[Apa ini?] III

81 10 0
                                    

Sehun mengantarku sampai kedepan pintu Rumah milik Jenny, lalu memberikan beberapa paperbag berisi belanjaan yang dibelikan oleh Sehun untukku.

"Thanks hun..gue jadi gak enak hati karena lo udah belanjain gue banyak kaya gini dan nganterin gue pulang" kataku tak enak

"Udahlah Ri.. kaya sama siapa aja, oh ya lain kali gue bolehkan main kesini?"

"Boleh kok, sekarang kalau mau mampir juga gak apa-apa, hehe"

"Haha... besok lagi aja, udah malem, gue gak enak sama eonni lo. Oh ya salam ya buat eonni lo, gue pulang dulu.." Sehun pamit padaku, berjalan mundur sambil menampakkan senyumnya lalu berbalik dan berlari kecil menuju halte bus di jalan raya.


###



Aku masuk kedalam rumah dan mendapati Jenny sedang memasak makan malam di dapur, segera aku bergegas masuk kedalam kamar dan menyembunyikan paperbag ke lemari pakaian milikku.

Aku akan membuat Jenny terkejut dengan kado yang dibelikan oleh Sehun tadi. Tak apa kan jika aku menerima pemberian oranglain? Jika kata bu Sari (orang yang merawatku di panti) menolak pemberian orang lain itu tidak boleh, itu sama saja menolak Rezeki yang diberikan oleh Tuhan.

Aku keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur, lalu mengintip makanan apa yang Jenny masak.

"Apa yang sedang kamu masak eonni?" Aku melirik sekilas di samping Jenny yang sedang sibuk memberi kecap pada masakannya.

"Kamu mengangetkan aku Riana!" Pekik Jenny membuatku terkikik

"Hahhaha... mianhae " kataku sambil membungkuk.

"Duduklah dimeja makan, aku akan siapkan makan malam kita. Kali ini aku memasak Nasi goreng khas negara asal mu, aku sampai melihat resepnya di internet" ujar Jenny sambil menyiapkan nasi goreng itu keatas piring.

"Wow.. baunya harum.. kamu memang ahlinya dalam memasak eon, kenapa kamu tidak bekerja sebagai chef atau membuka rumahmakan? Kurasa itu bagus untukmu." Kataku yang kini mengambil sendok serta garpu yang ada di tengah-tengah meja makan.

"Kamu bercanda? Masakanku belum setaraf dengan chef bintang lima" ujar Jenny yang kini duduk berhadapan denganku, dan memberiku sepiring nasi goreng dengan telur matasapi diatasnya.

"Aku tak mengatakan jika masakanmu setara dengan chef bintang lima eon, tapi setidaknya masakanmu setara dengan bibi Choi si chef kaki lima di gang depan" aku tertawa terbahak, membuat Jenny mengerucutkan bibirnya sebal.

"Awas bibirmu jatuh kedalam piring" ledekku lalu menyuap nasi goreng yang barusaja dimasak Jenny.

"Kamu menyebalkan Riana!" Rajuk Jenny.

"Haha.. membuat sebal oranglain adalah keahlianku..."

"Oh ya, kemana saja kamu hari ini? Kenapa baru pulang?" Jenny menatapku penuh selidik

"Jalan-jalan bersama temanku" jawabku enteng lalu menyuap nasi goreng lagi kedalam mulutku.

"Dengan siapa? Kenapa aku tidak tau temanmu?" Selidik Jenny lagi

"Apa eonni ingat? Lelaki yang pernah kuceritakan saat di bus itu? Nah.. dia orangnya" kataku yang kini menenggak air putih, aku sudah selesai makan sekarang. Aku memang tergolong cepat jika dalam urusan mengisi perut yang kosong.

"Se.. Se.. se siapa itu namanya?" Tanya Jenny sambil mencoba mengingat namun gagal.

"Oh Sehun, eonni.. Sehun, Oh Sehun" jawabku bertopang dagu.

"Namanya tidak asing, seperti pernah mendengarnya" Jenny kembali berpikir sambil menyuap penuh mulutnya dengan nasi goreng.











###



Udara musim dingin di pagi hari mulai menusuk permukaan kulitku, membuatku menguap lebar dan terbangun dari tidur panjangku semalaman. Mataku masih terasa berat, tapi aku harus segera bangun dan mengantar susu kerumah para pelangganku.

Aku melihat Jenny yang masih tidur dengan lelap disampingku, dengan mulut yang terbuka sedikit.

Berjalan dengan mengendap-endap agar Jenny tak terbangun, aku menuju kamar mandi, sekedar mencuci muka dan sikat gigi.

"Hah! Udah wangi" gumamku sendiri setelah selesai menyikat gigiku





Sekarang Aku sedang berkeliling komplek perumahan sambil menaruh kotak susu di tempat khusus di setiap rumah yang kulewati dengan sepeda milik Jenny, untungnya udara kali ini tidak sedingin biasanya. Aku hanya memakai kaos, sweater dan juga mantel serta celana training olahraga saat SMA dulu, dan tak lupa juga masker kain berwarna hitam kesukaanku, untuk menutupi sebagian wajahku agar udara dingin ini tidak membuat hidungku mengeluarkan cairan menjijikkan.






Setelah selesai mengantar susu, ku putuskan untuk pulang sejenak kerumah Jenny. Sambil menggoes sepeda dengan riang dan menyapa tetangga sekitar, kini aku sampai didepan rumah Jenny, namun pandanganku tersita oleh sebuah kotak yang ada di dalam kotak surat. Hanya ada kotak itu, dan sebuah surat yang membuatku mengernyitkan kedua alis ku. Aku bingung.

"Untuk Riana Willysya"






TBC

IN THE RAIN (OSH/PCY) [COMPLATE ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang