4 :: SAPAAN

333 25 0
                                    

Julia baru saja keluar dari masjid disekolahnya bersama Nur. Elsa sedang berhalangan jadi tak bisa ikut melaksanakan shalat dzuhur. Mereka membawa mukena masing-masing ketika berniat melangkah kekantin. Sekedar membeli es disiang hari yang sangat terik seperti saat ini. Julia menoleh ketika merasa namanya dipanggil.

Didepan masjid bagian cowok. Ada beberapa murid lelaki yang sedang memasang kaus kaki dan sepatu. Salah satu diantara merekalah yang menegur Julia tadi. Siapa lagi kalau bukan Haidir 😏 ia tersenyum lebar. "Siang, Jul."

Julia memandangnya sekilas lalu benar-benar melangkah kekantin bersama Nur. Meninggalkan Haidir yang kembali ditertawakan Rizki. "Ngakak boleh gak sih?"

Hadir mencebikkan bibirnya kesal. Ia memasang sepatunya dengan cepat. Setelah selesai, ia berdiri dan melangkah menuju kelasnya meninggalkan Rizki yang sekarang berhenti tertawa. "Woy Dir. Tungguin gue elah." ia berlari menyusul Haidir.

Lagi?

"Gue kok kesel, ya?" Nur meminum pop ice-nya dengan menggerutu.

"Apalagi gue." Julia berkata jujur. Ia berterimakasih pada Ibu kantin yang baru selesai membuatkannya es teh.

"Makanya gak usah ditanggepin, Jul. Makin gak tau diri gitu kan jadinya." Nur melangkah dengan menghentakkan kakinya membuat Julia terkekeh.

"Kok jadi kayak lo ya? Yang mantannya." Julia menyedot es tehnya ketika Nur mendengus.

"Gue gak suka, sahabat gue ditarik ulur kayak layangan. Kalo dia ngelepas lo, gak seharusnya dia berusaha dapetin lo lagi."

Julia mengangguk. "Lo bener. Biarin ajalah, kita liat seberapa lama dia tahan giniin gue."

"Harusnya yang lo pikirin itu, seberapa lama lo tahan dia giniin. Bukan sebaliknya," Nur melirik Julia dengan kesal. "Gak seharusnya kita peduliin dia. Yang harus kita peduliin itu elo."

Julia kembali menyedot esnya. "Iya. Udah ah gak usah dibahas. Gue capek kalo harus bahas dia mulu. Dia gak pantes jadi topik utama pembicaraan kita, kan?"

Nur menghela nafasnya lelah. Ia mengangguk. "Gue cuma kasihan sama lo. Makanya lo blokir aja tuh semua sosmed dia. Chatnya lo read aja, gak usah dibalas. Telponnya jangan diangkat. Ah emang lebih baik lo blokir aja."

Julia sempat terdiam. Ia memang kesal dengan sosok mantannya itu. Tapi, apa tidak berlebihan kalau sampai memblokir social media-nya seperti yang disarankan Nur tadi? Apa itu tidak memutus jalinan silaturahmi mereka nantinya?

Tuh kan, Julia masih memikirkan soal silaturahmi dengan mantannya. Untung, hal itu hanya ada dipikirannya. Kalau sampai ia berkata pada Nur, pasti temannya itu kembali mengoceh panjang lebar. Menasihatinya ini dan itu. Membuat pikirannya kembali pusing tujuh keliling.


































Silaturahmi ya, Jul? 😂
Vomment vomment vomment 😉

Lagi? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang