"Baguslah. Karena aku akan segera pulang ke rumah."
Hening sesaat. Hanya terdengar suara nafas di antara keduanya. Jaehyun menatap manik mata Taeyong dalam-dalam mencari ketidaksungguhan yang tak ia temukan.
"Kau akan pergi?" tanya Jaehyun kemudian.
"Iya Yang Mulia. Aku akan segera meninggalkan kerajaan."
"Apa yang harus aku lakukan agar kau tak pergi dari sini?"
Taeyong menghela nafas beratnya. Mencoba menutupi kesedihannya dengan senyum yang ia paksakan untuk muncul di ujung bibirnya. "Tidak ada, rumahmu disini Yang Mulia. Dan aku memang tak sengaja datang dan menetap untuk sementara waktu saja. Aku harus kembali ke tempatku yang semestinya, cepat atau lambat."
Pikiran Jaehyun berkecamuk, hatinya memanas saat membayangkan kehilangan Taeyong secepat ini. Bahkan saat ia belum benar-benar memulai. Membiarkan perasaannya menang dan berani mengatakan bahwa ia menyukai pria mungil di depannya itu.
"Kau tetap akan pergi apapun hal yang akan kutawarkan kepadamu?" tanya Jaehyun lagi dengan nada putus asanya.
Taeyong mengangguk pelan walau ragu tawaran apa yang dimaksud oleh Jaehyun.
"Apa kau tak suka disini? Kepala kasim terlalu keras mengajarimu? Kumohon katakan padaku apa yang tak kau sukai."
Taeyong tersenyum. Baru kali ini ia melihat Jaehyun sangat putus asa. Tidak sesuai dengan tatapan dingin yang sering kali terpancar dari matanya.
"Aku suka disini. Semua orang baik. Termasuk Yang Mulia."
"Kau benar-benar tak mau melihatku lagi? Kau akan pergi begitu saja dan melupakanku?"
Taeyong meraih pelan kedua tangan Jaehyun seakan lupa kedudukannya. Jaehyun yang ia lihat sekarang terlihat sangat rapuh dan sedih.
"Aku tak akan melupakanmu."
***
Taeyong tertidur lelap setelah meneguk secangkir teh yang ia temukan di depan bilik kamarnya. Ia yakin itu miliknya karena terdapat tulisan untuk Taeyong di mangkuk tersebut.
Walaupun agak ragu, ia tetap meminumnya. Karena teh itu ia mendapatkan tidur paling nyenyak selama ia tinggal di dimensi lain ini.
Namun saat matanya terbuka, ia kaget bukan main. Kaki dan tangannya terikat sampai ia tidak bisa bergerak di dalam ruangan sempit yang bergoyang seperti digerakkan.
Taeyong langsung panik mendapati keadaannya saat ini. Bagaimana bisa ia tidak sadar sama sekali sampai tubuhnya terikat sepenuhnya dan menjadi tidak dapat bergerak.
Tubuhnya terhuyung kesana kemari mengikuti pergerakan ruang sempit itu berjalan. Ia berusaha mengintip lubang kecil yang ada dan semakin kaget melihat Doyoung rupanya orang yang membawanya pergi.
"Doyoung-ah!" teriak Taeyong dari dalam. Tangan dan kakinya terikat namun mulutnya bebas.
Doyoung kemudian mengisyaratkan 2 orang lain yang ikut serta mendorong kereta Taeyong untuk berhenti.
"Kau sudah sadar?" Tanya Doyoung menundukkan kepalanya pada lubang kecil untuk mengecek keadaan Taeyong.
"Kita mau kemana?" Taeyong terlihat panik karena ia merasa akan diculik. Tapi tidak mungkin juga seorang Doyoung yang ia kenal baik bermaksud jahat dengan menculiknya.
"Aku menyelamatkanmu pergi dari istana. Taeyong-ah, sabar sebentar lagi kita sampai. Kita bisa bersama lagi."
Mata Doyoung terlihat berkaca-kaca setelah mengatakan itu hingga membuat Taeyong tak dapat berkomentar apa-apa. Padahal dalam hatinya sudah berteriak kalau dia tidak bisa meninggalkan istana. Dia harus kembali ke bumi dan yang dapat membantunya saat ini hanyalah pangeran Yuta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parallel ❥ THE CROWN PRINCE
FanfictionTaeyong mengalami kecelakaan yang membuatnya terlempar ke dimensi lain dimana semua orang berjenis kelamin pria menjadikan dia uke paling cantik disana! Bagaimana cara Taeyong bertahan hidup dan menyesuaikan diri dari pandangan haus para seme disana...