Dengan hati yang mantap, Arga berkata, "Aku memilih dia untuk menjadi istriku." Telunjuknya ditujukan pada seseorang.
Sadar kalau dirinya yang telah ditunjuk oleh Arga, Charlotte terbelalak, dia tidak percaya kalau lelaki itu memilihnya untuk dijadikan sebagai seorang istri, padahal, jika diingat-ingat, dia tidak pernah sekalipun bersikap baik padanya, bahkan, untuk memberikan senyuman tulus saja dia tak pernah. Tapi mengapa Arga malah memilih gadis kejam yang memiliki kebiasaan menyiksa manusia seperti dirinya? Charlotte bingung memikirkannya. Karena tak terima, Charlotte langsung membuka suaranya.
"Aku terkesan atas pilihanmu. Tapi, apa kau yakin? Maksudku, aku ini bukan gadis baik yang selalu kaudambakan itu, sebaliknya, jika aku dimasukkan ke dalam karakter cerita, mungkin aku bakal cocok memerankan tokoh antagonis. Jadi, apa yang membuatmu tertarik untuk memilih gadis jahat sepertiku, Arga?"
William tersenyum mendengar putri bungsunya melontarkan sebuah pertanyaan masuk akal pada Arga, dia juga penasaran mengapa lelaki bertanduk itu memilih gadis kejam seperti Charlotte. Apakah ada alasan lain? William benar-benar penasaran.
"Aku juga sebenarnya tidak mengerti sih mengapa aku memilihmu, tapi hatiku berkata, kalau kau sangat cocok untuk menjadi sebagai istriku, Putri Charlotte. Kau memang terkenal dengan gadis yang tak punya rasa belas kasih, tapi itulah yang membuatku tertarik padamu. Aku merasa kalau sifat kejammu itu memiliki suatu arti tersendiri dan aku ingin memecahkannya. Bukan hanya itu, aku juga ingin melihatmu bahagia tanpa harus membuat orang lain tersiksa. Aku bukan tipe lelaki yang romantis, tapi aku akan berusaha untuk bisa membuatmu tersenyum selamanya."
Charlotte bahkan muak mendengar gombalan-gombalan kuno yang diucapkan oleh Arga, dia sama sekali tidak menyukainya, bahkan, dari sudut pandangnya, lelaki pirang itu hanyalah seekor serangga hasil siksaannya tiga minggu yang lalu, tidak lebih.
"Aku menolaknya! Ayah! Aku tidak mau lelaki bodoh seperti Arga menjadi suamiku!"
Tersentak, William menggelengkan kepalanya, seperti dugaannya, pasti siapa pun putri yang terpilih akan mengajukan protes tak terima padanya, padahal sebelumnya dia telah berpidato agar para putri tidak menolak pilihan Arga, namun sepertinya mereka tak mendengarnya dengan serius. Mungkin dia harus menyiapkan kata-kata untuk membuat Charlotte mengubah keputusannya.
"Charlotte, apa kau ingat? Ayah tidak ingin mendengar penolakan apa pun dari kalian, termasuk dirimu. Kau harus menerimanya jika Arga memilihmu sebagai istrinya, jika tidak, Ayah akan merampas segalanya darimu."
Kesal, Charlotte mengepalkan tangannya, matanya fokus menatap Arga. "Kau dengar? Ayahku tidak menerima penolakanku! Memuakkan sekali harus hidup dengan lelaki payah sepertimu. Kau harusnya memilih saudaraku yang lain! Mengapa harus aku, bodoh!"
Geram melihat sahabatnya dibentak-bentak oleh Charlotte, Willy menggertakkan giginya. "Hey! Bisakah kau hentikan hinaanmu itu, Putri Charlotte? Aku tidak ingin melihatmu merendahkan Arga di depanku! Aku tidak mengerti mengapa kau menolak keputusan Arga, padahal dia adalah lelaki super tampan, apa yang membuatmu menolaknya?"
Mendengar suara Willy, Charlotte langsung menoleh dengan jengkel pada sosok lelaki pendek yang sedang berdiri di pinggiran karpet merah itu. "Jangan menguik-nguik di sini, Pendek. Ini bukan kandang babi."
Tertohok, Willy benar-benar kesal. Namun, kekesalannya langsung padam ketika Arga meliriknya dengan memberikan isyarat untuk jangan membalas perkataan Charlotte.
Kini, Argalah yang merespon ucapan Charlotte. "Sebelumnya, maafkan aku, Putri Charlotte, jika Raja William memaksamu untuk menikah denganku, tapi sebenarnya aku tidak masalah kalau kau menolakku, karena aku yakin, masih ada gadis yang mencintaiku selain dirimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Prince ✓
Fantasy(13+)Mengisahkan tentang lima putri kerajaan yang ditugaskan oleh raja alias ayahnya sendiri untuk segera mencari pendamping sebelum hari kiamat tiba. Tentu saja, kelima putri yang mendengar perintah konyol tersebut tidak terima menerima tugas aneh...