David Theodore Smith, laki laki tampan, kaya raya dan players. Dia tidak pernah percaya wanita karena baginya wanita hanya sebuah parasit yang menjijikkan. Hampir semua wanita terbuai oleh kelebihan yang dia miliki.. Yahh hampir... Kecuali ada satu...
Sinar matahari pagi menyeruak masuk, membuatku merubah posisi tidur sehingga wajahku menghadap ke bantal.
Beberapa saat kemudian, aku menyadari sesuatu. Tunggu.. kenapa tempat tidurku membelakangi jendela? Aku segera bangkit dan duduk melipat kaki.
Dengan sekuat tenaga, aku membuka mata lalu melihat ke sekitar. Setelah otakku berhasil memproses apa yang kulihat, mataku terbuka sempurna.
Ini bukan kamarku. Aku berdiri lalu berpikir sejenak.
Aku menundukkan kepala dan melihat kemeja yang kupakai semalam masih melekat di tubuhku. Perlahan, ingatan mengenai kejadian kemarin malam mulai muncul. Sh*t! Kenapa aku harus menangis? Di depannya pula.. Aku berdecak sambil memukul keningku.
Jujur, sekarang aku merasa malu stengah mati. Ah sial! Cibikku dalam hati.
Aku menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. Di ambang pintu, terlihat Sofia yang sudah rapi dengan setelan kerjanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ingatan saat aku menangis terlintas di otakku. Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal dan menghindari kontak mata dengannya.
Aku harus memulai percakapan sebelum suasana bertambah canggung. "Aku-"
"Aku-" Ucap Sofia bersamaan.
Kami terdiam sebentar lalu, "Kamu-" "Kamu-"
Aku meruntuki diriku dalam hati. Kenapa daritadi kita mengucapkan kata yang sama?
"Aku-" Suara Sofia menarik perhatianku. Kulihat dia mengigit bibir bawahnya lalu berkata, "Aku sudah menyiapkan makanan dan juga bajumu." Kemudian matanya mengarah ke sofa di belakangku.
"Kamar mandi ada diluar. Sebaiknya kamu bersiap-siap. Sebentar lagi kita akan berangkat kerja." Ucapnya sambil mengacungkan jempol menunjuk ke belakangnya.
Aku tersenyum tipis, mengambil baju yang sudah disiapkan Sofia dan berjalan keluar mengekorinya.
-----
Sofia terkejut saat melihatku keluar dari kamar mandi. Secepatnya, ia menyembunyikan kotak obat ke dalam laci dan memakai kembali sepatunya.
"Aku punya pengering rambut di kamar jika kamu mau memakainya. Aku sudah meletakkannya di meja rias." Ujar Sofia.
Aku hanya mengangguk dan berjalan menuju kamar. Kusambungkan hair dryer ke colokan dan mulai mengeringkan rambutku.
Aku menyapukan pandangan ke seluruh penjuru kamarnya. Terlihat simple.
Sebuah laci empat tingkat terletak di pojok kanan dengan beberapa tangkai bunga mawar dalam vas di atasnya. Bunga itu terlihat segar. Sepertinya Sofia rajin menggantinya. Lalu di belakangku, pojok kiri, terdapat lemari tiga pintu yang tidak terlalu besar. Kemudian meja rias menengahi kasurnya dengan jendela.