My Prince - 09

860 72 145
                                    

"Menjengkelkan sekali! Kenapa di saat penting begini ramuan yang telah kuracik hilang! Di mana aku menyimpannya! Astaga!"

Agnes, gadis berambut cokelat keriting yang selalu mengenakan gaun hitam itu terlihat mengacaukan kamarnya sendiri untuk mencari sebuah ramuan yang dia buat, semua pakaiannya yang ada di lemari di lemparkan ke segala arah, kasur miliknya digulingkan, cermin besar yang terpasang di tembok kamarnya langsung di pecahkan, sampai lampu yang menggantung di atap kamar jatuh karena terkena benda yang dilemparkan acak oleh gadis menyeramkan itu.

Kesal, Agnes pun memilih untuk mencarinya keluar, dia berjalan tergesa-gesa hingga melewati Ayahnya, Raja William, dengan angkuh. Dia sampai di kamar khusus para pelayan istirahat, kemudian dia masuk ke sana, ada beberapa pelayan yang sedang bersiap-siap untuk bekerja langsung dimarahi oleh Agnes, memaki-makinya karena kekesalannya pada ramuannya yang menghilang, pikirannya menyatakan kalau itu adalah salah para pelayan karena tidak menjaganya dengan baik. Padahal Agnes tidak pernah memerintahkan satu orang pun pelayan untuk menjaga ramuannya, sebab itulah, pelayan-pelayan yang kena marah Agnes terheran-heran karena mereka tak tahu masalah yang sedang menimpa mereka secara tiba-tiba ini.

"Anu, Tuan Putri Agnes, jika Anda memarahi kami karena ramuan Anda menghilang, mungkin Tuan Putri Laila mengambilnya, soalnya, Tuan Putri Laila sering terlihat membawa sebuah botol ramuan ke laboratoriumnya."

Kemarahan Agnes sedikit reda mendengar ucapan salah satu pelayan yang barusan dimarahinya.

"Katakan! Di mana dia sekarang!"

***

Setelah diberitahu di mana Laila berada oleh satu pelayan, Agnes pun segera pergi ke sana, yaitu ke laboratorium milik adiknya itu.

BRAK!

Pintu utama laboratorium langsung didobrak oleh Agnes menggunakan tendangan kakinya, Laila yang sedang beres-beres kaget dengan suara dobrakan tersebut. Laila berlari untuk melihat apa yang terjadi pada pintu utama, sesampainya di sana, ia terkejut karena sudah ada bayangan seseorang yang berdiri di dalam kepulan asap tebal, perlahan-lahan, asap itu pudar dan memperlihatkan Agnes yang memasang wajah murka memandang Laila.

"Kak Agnes? A-Ada apa sampai Kakak menghancurkan pintu utamaku?"

"Berisik," geram Agnes dengan seram. "Sekarang, jawab pertanyaanku, adik sialan. Apakah kau telah mengambil ramuan terbaruku?"

Mendengar itu, Laila tersenyum heran, dia sama sekali tidak pernah mengambil apa pun dari Agnes, tapi mengapa kakaknya menyalahkannya?

"Ra-Ramuan?" Laila menggelengkan kepalanya. "Aku tidak pernah mengambil ramuan apa pun dari kamar Kak Agnes, percayalah, Kakak."

"Kau tidak mau mengaku, begitu?" Laila tersentak mendengarnya, kali ini, dia bingung harus membela dirinya bagaimana lagi, karena kakaknya sudah dalam mode kemarahan besar. "Kalau kau tidak mau mengaku, ikutlah denganku. Aku akan memasukanmu ke--"

"Oi-oi-oi, ada apa ini?"

Perkataan Agnes terpotong karena suara Arga dan lelaki itu muncul di belakang gadis keriting itu dengan menyentuh pundaknya.

"Lancang sekali kau memotong ucapanku, sialan." Perlahan-lahan Agnes menoleh ke belakang dan tiba-tiba, wajah yang sebelumnya berurat saking jengkelnya kini berubah, pipi Agnes merona, matanya membulat, bibirnya bergetar gugup, baru kali ini gadis itu merasa canggung setelah memandang lelaki. "Si-Siapa kau?"

Melihat reaksi Agnes yang gugup membuat Laila mau pun Arga terkejut. "Aku Arga, dari penampilan dan gaya bicaramu, apakah kau Putri Agnes?"

"Me-Memangnya kenapa jika aku ... Ag-Agnes!?" Muka Agnes benar-benar merah saking gugupnya.

My Prince ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang