22 :: SAKIT

148 13 1
                                    

Julia menatap Haidir yang saat ini duduk dihadapannya. Lelaki itu serius sekali melahap makanannya. Tak peduli dengan Julia yang mulutnya sudah gatal ingin bertanya banyak hal.

Haidir sendiri merasa suasana ini canggung. Baru kali ini berdua dengan Julia terasa kurang nyaman baginya. Ia bukannya tidak sadar dirinya diperhatikan. Hanya saja ia berpura-pura fokus dengan makanannya.

"Kenapa?"

Satu kata menggunakan tanda tanya yang akhirnya keluar dari mulut Julia. Haidir akhirnya mendongak menatap Julia dengan wajah yang tak seceria biasanya. "Kenapa?"

Julia mengangguk. Ia tertawa masam. "Kenapa kamu gini, Dir?"

"Gini gimana?"

"Kamu beda. Kamu pikir aku gak ngerasa?" Julia menyandarkan badannya di kursi. Tangannya berlipat di depan dada dengan mata masih menatap Haidir. "Kamu menghilang. Gak ngasih aku kabar. Terus tiba-tiba datang dengan sifat yang kayak begini."

Haidir meneguk makanannya dengan susah payah. Ternyata gerak-geriknya sangat kentara di mata Julia. Padahal lelaki itu sengaja menjauh bahkan sampai keluar kota agar Julia tak tau apa yang sebenarnya terjadi. Ia menelan teh botolnya lalu menyudahi makanan yang sebenarnya baru di makan setengahnya.

"Aku juga gak tau."

"Jangan bohong!"

"Aku takut nyakitin kamu."

"Bukannya dengan gini, kamu juga nyakitin aku?"

Haidir mengusap wajahnya. Ia menatap Julia dengan pandangan bersalah. "Aku minta maaf."

"Jelasin!"

Haidir menatapnya lagi. "Kamu bakalan tambah sakit."

Julia memutar bola matanya. "Aku udah sering sakit karena kamu. Baru sekarang kamu takut di saat nyakitin aku?" Matanya berkaca-kaca membuat Haidir tak tega.

Ia bangkit dari duduknya lalu duduk di samping Julia. Memegang bahu gadis itu yang sekarang bergetar menahan tangis.

















































Sebentar lagi cerita ini selesai. Yeyyyyyyy 😁

Senin, 25 Juni 2018

Lagi? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang