My Prince - 17

659 59 249
                                    

"Ehem!" William berdehem, membuat para putri kaget mendengarnya. "Jawab pertanyaan Ayah dengan jujur! Apa yang telah kalian lakukan pada Ratu Camila?"

Mendengarnya, Agnes mengernyitkan dahinya, Laila menaikan alisnya, Emilia meneguk ludahnya, Victoria mengembungkan pipinya, sementara Charlotte menahan tawanya.

Tidak ada yang menjawab, suasana hening, William melirik ekspresi lima putrinya yang kelihatannya tidak tahu menahu soal masalah ini, tapi ada yang aneh pada ekspresi Charlotte, gadis itu seperti sedang menahan tawanya, membuat William penasaran ingin menanyakannya.

"Charlotte!" seru William dengan tegas, tubuhnya menghadap Charlotte. "Mengapa kau senyam-senyum begitu mendengar pertanyaan Ayah? Apa yang kau tertawakan? Kurasa tidak ada yang lucu di sini."

Keempat putri yang lain secara serentak menoleh pada Charlotte, memandang gadis berambut pink itu yang masih sedang menampilkan senyuman sinisnya. Sadar dirinya menjadi pusat perhatian, Charlotte menyiapkan dirinya untuk berbicara.

"Ayah, bukankah seharusnya kau yang bertanya pada dirimu sendiri mengapa kau begitu mempermasalahkan luka yang menimpa wanita buruk itu? Jujurlah pada dirimu sendiri, Ayah. Aku tahu, kok, kalau saat ini, sebagian dari diri Ayah sedang berbahagia karena mantan istrimu bisa pergi dari istanamu, bukan? Lagi pula, tidak ada gunanya dia ada di sini, wanita itu hanya ingin membentak-bentakmu sampai dia merasa puas melihatmu depresi, setelah itu, dia akan pergi. Karena itulah, daripada menunggu Ayah depresi, aku mempercepat jadwal kepergiannya dari istana ini dengan caraku yang sempurna."

Terkejut, William mencengkram lengan kursi singgasananya dengan kuat, matanya melotot karena marah mendengar pengakuan yang diucapkan oleh Charlotte. Tidak bisa dipercaya, ini semua ternyata adalah ulah putri bungsunya sampai membuat mantan istrinya terluka parah. Ini benar-benar keterlaluan.

Keempat kakaknya pun tidak menyangka kalau adik bungsunya adalah biang keladi dari permasalahan rumit ini yang membuat mereka terpaksa meninggalkan rutinitas hariannya. Sungguh, Agnes sampai tak tahan ingin mengutuk adik bungsunya itu menjadi bangkai sekarang juga, gadis keriting itu sampai menggigit-gigit bibirnya. Victoria mengembungkan pipinya semakin besar, sampai matanya memerah karena geram pada kelakuan adik bungsunya itu.

Laila sedikit cemas pada nasib Charlotte, dia tidak ingin adik bungsunya dimusuhi oleh saudara-saudaranya yang lain hanya karena anak itu telah membuat ulah, sepertinya setelah ini, ia harus membujuknya untuk meminta maaf pada Ayah. Emilia menggeleng-gelengkan kepalanya, dia sudah hafal betul kebiasaan Charlotte yang suka seenaknya menyiksa manusia, dia sampai tak habis pikir adiknya bisa separah ini, mungkin hukuman adalah cara yang tepat agar adik bungsunya menyesal telah melakukan tindakan kriminal seperti ini.

Sementara Charlotte kelihatannya tidak terlalu mempedulikan semua tatapan tajam dari kakak-kakaknya, dia malah lebih fokus pada mata ayahnya yang kini sedang menerjang wajahnya dengan kemarahan yang tak tertahankan.

"Maafkan Ayah, Charlotte. Tapi sepertinya, untuk sementara waktu, kau tidak bisa lagi tinggal di istana ini. Ayah akan menyuruh kakak-kakakmu untuk mengemasi barang-barangmu, lalu memerintahkan prajurit untuk memberikanmu seekor kuda agar kau bisa pergi jauh dari sini. Ayah bukan bermaksud untuk mengusirmu, tapi ... ini adalah akibat dari dosa yang harus kau tebus, Charlotte. Kalau begitu, Emilia, Agnes, Laila, Victoria, pergilah ke kamarnya Charlotte, kemasilah semua barangnya ke dalam tas besar, lalu, kau, Charlotte, tetaplah di sini bersama Ayah."

Mendengar keputusan ayahnya, Charlotte agak terkejut, baru kali ini dia dihukum oleh William. Tidak mungkin, dia kira ayahnya hanya akan memarahinya sebentar lalu memintanya untuk tidak melakukannya lagi, tapi, mengapa bisa lebih buruk dari itu!?

Saat ini, senyuman Charlotte sudah lenyap, dia tidak punya alasan lagi untuk tersenyum. Sementara keempat kakaknya pergi meninggalkannya sendirian di ruang singgasana, Charlotte sedikit ketakutan. Dia ingin menahan mereka berempat untuk tidak mematuhi perintah ayahnya, tapi dia tidak bisa melakukan itu karena terlalu memalukan. Lalu, mengapa mereka berempat setuju-setuju saja pada kehendak ayahnya untuk mengemasi barang-barangnya!

My Prince ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang