan suatu noda tipis yang lebih berpola di kertas itu. Seperti tulisan, tapi tidak bisa dibaca sama sekali karena sangat terang. Jika mengingat praktikum kimianya beberapa bulan lalu, ia jadi teringat tentang tinta rahasia. Yaitu dengan membuat larutan hidrida kobalt klorida yang dituliskan di kertas. Tinta itu akan hilang dan muncul lagi jika dipanaskan.

Dengan rasa penasaran, Vira beranjak mengambil setrika listrik dan menunggunya panas. Ketika dirasa sudah cukup panas, ia menyetrika kertas itu. Cukup lama sampai tulisan itu makin terlihat jelas. Tulisan muncul dengan warna biru terang namun masih bisa dibaca. Vira berdecak melihat tulisan yang sepertinya disembunyikan sang penulis untuk alasan tertentu.

Siapapun, tolong aku! Aku mendapat teror dan akan dibunuh jika tidak melaksanakan apa yang ia perintahkan. ―D―

"Begitu ya, sudah kutebak kami salah persepsi," ujar Vira pelan. Ia tidak terlalu yakin, tapi ia tahu ini tulisan Daniel. Kalau dilihat dari situasinya yang sering menempelkan surat di cermin, permintaan rahasia ini bisa dipastikan memang miliknya. Jika situasinya seperti Malini, Daniel bisa saja menjadi korban selanjutnya.

Tapi, dengan begini ia kehilangan identitas pelaku. Saat kematian Malini dan terlukanya Helda, Daniel bisa menjadi tersangka. Ia tidak berada di tempat dan tidak kembali sampai Malini ditemukan. Ia juga tidak mampu menjelaskan kenapa bisa terluka cukup parah. Vira bersandar di kursinya. Kertas satu lagi tidak memunculkan apapun. Ia mencabut setrika dan mulai berpikir. Banyak kemungkinan bisa terjadi. Bagaimana jika Daniel sempat diancam secara fisik lalu luka itu terbuka kembali ketika ia melakukan tugas yang cukup berat? Bagaimanapun ia adalah perantara pembunuh yang menjadi kaki tangan secara nyata. Sial! Belum selesai urusannya tentang ulang tahun sekolah, kini ditambah dengan kenyataan bahwa Daniel bukanlah pelakunya. Bagaimana caranya menangkap pelaku yang bergerak dibalik layar? Yang tidak mempunyai alibi kuat memang tidak hanya Daniel saat tragedi di UKS terjadi. Tapi, yang paling berpotensi memang hanya pemuda itu saja.

IN Series 2: CerminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang