My Prince - 12

724 59 172
                                    

Sore ini, Victoria mencurahkan kesedihannya pada lelaki yang dulunya adalah target kebenciannya, Arga. Tentu saja, pemuda bertanduk itu heran pada gadis yang kemarin memaksanya untuk berbaring di alat pemenggal kepala datang dan menangis di hadapannya, itu adalah sesuatu yang sangat mengejutkan.

Bahkan, Victoria menceritakan semuanya pada lelaki pirang dengan sesenggukan dan tangan menutupi mukanya, entah mengapa, suasana sore jadi kelabu mendengar curhatan gadis bergaun ungu padanya.

"Ikutlah denganku, Victoria!"

Beranjak dari rumput, Arga mengajak Victoria untuk bergegas ke suatu tempat, membuat gadis itu membuka mukanya yang sedari tadi ditutupi oleh lengannya, matanya yang basah menatap wajah lelaki itu dengan tatapan bertanya-tanya.

"Kemana?" tanya Victoria dengan suara yang lirih.

"Ikut saja," Arga menarik lengan kanan Victoria untuk berdiri dan dia tersenyum. "Aku akan menghiburmu."

Terkejut, Victoria sempat tidak percaya Arga melakukan hal itu padanya, padahal, sebelumnya dia telah menjahili pria itu tapi mengapa lelaki pirang itu tetap menerimanya? Victoria semakin tidak mengerti.

Namun, dibalik semua itu, Victoria bahagia, karena masih ada seseorang yang perhatian padanya. Victoria berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak mengganggu Arga lagi, sebaliknya, dia akan menghajar siapa pun yang akan mencelakai lelaki bertanduk itu.

Mereka berjalan, melewati rerumputan, bangunan istana terlihat mungil di belakang sebab Arga dan Victoria sudah sangat jauh dari istana tersebut, walau begitu, mereka masih berada di wilayah istana, belum keluar gerbang.

"Arga," panggil Victoria. "Kupikir, kita sudah mendekati gerbang utama, apakah kita akan keluar dari istana ini?"

"Ya," jawab Arga. "Kita akan keluar."

Terbelalak, Victoria menghentikkan langkahnya, dia tidak mau keluar dari wilayah istana. Banyak yang bilang, kalau suasana di luar sangat menyeramkan, penduduk Kerajaan Vanterlock terkenal dengan tindakan kriminal yang sangat tinggi, hampir semua kalangan selalu berbuat jahat, mau itu dari rakyat jelata hingga para bangsawan.

Takut, Victoria mencengkram punggung baju Arga, membuat lelaki itu berhenti melangkah dan menoleh pada gadis pirang di belakangnya.

"Jangan, Arga." Ekspresi Victoria dihiasi dengan rona ketakutan yang sangat menyesakkan, gadis itu terlihat seperti seseorang yang memiliki rasa takut berlebihan pada dunia luar. 

Mengerti pada ucapan Victoria, Arga tersenyum. "Kau tidak akan tahu sebelum mencobanya, Victoria," Arga menghampiri Victoria dan berdiri di sampingnya. "Tenangkan dirimu. Lagi pula, kau belum pernah ke luar istana, 'kan? Kau terlalu terpaku pada kemewahan istana hingga kau tidak mau melihat kehidupan rakyatmu yang sederhana, 'kan?"

Tidak terima dinilai sebagai gadis sombong yang jijik melihat rakyatnya, Victoria pun sedikit kesal. "Kau salah, aku bukannya tidak mau melihat mereka! Aku hanya takut jika ... rakyatku sama dengan yang digosipkan oleh orang-orang di istana, aku sangat takut."

"Jangan khawatir, serahkan saja padaku." Arga menunjukkan senyuman lebar yang memperlihatkan gigi-gigi taringnya pada Victoria, rasa takutnya sedikit hilang setelah mendengar lelaki itu berkata begitu.

Lalu, mereka kembali melanjutkan perjalanan sampai akhirnya tiba di gerbang utama yang menghubungkan antara wilayah rakyat dan istana. Dua penjaga gerbang yang melihat putri Victoria langsung membungkuk hormat padanya.

"Selamat sore, Tuan Putri Victoria, maaf jika saya bertanya, apa yang membuat Anda kemari dengan Tuan Arga?" Victoria agak bingung untuk menjawab pertanyaan dari salah satu penjaga gerbang, dia tidak mungkin mengatakan kalau saat ini dia sedang bersedih dan membutuhkan hiburan karena itu terdengar sangat menyedihkan untuknya.

My Prince ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang