CERMIN

2.5K 72 8
                                    

Dongeng

"Benda apa ini?"

Hanum membatin. Perlahan wanita itu memungut potongan benda yang berkilauan tertimpa cahaya matahari.

Wanita itu mengernyit.

Ternyata ada wanita lain juga di sini, jangan sampai suamiku melihatnya. Nanti dia selingkuh lagi. Wanita itu membatin. Secepatnya dia menyimpan benda tersebut.

Sang suami yang melihat gelagat aneh istrinya mendekat. Ia menatap menyelidik.

"Ada apa?" tanyanya curiga.

"Gak, gak ada apa-apa," sahut Hanum sambil menyembunyikan sesuatu di belakang punggungnya.

"Apa yang kau sembunyikan dariku?"

Hanum menggeleng.

"Gak ada, Bang."

"Sejak kapan kau berani berbohong, hah?"

Mendapati tatapan tajam suaminya, Hanum bergidik. Sedikit ragu akhirnya dia hulurkan benda yang ada di tangan.

"Tapi janji ya, kamu gak boleh naksir dia lho," kata Hanum sambil mengerucutkan bibirnya.

Lelaki itu mengangguk tanpa pikir panjang. Sesaat dia terpana, apakah istrinya ini telah gila. Bagaimana mungkin dia suka pada seorang laki-laki. Meski tidak dipungkiri laki-laki itu cukup tampan. Tapi dia tetaplah seorang laki-laki normal.

"Tuh kan benar? Kamu naksir dia kan??" tanya Hanum cemberut karena melihat suaminya terdiam.

"Seleraku masih belum berubah," sahut suaminya datar.

"Kamu jangan pura-pura deh." Hanum makin tidak sabar. Dia pikir suaminya berbohong.

Ibu Hanum yang melihat pertengkaran itu dari jauh, datang mendekat.

"Apa sih yang diributkan pagi-pagi?"

"Ini Bu, masak Hanum nuduh saya menyukai orang ini," sahut suami Hanum sambil menyodorkan benda tersebut ke tangan ibu Hanum.

"Kebangetan kamu Hanum, masak perempuan tua, jelek ini kamu cemburui," kata ibunya setelah dia menatap benda tersebut.

"Jelek gimana, orang cantik kok. Muda lagi."

"Kamu ngomongin siapa sih, udah nyata itu laki-laki, masih aja dibilang cantik," sahut suaminya tak mau kalah.

Sang ibu geleng-geleng kepala.

"Ini yang salah mata kalian atau otak kalian. Orang tua renta ini kok bilang cantiklah, laki-lakilah."

"Maksud Ibu apa??" tanya mereka berdua serentak. Mereka tak terima dikatain otaknya salah.

"Sini kalian berdua, biar kalian lihat sendiri betapa jeleknya wanita itu."

Dengan penasaran yang amat sangat, keduanya mendekat. Mereka terbelalak kaget, kenapa jadi bertiga. Bukankah tadi hanya satu??

Tapi tunggu!!!

Mereka saling pandang satu sama lain. Akhirnya tertawa bersama, ternyata...

Kumpulan Cerpen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang