9 : Vision

10.8K 1.9K 180
                                    

Taeyong mengikuti perintah dari kepala pelayan, ia bersama dengan Taeil menuju istana Putra Mahkota. Sepanjang perjalanan terasa hening. Taeil berkutat dengan pikirannya sendiri, ia khawatir akan Taeyong yang harus berhadapan dengan Jaehyun.

Jaehyun tidak selalu memiliki mood yang baik. Semua pelayan banyak sekali yang mengeluhkan akan perubahan sikap Jaehyun yang mendadak dan membuat beberapa pelayan kebingungan. Saat mood Jaehyun bagus, ia tidak banyak mengganggu pelayannya. Namun sedikit saja harinya terganggu, ia tak segan-segan mempersulit keadaan para pelayan yang mendampinginya.

Sesampainya di pekarangan istana Putra Mahkota, Taeil berpamitan dengan Taeyong. Ya walaupun mereka masih bisa bertemu namun Taeil tau tidak akan seluang saat sebelum Taeyong ditempatkan di istana Putra Mahkota. Belum lagi jadwal Putra Mahkota yang padat yang mempersempit waktu luang Taeyong nantinya.

"Semoga beruntung, Taeyong-ah," ucap Taeil. Tangannya meremas halus bahu kanan dan kiri Taeyong, seakan memberi isyarat kalau Taeyong akan baik-baik saja.

Taeyong mengangguk. "Kita masih bisa bertemu kan?" tanyanya.

Lenguhan nafas berat keluar dari bibir Taeil sebelum menjawab pertanyaan Taeyong. "Jika kau membutuhkanku, percaya aku saja. Carilah aku. Jangan mencari yang lain. Tak ada yang bisa di percaya di istana ini, Taeyong-ah."

Walaupun Taeyong tak sepenuhnya paham dengan apa yang dikatakan Taeil, ia hanya mengangguk.

"Ah, aku akan merindukanmu." gumam Taeil pelan.

Taeyong tertawa. Raut muka Taeil benar-benar terlihat kecewa. Ia senang selama ini menjadi lebih dekat dengan Taeil. Selama ini pria itu membimbingnya untuk mengenal seluk beluk istana dengan baik dan Taeyong sangat takjub dengan kerendahan hati yang selama ini selalu ditunjukkan oleh Taeil.




*



Taeyong duduk berlutut dengan beberapa pelayan lain di depan pintu. Putra Mahkota sedang menikmati sarapannya dengan tenang. Sedangkan perut Taeyong keroncongan karena belum sempat memakan sesuap nasipun.

Sreggg

Terdengar suara pintu digeser. Mengingat pelajaran yang diambil saat ia masih berada di pelatihan para pelayan istana, tidak boleh menatap langsung pada mata para petinggi istana. Maka dari itu Taeyong hanya menunduk.

Tanpa sepatah kata apapun, Putra Mahkota bergerak melewati para pelayannya. Beberapa pelayan segera berdiri dan berjalan mengikuti Putra Mahkota. Ada jarak sekitar tiga langkah di belakang Putra Mahkota. Karena kali ini adalah kali pertama Taeyong resmi menjadi pelayan, ia mengikuti apa yang pelayan lain lakukan.

"Biasanya ia akan pergi ke perpustakaan setelah makan." bisik salah seorang pelayan di sebelah Taeyong.

Taeyong hanya mengangguk-angguk, sebelum akhirnya pelayan itu melanjutkan, "biasanya Putra Mahkota mengajak salah seorang pelayan untuk mencari buku yang ia cari. Jadi sisanya menunggu diluar. Mungkin kau tak akan dipilih. Apalagi kau masih baru. Putra Mahkota tak begitu percaya dengan orang baru."

Mendengar perkataan pelayan itu membuat Taeyong sedikit lega. Setidaknya ia tidak berduaan dengan Putra Mahkota. Itu saja sudah cukup. Terlalu menakutkan untuk membayangkannya saja terlebih mengingat betapa menyebalkannya Jaehyun saat kejadian di pinggir sungai.




Namun ternyata lega itu hanya sementara.

Tepat saat Putra Mahkota berhenti di depan pintu masuk perpustakaan, ia melirik ke arah Taeyong memberi aba-aba pria itu untuk ikut masuk dengannya.

Salah seorang pelayan yang berada di sebelah Taeyong sudah sibuk menyenggol-nyenggol lengan Taeyong. Terpaksa dengan hati dongkol Taeyong menuruti keinginan Putra Mahkota. Ia berjalan membuntuti langkah Putra Mahkota yang lebih dulu masuk ke gedung Perpustakaan.

Parallel ❥ THE CROWN PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang