"Teror lagi?" tanya Soonyoung. Mereka semua berkumpul di antara kotak misterius itu. Kotak berisi boneka hancur dan berdarah itu sangat menjijikan. Boneka yang matanya telah di cabut, bagian perut yang di tusuk-tusuk, kaki kanan yang berpisah dari tubuhnya dan rambut yang kusut dan acak, terlihat menjijikan. Hingga Seungkwan hampir mual melihatnya. Padahal hanya sebuah boneka. Tapi, darahnya yang pekat membuat ini terlihat menyeramkan juga.
"Apa maksud dari 'lagi'?" tanya Wonwoo yang tidak mengerti.
"Seminggu ini Jihoon sering di teror. Kalau tidak salah sudah tiga kali, di tambah ini jadi empat kali," jelas Soonyoung.
"Memangnya sebelum kau ke sini, kau tidak ada membuka tas mu?" tanya Seungcheol dan mendapat gelengan kepala dari Jihoon. "Aku membuka tas hanya memasukan handuk kecil dua helai dan sepatu. Aku tidak memasukan ini."
"Apa kau ada meninggalkan tas mu di luar?" tanya Jeonghan.
"Aku sempat meninggalkannya di luar gedung. Ketika aku ingin masuk, aku duduk sebentar di luar dan memperbaiki tali sepatu ku yang lepas. Karena bahuku sedikit pegal, aku melepas tas ku dari bahuku. Ketika masuk ke dalam, aku lupa membawanya. Dan aku sadar lima belas menit kemudian dan aku kembali keluar dan menemukan tas ku," ucap Jihoon. "Tas aku terlihat besar dan agak berat, tapi aku tidak memperdulikannya," sambungnya.
"Seseorang memasukan itu ketika tas mu berada di luar," ucap Jisoo.
Raut wajah Jihoon terlihat pucat dan ia merasa takut. Seminggu belakangan ini a di teror. Pertama, teror melalui pesan. Seseorang mengirimnya gambar menyeramkan. Kedua, gambar seram yang di kirim melalui pesan itu di print lalu di masukan dalam kotak dan gambar itu penuh dengan darah. Ketiga, Jihoon diteror dengan gambarnya sendiri yang penuh darah. Dan yang ke empat, yang sekarang ia terima.
"Bisakah kalian membuangnya? Ini menjijikan," ucap Seungkwan yang sedari tadi menahan rasa mualnya. Ia juga sedikit takut dengan darah karena trauma.
Seungcheol pun mengambil kotak itu dan membawanya keluar.
"Kau harus berhati-hati, Jihoon. Ku rasa seseorang mengikuti mu," ucap Jeonghan.
•••• Prieten Fals ••••
Kotak berisi boneka hancur itu telah di buang oleh Seungcheol. Semua yang ada di sana berusaha menenangkan Jihoon yang terlihat ketakutan.
"Tolong jangan beritahu ini ke CEO atau staff Pledis," ucap Seungcheol. "Mereka belum tahu masalah ini. Jika kami beritahu mungkin mereka tidak akan percaya," sambungnya. Semua yang ada di sana mengangguk paham.
Tiba-tiba seseorang masuk ke ruangan itu. Seseorang yang tentu saja belum di kenal oleh trainee baru.
"Sekarang waktunya latihan vocal," ucap orang itu.
"Karena banyak wajah baru disini, aku ingin memperkenalkan bahwa aku ini adalah guru vocal yang akan melatih kalian. Untuk trainee baru, bisakah kalian perkenalkan diri kalian kepadaku?"
Trainee yang baru pun mendekat ke guru vocal itu. Satu persatu dari mereka mulai memperkenalkan diri sambil membungkukkan badan.
"Wen Junhui."
"Boo Seungkwan."
"Jeon Wonwoo."
"Kim Mingyu."
"Xu Minghao."
"Hansol Vernon Chwe."
"Baiklah, Kita akan mulai berlatih vocal. Untuk yang pertama , Jihoon."
Jihoon pun berjalan mendekat ke guru vocalnya. Sang guru vocal meminta Jihoon untuk bernyanyi. Semua memperhatikan Jihoon dengan seksama. Ketika ada salah nada, sang guru vocal pun membenarkannya.
Saat Jihoon mencoba mengambil nada tinggi, semua memperhatikannya dengan serius. Ketika ia berhasil di nada tingginya, semua pada bersorak takjub.
"Seperti biasa, nada tinggimu tidak mengecewakan, Jihoon," puji sang guru vocal ketika Jihoon telah menyelesaikan nyanyiannya.
Jihoon menggaruk lehernya yang tak gatal. Ia juga merasa senang karena dipuji, padahal ia merasa ini belum ada apa-apanya.
Tanpa mereka sadari, ada satu orang yang mencibir tak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRIETEN FALS ┊ svt ┊✔
Tajemnica / Thriller'I WILL FIND YOU. AND I WILL KILL YOU' Prieten Fals = Fake Friend ©2017. delyjny