TINA

2.1K 78 1
                                    

Sejak pertemuannya dengan Tina, satu bulan ini, tak jarang ia menemui David di kantor nya yang membuat David risih.

Dan lagi-lagi ia mendapatkan kiriman makan siang dari Tina.

"Vegetabe...vegetable...vegetable... rasanya berlebihan sekali kalau harus selalu makan sayur dengan alasan supaya sehat." Gumam David.

David meraih ponselnya yang berdering.

"Gimana dengan Tina? Kalian sudah 2 bulan saling kenal loh." Ucap Ega di ujung telepon.

"Kau ini selalu saja membahas Tina. Berapa kali aku sampaikan, aku sama sekali tidak menyukainya dan aku tidak bisa untuk mencobanya. Kau tau, dia sering sekali mengirimiku makan siang dengan menu salad sampai aku bosan. Dia ingin sekali membuatku vegetarian seperti dirinya." Keluh David.

"Really?" Tanya Ega.

"Aku pikir dalam menjalin sebuah hubungan, kita tak harus menjadi pribadi yang sama. Dan dia terus mengejarku seperri itu." Ucap David.

"Baiklah maafkan aku, aku tak akan memaksamu. See you." Balas Ega.

"Oke..." Balas David.

David menutup teleponnya. Ia pun memberikan bekal makan siangnya kepada OB kantor.
.
.

Malam harinya saat David sedang menikmati makan malamnya, terdengar ketukan pintu rumahnya.

"Hujan-hujan gini, siapa yang bertamu?" Gumam David dengan kemudian menuju pintu dan membukanya.

"Hai..." sapa Tina dengan badan yang sedikit basah.

"Kau... Sedang apa malam-malam seperti ini kemari?" Tahya David penasaran.

"Aku membawakanmu makan malam, kita bisa makan malam bersama." Jawab Tina.

"Aku sudah makan. Kau ini kenapa tiba-tiba sekali. Bisa kan setidaknya menanyakan dulu padaku, aku mau atau tidak." Keluh David sinis.

"Maaf...tapi...apa kau tidak mempersilakan aku masuk?" Ucap Tina.

"Masuk lah..." jawab David.

Tina pun duduk di ruang tamu dan David mengambilkan handuk kecil pada Tina.

"Nih...keringkan badanmu." Ucap David sinis.

David kembali masuk untuk membuatkan teh panas.

"Merepotkan saja gadis itu. Tidak mungkin juga aku menyuruhnya pulang sekarang." Gumam David sambil mengaduk secangkir teh panas yang kemudian ia bawa keluar.

"Minumlah...supaya badanmu lebih hangat." Ucap David.

"Terima kasih ya." Balas Tina.

David pun berlalu masuk meletakkan nampan ke dapur, hingga tak disadari olehnya kalau Tina menyusulnya dan seketika memeluknya dari belakang dengan kondisi telah melepaskan sweaternya dan hanya mengenakan tank top saja.

"Hei...apa yang kau lakukan...kau berani sekali." Ucap David sambil berusaha melepaskan pelukan Tina.

"Tidak...aku tak akan melepaskanmu. Jadikan aku milikmu, aku hanya ingin menjadi milikmu, aku mencintaimu." Ucap Tina dengan terus memeluk erat tubuh David.

Dengan sekuat tenaga David melepaskan pelukan Tina kemudian ia menjauh.

"Kau ini gila ya, cinta tidak seperti ini, yang kau perbuat itu nafsu. Perbuatanmu itu membuatku sama sekali semakin tidak simpatik padamu." Jelas David.

"Jadi sedikitpun kau tak tertarik padaku? Apa kekuranganku, banyak pria berjuang untuk mendapatkan cintaku, tapi kau...aku yang setengah mati memberikan perhatian padamu, sama sekali tak ada balasan untukku." Ucap Tina dengan terisak.

