Chapter 2: Surat di Cermin

354 26 0
                                    

Ini adalah rapat kelima panitia ulang tahun sekolah. Kemajuan persiapan acara telah ditunjukkan menuju puncak hari tersebut−dua bulan lagi. Peringatan Ulang Tahun SMA Bimasakti ke 9 yang akan dilaksanakan sejak saat ini hingga bulan Desember nanti telah diputuskan bertema Europe 18th Century. Cukup menarik, mengingat sangat jarang perayaan ulang tahun sekolah menggunakan tema seperti ini.

Pembahasan topik rapat kali ini pun sederhana. Hanya membicarakan waktu untuk menginap bagi panitia di sekolah untuk mempersiapkan kegiatan lomba-lomba yang akan dilaksanakan mulai dari seminggu ini. Memang sudah menjadi tradisi bahwa ulang tahun sekolah dimeriahkan dengan perlombaan besar dan pengumumuan pemenang dilakukan pada malam puncak acara−malam yang sangat melelahkan bagi seluruh panitia. Kegiatan menginap ini pun berfungsi untuk pencapaian maksimal persiapan acara sekaligus ajang mengenal lebih baik lagi bagi seluruh panitia.

"Baiklah, sudah diputuskan," kata Arya sembari merapikan tumpukan kertas di mejanya. "Panitia akan menginap 1 malam sebelum lomba school extern dan 3 malam berturut-turut menuju hari puncak ulang tahun sekolah tanggal 19 Desember..,"

Zack tidak memerhatikan perkataan Arya di depan. Fokusnya lebih kepada surat-surat, penyusunan acara di perlombaan petama, serta anggaran biaya. Sebagai penanggungjawab kegiatan Teen in Europe Haloween Contest, membuatnya semakin sibuk. Kegiatan lomba adu kebaikan kostum ini mengundang sekolah lain. Alasan Zack mengusulkan haloween sebagai tema lomba pertama ini karena lomba jatuh pada tanggal 30 September, sebulan sebelum perayaan haloween di negeri barat―walau ia masih belum bisa memastikan asal tradisi haloween yakni dari Eropa atau Amerika?

Mereka kini berada di ruang media 3. Berbeda dengan rapat sebelumnya yang memakai ruangan luas, rapat kelima ini tidak menggunakan ruang media utama karena sedang digunakan untuk seminar. Ruangan yang tidak terlalu luas ini membuat Arya sulit berkonsentrasi tentang keputusannya karena suara ribut panitia yang menunggu penutupan rapat terdengar jelas. Menghela napas sejenak, Arya menginterupsi keributan. "Well, kegiatan menginap akan dilaksanakan 5 hari lagi. Yang wajib mengikuti kegiatan ini adalah panitia administrasi, koordinator setiap bidang teknis lapangan, serta salah satu anggota―jika ingin melengkapkan anggotanya juga tidak masalah. Sisa anggota hanya perlu hadir saat acara."

Vira menegang. Benar, 'kan? Ia akan makin sulit belajar mulai saat ini. Saat belum terlibat kepanitiaan saja, ia sudah kesusahan mempertahankan beasiswanya. Apalagi sekarang?

"Ketua," panggilan gadis yang duduk disampingnya―Hafiza―kepada Arya di depan cukup membuat Vira sadar dari kegalauannya. "Aku ingin membuat latihan masak untuk persiapan konsumsi pada malam puncak. Bagaimana menurutmu, Arya?" tanyanya meminta pendapat.

Ekspresi wajah Arya agak berubah ketika mendengar suara Hafiza. "Boleh saja," responnya seadanya―dan hal itu membuat Hafiza kesal.

'Aneh. Arya berubah kala mendengar suara Hafiza,' batin Vira.

Tangan Arya memegang selembar kertas HVS bertulis beberapa nama siswa baru yang ada di dalam kepanitiaan. "Ada informasi penting yang disampaikan Pak Majesty―pembina acara ini―kalau..," Arya menggantung ucapannya dan membuat seisi ruangan hening seketika. "Ada orang yang menjadi penyusup di SMA Bimasakti dari sekolah lain dan ia masuk dalam kepanitiaan ini. Sekolah swasta selain berfungsi pendidikan juga merupakan lahan bisnis sehingga persaingan tetap ada. SMA Bimasakti bisa dibilang sekolah swasta terbaik di provinsi ini sehingga setiap kesuksesan acara yang menjadi sorotan akan membuat sekolah lain penasaran untuk ikut menerapkannya pula. Lalu, Pak Majesty juga mengatakan bisa saja orang itu adalah murid baru yang datang semester ini."

Berkat perkataan Arya, seisi ruangan saling pandang curiga seolah mereka bisa mengetahui orang yang dimaksud hanya dengan tatapan mata.

***

IN Series 2: CerminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang