Update! Update!
Author mau ngucapin terimakasih banyak untuk semua yang mendukung cerita ini. Jadi terharu 😭
Author usahakan update secepatnya lagi! 😤😤Semangat semangat😤😤
====================
Sofia's POV
"Tidak apa. Aku bisa naik taksi. Em.. iya.. iya.. iya sahabatku tersayang.. Love you, bye"
Baru saja Miranda menelepon untuk mengatakan bahwa hari ini dia tidak bisa menemaniku ke dokter karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya sebelum fashion show besok malam. Baju yg dikatakan hilang minggu lalu juga sudah ditemukan. Pegawai baru di butik kurang mengerti pembagian kode baju sehingga dia asal memasukkannya.
Aku akan bercerita sedikit mengenai Miranda. Dia satu-satunya sahabatku. Kami bertemu di Inggris, tepatnya di Oxf*rd University. Saat itu aku sedang mencari apartmen di sekitar kampus dan tanpa sengaja aku bertemu dengan Miranda yang kebetulan sedang mencari teman sekamar. Kami pun bersahabat meskipun umurku dan Miranda terpaut 3 tahun. Kami tidak mengambil jurusan yang sama. Aku di S-1 Computer Science sedangkan Miranda sudah duduk di S-2 Bussiness. Lalu kami berpisah saat kelulusan. Miranda dibawa orangtuanya pulang ke Seattle jadi kuputuskan untuk kembali ke New York. Keluarga Miranda adalah pemilik perusahaan kain terbesar se-Amerika. Akan tetapi, Miranda lebih memilih membuka butik. Pada awalnya, kedua orang tua Miranda menentang keputusannya tapi Miranda membuktikan keberhasilannya hanya dalam waktu 1 tahun. Sehingga adik laki-laki Miranda yang menjadi pimpinan di perusahaan tersebut.
Aku melirik jam yang ada di atas meja kerja. "Astaga sudah jam 10. Aku harus cepat. Ke dokter dulu kemudian ke perusahaan" ucapku sambil membereskan beberapa berkas untuk dibawa.
Paman, ayah David, tidak mengijinkanku datang sampai kakiku sembuh total dan disinilah aku, di apartmen. Tentu saja aku tidak bersantai-santai. Paman mengatakan aku tidak diijinkan datang tapi tidak dengan bekerja sehingga aku memboyong semua pekerjaanku ke apartmen. Hari ini ada rapat penting dan manusia bermata hijau itu pasti disana. Semoga saja dia tidak berulah. Semoga.. Semenjak insiden di mansion David satu minggu lalu, dia belum menampakkan batang hidungnya. Mungkin dia menyesal karena telah menyetujui perjodohan ini.
Aku mengangkat gagang telepon lalu memencet sebuah tombol untuk terhubung ke resepsionis bawah, "Halo, Saya Sofia Johansson dari kamar 505. Tolong panggilkan taksi sekarang. Terimakasih."
Kuletakkan kembali gagang telepon itu pada tempatnya lalu bergegas meninggalkan ruangan. Oh iya, gips di kakiku sudah dilepas tapi aku tidak boleh melakukan sesuatu yang membebani kakiku termasuk menyetir sampai benar-benar sembuh.
Aku berjalan dengan menumpu pada kakiku yang satunya karena masih terasa nyeri. Aku mengunci pintu dan segera menuju ke lift.
Sampainya di lobby, beberapa resepsionis tersenyum padaku.
"Kamar 505. Apakah taksinya sudah di depan?" Tanyaku pada resepsionis yang berada di bagian paling kiri.
"Sudah Ms. Johansson. Silahkan.."
Aku menganggukkan kepala lalu melenggang keluar. Satu menit.. Dua menit.. Sepuluh menit... Aku melirik jam di tanganku. Sudah sepuluh menit. Tadi katanya sudah di depan. Tapi kenapa sampai sekarang belum datang?
Aku menyapukan mataku ke sekitar. Tidak ada satupun taksi yang terlihat. Lebih baik kutanyakan lagi ke resepsionis itu.
Aku membalikkan badan untuk masuk ke lobby dan melompat kaget, "Oh Tuhanku.."

KAMU SEDANG MEMBACA
FALLING
RomanceDavid Theodore Smith, laki laki tampan, kaya raya dan players. Dia tidak pernah percaya wanita karena baginya wanita hanya sebuah parasit yang menjijikkan. Hampir semua wanita terbuai oleh kelebihan yang dia miliki.. Yahh hampir... Kecuali ada satu...