"Jika kau wanita baik-baik dan terhormat, tidak dengan cara seperti ini untuk mendapatan simpati seseorang, sampai-sampai kau ingin supaya aku bisa menjadi sepertimu, itu salah..." Jelas David.

David mencoba meredam emosinya. Sesaat keduanya saling terdiam.

"Kemarilah..." ucap David dengan kemudian menggandeng tangan Tina menuju ruang tamu dan meraih sweater Tina kemudian ia berikan pada Tina.

"Pakailah nanti kau kedinginan. Aku akan memesankan taksi untukmu, pulang dan istirahatlah." Ucap David lagi.

Ada rasa penyesalan dan malu pada diri Tina.

"David...maafkan aku." Ucap Tina lirih dan David hanya mengangguk.

"Kau cantik, pastinya kau bisa mendapatkan pria yang jauh lebih baik dan lebih pantas dariku." Ucap David.

"Terima kasih. Kau sangat baik. Gadis yang bisa menjadi milikmu nantinya akan sangat beruntung." Jawab Tina.

Tak lama taksi pesanan David sampai. David pun mengantarkan Tina menuju Taksi.
.
.

Sesampai di rumah Milla, Tina menceritakan semuanya sambil menangis.

"Kenapa kau nekat melakukan itu? Kau ini bodoh sekali." Ucap Milla.

"Entahlah kak, rasanya aku sudah kehabisan akal untuk menarik perhatiannya, namun sedikitpun dia tak tertarik padaku." Keluh Tina.

"Sudahlah...lupakan dia...mungkin dia memang bukan jodohmu. Kau cantik, kau bisa mendapatkan pria yang jauh lebih tampan dari nya." Hibur Milla.

"Dia itu sungguh sempurna di mataku. Aku malu sekali jika ingat kejadian tadi. Aku ingin melupakannya, lebih baik aku pulang saja." Ucap Tina.

"Pulang...? Bagaimana magangmu?" Tanya Milla.

"Seminggu lagi selesai dan aku putuskan untuk kembali pulang saja." Jelas Tina.
.
.

Sudah beberapa minggu sejak kejadian itu, Tina tidak pernah lagi menghubungi David.

Saat makan siang bersama David, Ega mencoba menyinggung hubungannya dengan Tina.

"Sorry David, gara-gara rencana kami menjodohkan kalian, malah jadi seperti ini." Ucap Ega sambil menyantap makan siangnya.

"Tak apa...forget it." Jawab David.

"Tapi kenapa kau masih juga menjomblo? Kau ini sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan seorang gadis." Selidik Ega.

"Aku mencintai seorang gadis, namun karena kesalah pahaman membuat kami harus break. Aku sangat merindukannya." Kenang David.

"Apakah gadis yang di laptop itu?" Tanya Ega.

David hanya mengangguk.

"Kenapa kau tak mencoba untuk menemuinya?" Tanya Ega lagi.

"Ini keinginannya dan keputusannya. Aku hanya menghargainya saja. Setiap kali pulang, rasa ingin bertemu selalu saja hadir, namun aku takut membuatnya tidak berkenan." Jelas David.

"Jika kau tak berusaha memperjuangkan cintamu, janga salahkan diri sendiri jika nantinya ia bersama yang lain." Ucap Ega.

David terdiam sejenak dan memikirkan perkataan Ega.

"Bukannya bulan depan kau sudah harus kembali? Kejarlah dia." Saran Ega lagi.

David tersenyum mendengar ucapan Ega, kemudian menyahut

"Mungkin... ah...aku pasti akan merindukanmu kawan. Terima kasih atas semua bantuanmu selama aku di sini." Balas David.

***

"Hari ini aku akan meninggalkan kota ini. Setelah 7 bulan, banyak sekali hal dan pelajaran yang aku dapatkan. Lega rasanya bisa menyelesaikan semuanya sesuai target, kini saatnya come back home." Gumam David dengan berjalan menuju entrance penumpang.

Forever LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang