David Theodore Smith, laki laki tampan, kaya raya dan players. Dia tidak pernah percaya wanita karena baginya wanita hanya sebuah parasit yang menjijikkan. Hampir semua wanita terbuai oleh kelebihan yang dia miliki.. Yahh hampir... Kecuali ada satu...
"mimpi yang tidak mengenakkan.." tutur Sofia lemas
Tiba tiba Sofia melirik ke arah tasnya yang terletak di meja dapur dan dia beranjak untuk mengambilnya. Sofia tersenyum kecil saat layar hpnya hidup. "Baiklah bestfriend, aku akan menemuimu sekarang"
Sofia mengambil tasnya dan langsung keluar menuju suatu tempat.
----------
"Seingatku rumahnya ada disini.."
(200m ke depan belok kiri. belok kiri. belok kiri)
"ahh ada apa dengan gpsku kenapa bisa begini? Sepertinya aku harus mengandalkan instingku dan instingku berkata kita harus belok di sini."
Sofia mengendarai mobilnya dan berputar di kawasan rumah mewah yang lebih terlihat seperti mansion dan setelah 30 menit kemudian "Tidak ketemu... Huaaa.. dimana rumahnya... New York saja tidak berubah secepat ini dalam kurun 2 tahun. Kurasa aku harus turun dan menanyakan ke orang di sekitar sini."
Sofia turun dan melihat ke sekitar, "Disini tidak ada orang yang lewat" kata Sofi sambil menundukkan kepala.
Sofia hampir menyerah sampai ada seseorang berteriak dari kejauhan. " Sofi!!! Itu benar kamu" teriak seorang wanita
Sofia menoleh ke arah teriakan tersebut dan ,"Miranda! AKhirnya aku bertemu denganmu!"
----------
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Terdengar dua orang sedang larut dalam pembicaraan mereka di dalam sebuah ruangan bernuansa eropa)
"'Kamu seharusnya memberitahuku Sofi. Aku bisa menjemputmu di bandara."
"Aku rasa itu tidak perlu Mira.. Kamu tahu kan.."
"Ya ya ya. Because your daddy already set it all, right?"
Kedua wanita tersebut tertawa melepas kerinduan mereka. Miranda Carter adalah teman baik Sofia. Mereka berdua adalah teman sekamar pada saat kuliah meskipun jurusan yang mereka ambil sangat bertolak belakang tetapi tidak dengan kepribadian mereka. Sofia dan Miranda bagaikan saudara yang bisa mengerti satu sama lain. Tidak ada yang lebih mengerti Sofia dibanding Miranda dan begitu juga sebaliknya.
"Oh iya Sofi.. Ada yang belum kuceritakan padamu.. hehehe" Miranda tersenyum malu
"Ada apa Mira? Siapa yang menjadi alasanmu belum menceritakan itu?" ejek Sofia
"Ihh Sofii. Apakah kamu selalu bisa membaca pikiranku?" ujar Miranda dengan nada sedikit kesal
"Aku tidak bisa membaca pikiran Mira. Hanya saja wajahmu mulai memerah dan aku rasa hanya seseorang yang bisa membuatmu begitu bukan 'apa' " jawab Miranda sambil meneguk teh yang telah disediakan.