Author's POV
Bulan malam ini bersinar terang menerangi setiap pelosok jalan di kota Seattle. Beberapa orang terlihat baru saja keluar dari gedung perkantoran, ada juga yang terlihat sedang menikmati makan berdua dengan kolega atau pasangan masing-masing dan ada beberapa pulang ke rumah untuk beristirahat.
Tampaknya opsi ketigalah yang dipilih Sofia hari ini. Tapi alih-alih pulang ke apartmennya, ia malah pergi ke rumah Miranda.
Ting tong
Sofia membunyikan bel rumah Miranda. Ia menunduk, memainkan kakinya sambil menunggu seseorang membukakan pintu.
Setelah beberapa menit, terdengar suara derik pintu. Belum sempat Sofia mendongak, orang yang muncul dari balik pintu langsung memeluknya, "Sofia! Kamu disini? Biasanya kamu telepon dulu"
Sofia terkekeh pelan, "Maaf, daya ponselku sudah mati. Tadi aku sempat berpikir kamu tidak ada di rumah, Miranda"
"Kamu beruntung sekali. Aku baru saja tiba." Ucap Miranda sambil melepaskan pelukannya. "Ayo masuk."
Sofia tersenyum dan mengangguk lalu mengikuti Miranda masuk ke dalam.
Rumah Miranda selalu sepi karena orangtuanya selalu berpergian dan sekarang Mason juga sudah pindah ke Itali. Jadi di rumah tinggal Miranda beserta beberapa pelayan dan pengawalnya.
Setelah melewati makan malam bersama, Sofia membersihkan diri di kamar. Malam ini, ia memutuskan untuk tinggal disini.
"Apa yang terjadi?" Tanya Miranda ke Sofia yang baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk.
Sofia menoleh sekilas ke arah Miranda, "Apa maksudmu?" Balas Sofia sambil meletakkan handuk tersebut ke keranjang cucian lalu menuju ke kasur dimana Miranda berada.
Miranda menyilangkan kedua tangan dan melipat kaki ke atas. "Hm.. Mason tiba-tiba setuju dengan usulan Papa untuk mengurus perusahaan di Itali. Biar kutebak. Dia ditolak lagi bukan? Kamu benar-benar tidak memberinya kesempatan."
Sofia menunduk, menatap lurus ke lantai di depannya. "Itu demi kebaikannya.."
Miranda menatap Sofia dari samping lalu mendengus kasar. "Demi kebaikannya atau kebaikanmu?"
Pertanyaan Miranda berhasil menarik perhatian Sofia.
"Sofia.. kamu sahabatku. Bahkan kamu sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Kamu tahu kan aku lebih suka adik perempuan daripada adik laki-laki yang tahunya cuma menggoda sahabat kakaknya sendiri."
Sofia tersenyum kecil menanggapi ucapan Miranda. Perlahan tangan Miranda menangkup kedua punggung tangan Sofia.
"Aku tidak menyalahkanmu karena menolak Mason. Aku tahu sifatnya seperti apa. Tapi kamu melakukan ini bukan demi kebaikannya, dear.. kamu melakukan ini semua untuk melindungi dirimu sendiri.. Apa kamu sadar?"
Sofia menarik tangannya dari Miranda lalu membekap kedua lututnya di depan dada.
"Hei Sofia.. lihat aku."
Miranda menarik pundak Sofia agar berputar tapi Sofia tidak goyah sedikit pun."Kamu tidak bisa selamanya menutup diri dari orang lain. Kamu membangun tembok yang terlalu tinggi untuk dilewati."
"Itu memang kemauanku." Potong Sofia.
"Aku tidak ingin ada orang lain yang tertarik padaku atau mendekatiku.""Apa yang bisa kamu lakukan jika kamu terlihat seperti ini?"
Miranda melihat Sofia dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Kamu itu sempurna, Sofia. Pria bersaing untuk mendapatkanmu dan para wanita iri dengan kecantikanmu. Eit, kecuali aku." Lanjutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING
RomanceDavid Theodore Smith, laki laki tampan, kaya raya dan players. Dia tidak pernah percaya wanita karena baginya wanita hanya sebuah parasit yang menjijikkan. Hampir semua wanita terbuai oleh kelebihan yang dia miliki.. Yahh hampir... Kecuali ada satu...