1 :: SIAL

1.3K 43 1
                                    

Matanya melirik jam dipergelangan tangan kirinya. Julia berdecak. Ia melirik lampu lalu lintas yang masih berwarna merah. Adakah yang lebih sial dibanding dirinya? Bangun kesiangan karena semalam diajak omnya begadang untuk menonton bola. Mandi dengan tergesa-gesa sehingga tidak sempat sarapan. Lalu sekarang? Terjebak dilampu merah yang baru kali ini dirasanya sangat lama. Inilah efek masih mengantuk, lapar dan kesal dalam waktu yang sama. Julia langsung menekan klakson motor scoopy-nya agar pengendara didepannya kembali menjalankan motor karena sekarang lampu merah sudah berganti hijau.

Julia melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ia sudah tidak memedulikan dirinya yang mendapat sumpah serapah dari pejalan kaki yang hampir tertabrak motornya. Ia berteriak 'maaf' dan kembali melajukan motornya. Bukan tanpa alasan dirinya begitu kesetanan membawa motor. Julia tidak ingin terlambat karena hari ini kelasnya akan ada ujian matematika di jam pelajaran pertama. Sudah tak terhingga bukan kesialannya?

Julia memarkirkan motornya didepan indomaret yang berada tak jauh dari sekolahnya. Ia tak bisa parkir disekolah karena pagar sudah tertutup rapat. Julia menggeretakkan giginya. Ia pasti akan dihukum karena terlambat masuk. Sudah dihukum dilapangan, masuk kelaspun ia akan diwawancarai langsung oleh guru matematikanya yang galak.

Ia memejamkan matanya. "Sial banget gue hari ini."

Lagi?

Julia sedang bersama dua orang teman dekatnya disalah satu meja kantin. Ia baru saja memberitahu tentang kesialannya tadi. Melihat kedua temannya tertawa membuat gadis berhidung mancung itu mendengus. "Gue ketiban sial kok kayaknya lo berdua bahagia banget, ya?"

"Bukan begitu, Jul." Satu diantaranya membuka mulut. Ia adalah Nur, yang memiliki tinggi badan melebihi kedua temannya. "Cuma ya, kesialan lo itu kan emang hal lucu bagi kita. Iya gak, Sa?"

Perempuan yang memiliki warna kulit hitam manis dihadapannya mengangguk. "Lagian, bisa aja dong lo pura-pura tidur pas om lo minta temenin lo nonton bola." Elsa kembali melanjutkan memakan chitatos-nya.

Julia mengangguk. Ia terkekeh geli. "Iya juga, ya? Kenapa gue gak kepikiran kesitu sih?"

Nur dan Elsa mengendikkan bahunya. Mereka juga tak mengerti mengapa Julia seperti sekarang. Apa karena Haidir yang memutuskannya ketika mereka libur panjang kenaikan kelas kemarin?

Apapun alasannya, bagaimanapun kronologinya. Nur dan Elsa sekarang memasang posisi selangkah didepan Julia. Mereka siap sedia untuk menghadang Haidir, jika lelaki itu beringsut maju. Karena itu tandanya, Haidir memiliki potensi untuk menyakiti sahabat mereka itu, lagi.


































Yuhuuuu. Ini short story, jadi jangan ada yang protes karena nanti setiap chapternya akan pendek seperti ini. Vommentnya guys. Aku cinta kalian semua 😘

Lagi? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang