#REUNI
Kau menatap lembaran usang itu. Menelisik satu persatu. Sekelumit kenangan yang tak pernah benar-benar terkubur, kembali menggeliat.
"Kau ..., kenapa aku tak pernah bisa melupakanmu?" desahmu dalam helaan yang terasa kian menghimpit. Luka yang nyaris mengering kembali berdarah.
Cinta tulus yang kau agungkan harus terhempas terhalang restu. Si dia yang kau cinta ternyata telah dijodohkan, bahkan jauh sebelum dia mengenalmu. Kau sakit, kau hancur, kau terluka.
"Jika mencinta harus sesakit ini, kenapa Kau tumbuhkan rasa ini?" sesalmu berulang-ulang.
Apa yang terjadi sama sekali tidak kau prediksi, nyatanya cintamu harus kandas.
Dalam luka yang tak terperi kau menghilang, menghapus jejak dan kenangan tentangnya. Yang akhirnya membawa kau berlabuh pada cinta lain yang bisa menerimamu dengan tulus. Cinta yang berlandas pada hakikat yang sesungguhnya.
Sayangnya kebahagiaanmu pun terenggut beberapa tahun yang lalu. Orang yang telah mengikatmu dalam sakralnya pernikahan harus merelakan nyawanya di jalanan. Tragis memang, tapi begitulah hidup.
Disaat kau butuh sandaran tanpa dinyana dia datang, kembali mengisi relung hatimu yang sedari dulu memang tempatnya bersemayam.
"Apa kabar?" Lelaki itu menggenggam telapak tanganmu erat. Ada getar aneh yang mengalir lewat sentuhan singkat itu. Debar yang masih sangat nyata.
"Ba baik," jawabmu gugup. Sungguh kau sama sekali tak menyangka bahwa akan bertemu dengannya di sini. Yang kau tahu dia berada di kota lain. Tentu saja kehadirannya diluar prediksimu.
"Turut berdukacita atas kepergian suamimu, maaf bukan bermaksud membuka luka lama. Tapi sungguh aku baru mengetahui hal ini beberapa hari yang lalu," ujarnya menunjukkan rasa simpati padamu.
"Tidak apa-apa, toh kejadiannya juga udah lama," sahutmu mengurai senyum.
Sesaat lelaki itu terpana. Mungkin debar yang ia rasa tak jauh berbeda denganmu. Perlahan rasa sungkan mulai memudar diantara kalian. Hingga obrolan demi obrolan berlanjut santai.
Senyum ceria kembali menghias wajahmu yang masih menyisakan kecantikan. Di usia yang lebih dari kepala empat penampilanmu masih cetar membahana. Itu yang selalu mereka katakan. Teman seangkatanmu.
"Sudah lebih 25 tahun ya kita tidak bertemu? Sepertinya kita harus berterima kasih pada panitia reuni ini. Berkat mereka silaturahmi kita kembali terjalin," ucapnya disela obrolan kalian. Wajahnya terlihat berbinar.
Kau hanya menanggapi dengan senyum. Laki-laki itu mulai bercerita, mengungkit kenangan tentang masa-masa indah yang dulu pernah kalian rangkai. Tentu saja hal itu membuatmu risih, karena bagaimana pun ia adalah suami orang.
"Kenapa tidak mengajak serta keluargamu?" Kau bertanya sekedar mengalihkan pembicaraan.
Wajahnya langsung berubah masam.
"Anak bungsu kami mau UN, jadi gak mungkin ditinggal kan?" sahutnya sedikit ogah-ogahan. Mungkin mood-nya langsung rusak karena pertanyaanmu.
Dan kini ...
Enam bulan sudah sejak acara reunian itu. Keakraban kembali terjalin diantara kalian, dia bahkan beberapa kali sengaja datang mengunjungimu dengan berbagai alasan. Kau bukan tidak tahu maksud dan tujuannya. Karena apa yang ia rasa tidak berbeda jauh denganmu.Perlahan namun pasti cinta yang telah terkubur dalam kembali muncul di permukaan. Yang pasti akan menimbulkan riak dalam kehidupan rumahtangganya. Dan kau sangat menyadari itu.
Kau pun berdamai dengan hatimu. Bahwa hubungan kalian adalah hal yang tidak mungkin. Terutama baginya.
"Maaf, ini untuk apa?" tanyamu ketika ia memberi sebentuk cincin berlian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
RandomMerupakan kumpulan dari cerita pendek dari berbagai genre. Cerita yang ringan, namun lumayan menghibur.