My Prince - 05

867 88 84
                                    

Pagi ini, secara kebetulan, Arga bertemu dengan Emilia, yang statusnya merupakan putri pertama dari Raja William. Tentu, Arga sangat terkejut, karena sebelumnya, dia menyebut gadis itu sebagai pelayan. Entah apa yang akan terjadi pada nasibnya kali ini karena telah membuat Emilia mendengar dirinya disebut sebagai pelayan.

Agar Emilia tidak mengingatnya, Arga cepat-cepat mengganti topik pembicaraan. "Jadi, apa yang membuatmu datang ke kamarku, Putri Emilia?"

Mendengarnya, Emilia tersenyum ramah, "Sebenarnya, aku datang, hanya ingin memuaskan rasa penasaranku pada tamu baru sepertimu, tapi syukurlah, ternyata kau adalah lelaki baik yang menghuni kamar 301 ini, aku jadi tenang. Oh iya, kemarin aku mengirim surat padamu, apa sudah dibaca olehmu, Tuan Arga?"

Arga senang, akhirnya dia berhasil mengelabui Emilia untuk tidak mengingat kata-katanya yang menyebut gadis itu pelayan.

"Oh, surat yang kemarin, ya? Aku belum membacanya, soalnya ada lima surat yang datang bersamaan padaku, jadi aku belum sempat membaca semuanya. Memangnya, kalau boleh tahu, apa isi surat yang kau tulis itu, Putri Emilia?"

Rambut hitam Emilia terhembus angin, menari-nari dengan lembut. "Maaf, tapi tidak enak rasanya jika aku membocorkan isi surat yang kukirim padamu, padahal kau belum membacanya. Jadi, lebih baik, kau membacanya saja nanti, setelah itu, kau pasti akan mengerti," kata Emilia dengan memiringkan kepalanya penuh senyuman. "Ngomong-ngomong, aku pernah dengar dari seorang prajurit, kalau kau datang ke istanaku untuk ... menikahi salah satu putri dari Raja William? Apa itu benar?"

Sial, Arga benci mendengar pertanyaan ini, karena yang menanyainya saat ini adalah salah satu dari putri itu sendiri.

"Ah-Ahahaha!" Arga tertawa kaku, sungguh, mukanya hampir memerah. "Y-Ya, bisa dibilang begitu. Ahahaha!"

Gadis berambut hitam itu langsung menjatuhkan tas yang dibawanya, wajah Emilia menampilkan ekspresi super kaget, seperti seseorang yang terkejut bertemu dengan hantu yang menyeramkan.

Kini, Arga menduga kalau putri Emilia pasti akan memberikan perlawanan atas tindakannya, seperti yang dilakukan Charlotte dan Victoria padanya.

Cup~

Tetapi, tiba-tiba, Emilia berlari mendekati Arga dan mengecup bibir lelaki pirang itu dengan pelukan hangat, wajah Arga menandakan kalau dia sedang super-super-super kaget.

"HWAAA!" Arga langsung melepaskan kecupan itu, memundurkan tubuhnya untuk keluar dari pelukan yang dibuat Emilia. "Ap-Apa yang!? Ke-Kenapa kau tiba-tiba!? I-Ini sangat--"

Emilia menghembuskan napasnya, ternyata ketika dia mengecup Arga, matanya tertutup, lalu, secara perlahan, gadis itu membuka kelopak matanya. Bola matanya yang berwarna hitam terlihat basah, kemudian, perhatian gadis itu tertuju pada muka Arga, dan senyuman tipis terukir di wajah Emilia.

"Itu adalah sambutan dariku untukmu, aku sangat senang, ada seorang lelaki jantan sepertimu berkunjung ke rumahku. Aku tidak bisa berkata-kata lagi saking senangnya, hiks," Emilia mengelap air matanya yang keluar dengan punggung tangannya. "Apalagi, mendengar kau akan memilih salah satu dari kami untuk dijadikan sebagai istrimu kelak, itu benar-benar membuatku terharu."

Reaksi macam apa ini? Arga juga tak bisa berkata-kata lagi setelah melihat sikap Emilia yang cukup mengejutkan.

"Pu-Putri Emilia, ma--"

"Panggil saja aku Emilia, tidak usah memakai embel-embel Putri, aku tidak senang mendengarnya."

Mendengarnya, Arga mengubah pertanyaannya, "Ba-Baiklah, anu, Emilia, maukah kau biarkan aku memakai bajuku dulu? Soalnya, tidak enak rasanya mengobrol denganmu tanpa mengenakan apa-apa."

My Prince ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang