Siang itu, ketika matahari sedang semangat-semangatnya mengeluarkan sinarnya, para putri di istana Vanterlock dipanggil oleh Raja William untuk segera datang ke hadapannya. Merasa terpanggil, masing-masing dari lima perempuan itu lekas pergi ke singgasana ayahnya, mencari tahu ada hal apa hingga mereka dipanggil di waktu yang bersamaan.
Charlotte yang wajahnya babak belur tergesa-gesa masuk ke dalam singgasana ayahnya, diikuti oleh Emilia yang menundukkan kepalanya, Victoria yang meloncat-loncat ceria, Laila yang memamerkan senyumannya, dan Agnes yang mukanya bersemu merah.
Kelima putri kerajaan yang William panggil sudah ada di hadapannya, berdiri tegak dengan gaunnya yang warna-warni.
"Sebenarnya, ada masalah apa sampai Ayah memanggil kami berlima? Apakah--" perkataan Victoria-putri berambut pirang yang ceria-dipotong oleh William dengan cepat.
"Sejujurnya," William mengatur nadanya agar lebih berwibawa, ia juga mengetuk-ngetuk jemarinya di lengan kursi singgasananya. "Aku sudah memutuskan siapa yang berhak untuk menjadi seorang pemimpin di kerajaan ini untuk menggantikanku."
Bersamaan, kelima putri kaget, mata mereka terbelalak tidak percaya dengan keputusan ayahnya yang terlalu cepat, padahal ia bisa memimpin kerajaan ini puluhan tahun lagi, tetapi mengapa ia ingin turun takhta secepat itu?
"Konyol," Agnes mendesis. "Kau sengaja melakukan itu untuk memaksa kami menggantikanmu, begitu? Dasar bodoh, usia kami masih belum cukup matang untuk mengatur kerajaan yang luas ini serta mengurus jutaan manusia di luar sana."
Mata William menyoroti kelima wajah putrinya dengan tenang, lalu dengan ketegasan seorang ayah, ia menjawab protes dari putri keduanya, Agnes.
"Kalian tidak perlu cemas, Anak-anak. Aku sudah membulatkan niatku untuk tidak memaksa kalian, para putriku, mengurusi urusan kerajaan yang rumit ini sendirian."
Merasa ada kejanggalan pada ucapan Ayahnya, Emilia bertanya, "Jika bukan kami yang menggantikan posisi Ayah, lalu siapa?"
"Apakah para bangsawan?" sindir Charlotte.
"Atau rakyat jelata?" tambah Victoria.
"Mungkin sepupu kita?" duga Laila.
"Jangan-jangan ...." sambar Agnes dengan mulut yang menganga.
"Kau benar, Agnes," jawab Raja William dengan mata menyoroti Agnes. "yang akan menggantikan posisiku sebagai Raja di Kerajaan Vanterlock adalah ... Arga Gelisto."
BUM!
Bunyi kekagetan yang tercipta di antara Emilia, Agnes, Victoria, Laila, dan Charlotte telah berhasil membuat Raja William yang mengamati mereka senyam-senyum sendiri. Inilah bagian yang ditunggu-tunggu oleh William, yaitu melihat reaksi lima putrinya setelah mendengar keputusannya yang telah matang.
"APA AYAH GILA!?" Karena keterkejutannya yang sudah menggunduk, Emilia sampai menghancurkan topeng yang dia jaga dari dulu dengan berteriak tak terima atas keputusan yang ayahnya ambil.
Tidak peduli lagi pada seberapa pentingnya dalam menjaga topeng sempurnanya, Emilia, dengan percaya diri, menunjukkan diri aslinya demi mencegah ayahnya melakukan hal segila itu.
Keempat adiknya bahkan terkejut mendengar teriakan Emilia yang sangat ganas, melambangkan amarah yang sudah tak terbatas, mereka berempat mendelik pada kakak pertamanya itu yang kini maju selangkah dari posisi mereka untuk lebih dekat ke hadapan ayahnya.
"DI DALAM ATURAN KERAJAAN, JIKA SEORANG RAJA HENDAK TURUN TAKHTA, MAKA ORANG YANG WAJIB MENGGANTIKAN POSISI KEPEMIMPINANNYA ADALAH ISTRINYA, PUTRA-PUTRINYA, SAUDARA-SAUDARANYA, SEPUPU-SEPUPUNYA, ATAU ORANG YANG DIBERIKAN KEPERCAYAAN UNTUK MEMIMPIN. TETAPI, MENGAPA ARGA GELISTO YANG AYAH PILIH DALAM MENGGANTIKAN POSISIMU! DI SINI MASIH ADA KAMI! MUNGKIN KEEMPAT ADIKKU MASIH BELUM KUAT UNTUK MENGEMBAN TUGAS SEBESAR ITU! TAPI, PERCAYALAH! AKU SUDAH CUKUP UNTUK BISA MENGGANTIKANMU, AYAH! JADI KUMOHON ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince ✓
Fantasy(13+)Mengisahkan tentang lima putri kerajaan yang ditugaskan oleh raja alias ayahnya sendiri untuk segera mencari pendamping sebelum hari kiamat tiba. Tentu saja, kelima putri yang mendengar perintah konyol tersebut tidak terima menerima tugas aneh...