Seharian penuh Taeyong merasa Jaehyun telah keterlaluan. Menyuruhnya ini itu bahkan ke hal-hal tidak penting sekali pun. Mengikutinya kemanapun langkah Jaehyun pergi sampai kakinya lemas. Ya bagaimana tidak lemas jika ia sedari tadi pagi belum makan.
Taeyong kesulitan membawa setumpuk buku-buku besar yang ia bawa dengan tangan mungilnya sendirian. Tangan berharga Putra Mahkota tak mungkin mau kotor membantunya. Selama ini ia sangat menghormati Jaehyun saat ia tak sengaja berpapasan, menganggap Jaehyun adalah seorang yang bijak dan hangat. Kenyataan dengan keras menamparnya. Jaehyun tak lebih dari sosok orang yang congkak dan suka berbuat seenaknya.
Apalagi sekarang, Taeyong melihat sendiri dengan mata kepalanya jika Jaehyun sengaja melemparkan sapu tangan ke dalam sungai. Awalnya ia tak sudi mengambilkan sapu tangan itu, namun tatapan tajam Jaehyun seolah mengharuskannya melakukan hal itu.
"Kau tak mau mengambilkannya?"
Taeyong sudah terlalu kehabisan tenaga untuk berdebat hal yang tak mungkin ia menangkan. Akhirnya ia meletakkan setumpuk buku yang berat itu di tanah dan langsung berlarian ke pinggir sungai. Kaki sebelah kanannya sudah setengah masuk ke dalam air sebelum ia merasa seseorang menarik tangannya keluar dari area sungai.
Pria yang menarik tangannya keluar dari sungai kini menggantikannya memungut sapu tangan yang dijatuhkan oleh Jaehyun. Taeyong melirik ekspresi Jaehyun yang menyiratkan rasa tak suka melihat sikap heroik yang ditunjukkan oleh pria yang membantu Taeyong.
Setelah pria itu berhasil meraih sapu tangan Jaehyun, ia naik ke daratan dan menyerahkan sapu tangan yang basah itu kepada Jaehyun. Tapi Jaehyun tak bergeming dan hanya menatapi uluran tangan pria itu.
"Pangeran Yu, apa yang membuatmu repot-repot berbasah ria hanya untuk mengambilkan barangku?" tanya Jaehyun dengan tatapan penuh kecurigaan. Bibirnya masih saja memasang senyum.
"Sudah selayaknya hamba yang melihat barang Yang Mulia jatuh membantu mengambilkannya." jawab Pangeran Yu dengan nada sebisa mungkin santai yang semakin membuat Jaehyun terlihat kesal.
"Sampai kau mau mengotori jubahmu yang terhormat, Pangeran Yu?"
Yuta hanya memunculkan tawa ringannya. "Lain kali berhati-hatilah saat memegang barangmu Putra Mahkota. Barang seringan itu saja bisa jatuh, apalagi... harga dirimu yang tinggi."
Ekspresi wajah Jaehyun berubah kaku. Tak ada lagi senyum basa-basi yang ia tunjukkan. Kata-kata yang dilontarkan oleh rahang enteng Yuta begitu tepat sasaran melukai hati Jaehyun. Ia yakin Yuta melihat tangan Jaehyun dengan mudahnya melempar sapu tangan itu hingga membuat Yuta melontarkan sindiran padanya.
Yuta kemudian menolehkan kepalanya ke arah Taeyong. Melihat kondisinya yang lemas dan tak bertenaga membuat Yuta khawatir. Saat ini peluh memenuhi jidatnya dengan wajahnya yang kini terlihat pucat.
"Kenapa kau masih ada disini? Kembalilah ke asrama pelatihan calon pelayan." perintah Yuta kemudian yang membuat Jaehyun terbelalak.
Taeyong hanya diam. Menatap dengan takut pada ekspresi tidak senang yang ditunjukkan oleh Jaehyun. Hal itu membuat Yuta semakin gemas. Yuta menarik pergelangan tangan Taeyong untuk segera pergi dari tempat itu meninggalkan Jaehyun dan semua pekerjaannya, sebelum kemungkinan buruk lain terjadi karena kondisi Taeyong yang tidak terlihat baik.
"Kami permisi dulu Putra Mahkota." ujar Yuta dengan tangan menarik Taeyong pergi.
Sesaat ketika Yuta hendak berjalan melewatinya, tangan kanan Jaehyun mencekal pergelangan tangan Yuta yang membuat langkah Yuta terhenti.
"Dia... milikku." gumam Jaehyun setengah berbisik di telinga Yuta. Taeyong yang ada disebelah Yuta sama sekali tak mendengar apa yang dikatakan Jaehyun karena volume suaranya yang sangat kecil nyaris berdesis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parallel ❥ THE CROWN PRINCE
FanfictionTaeyong mengalami kecelakaan yang membuatnya terlempar ke dimensi lain dimana semua orang berjenis kelamin pria menjadikan dia uke paling cantik disana! Bagaimana cara Taeyong bertahan hidup dan menyesuaikan diri dari pandangan haus para seme disana...