14 ; ĸeнιlangan ѕeorang тeмan

2.4K 504 119
                                    

"Itu Wonwoo Hyung!" teriak Chan.

"Astaga! Ayo kita kesana sekarang!" teriak Seungcheol dengan hebohnya. Ia berdiri lalu berlari menuju kamar. Mingyu langsung cepat bergerak membersihkan pecahan gelas itu hingga selesai. Seokmin melompat-lompat dan berjalan kesana kemari. Sedangkan Chan juga ikut heboh karena para Hyung-nya juga heboh.

Seungcheol kembali dari kamar. "Ayo kita ke gedung apartemen itu sekarang! Chan, matikan televisinya," pinta Seungcheol sambil berteriak.

Chan langsung mematikan televisi dan lalu mengikuti Hyung-nya yang sekarang berjalan ke arah pintu. "Kita pakai taksi saja. Bayar masing-masing," ucap Seungcheol. Lalu tangan Seungcheol bergerak membuka pintu. Bersamaan dengan itu, Soonyoung yang dari luar juga membuka pintu dan ingin masuk.

"Kalian mau kemana? Dan Mingyu, kenapa kau menangis?" tanya Soonyoung yang bingung.

"Kau jangan banyak tanya. Ikut saja," ucap Seungcheol lalu menarik tangan Soonyoung.

Soonyoung tentu makin heran dan bertanya-tanya. Beberapa detik kemudian Seungcheol melepaskan tangan Soonyoung, tapi Soonyoung tetap ikut dengan mereka.

Soonyoung melambankan langkahnya agar sejajar dengan langkah Chan yang berada di belakangnya. "Sebenarnya ada apa?" tanya Soonyoung pelan pada Chan. "Wonwoo Hyung jatuh dari gedung apartemen dan tewas," jelas Chan membuat Soonyoung kaget. "Kau serius?" tanya Soonyoung memastikan. Dan ia mendapat anggukan kepala dari Chan.

"Ayo kita panggil taksi," ucap Seungcheol.

"Tidak perlu. Pakai mobil ku saja. Aku baru menjemputnya tadi ke rumah karena besok kita akan jalan bersama," kata Soonyoung. "Tapi sepertinya itu tidak akan terjadi," sambungnya dengan suara yang menelan lalu kepalanya tertunduk. Matanya pun mulai berkaca-kaca.

"Ya sudah. Di mana mobilmu?" tanya Seungcheol.

"Ikut aku," ucap Soonyoung. Empat yang lain pun mengikuti Soonyoung yang akan menunjukan dimana mobilnya berada. Dan tak menunggu lama, mereka tiba di tempat mobil Soonyoung di parkirkan.

"Biar aku saja yang menyetir," ucap Seokmin mengajukan diri. Ia tak yakin jika Soonyoung bisa menyetir karena matanya sudah mengeluarkan air mata.

Yang menangis diantara mereka adalah Mingyu dan Soonyoung, karena keduanya adalah teman terdekat Wonwoo. Seungcheol tak menangis karena ia menahan airmatanya agar tak jatuh. Seokmin juga tidak menangis, sama seperti Seungcheol. Sementara Chan, matanya telah berkaca-kaca, namun ia menahannya agar tak jatuh.

Mereka sudah masuk ke dalam mobil. Seokmin duduk di bangku penyetir dengan Seungcheol yang berada di sebelahnya. Sementara tiga yang lain duduk di belakang.

Seungcheol meraih ponsel yang berada di sakunya dan lalu membuka layar. Ia mencari kontak teman-temannya dan menghubunginya, memberitahu bahwa ada sesuatu hal yang terjadi pada Wonwoo.

Beberapa menit kemudian, mereka berlima tiba di tempat kejadian perkara, dimana Wonwoo jatuh dari gedung apartemen Han berlantai tiga belas dan langsung tewas di tempat. Di depan halaman gedung itu sudah banyak sekali orang yang melihat.

Setelah mereka turun dari mobil, kelimanya langsung berlari menuju keramaian itu. Mereka menembus keramaian itu hingga langkah mereka terhenti. Mereka berlima melihat seseorang terkapar di sana dan telah ditutupi koran, dan juga sudah di beri garis polisi disekelilingnya.

Mingyu melangkah ingin mendekat, namun seorang polisi menahannya. "Jangan mendekat. Korban sedang dalam penyelidikan," ucap polisi itu.

"Aku ingin melihat korban. Aku temannya. Kami trainee Pledis," jelas Mingyu. Tangisannya sudah mulai reda, namun ia masih terisak.

"Tapi kau tidak boleh mendekat."

Seungcheol pun datang menghampiri Mingyu dan polisi itu. "Bisa kau buka sedikit korannya? Kami ingin melihat wajahnya. Apa dia benar Jeon Wonwoo atau tidak," kata Seungcheol.

"Baiklah," jawab polisi itu. Lalu sang polisi membungkukkan badan untuk melewati garis polisi yang kira-kira setinggi pinggul orang dewasa. Dan polisi itu mendekati mayat lalu membuka koran yang menutupi wajah sang mayat. Saat itu juga mereka berlima menutup mulut dan perlahan mereka mengeluarkan air mata dan menangis. Mingyu langsung terduduk. Kakinya seakan tak kuasa menahan tubuhnya agar tetap berdiri.

Tiba-tiba, Jeonghan, Minghao dan Seungkwan datang ke tempat itu dan menghampiri temannya. Jeonghan menepuk pundak Seokmin. "Wonwoo tidak ap—" kalimatnya terputus karena melihat Seokmin menangis. Ia pun mengarahkan pandangannya ke arah pandangan Seokmin. Lalu kemudian ia menutup mulut dan kaget melihat apa yang ia lihat. Air matanya langsung keluar dan Ia menangis, sama seperti yang lain. Seungkwan dan Minghao yang baru tiba pun juga begitu. Mereka menangis.

Mereka tidak menyangka bahwa itu benar-benar teman mereka. Dan Minghao lebih tak menyangka lagi. Ia yakin bahwa sekitar beberapa menit yang lalu ia sempat mengobrol dengan Wonwoo di telepon. Tapi sekarang, Wonwoo sudah tiada.

Satu persatu teman yang lain pun datang. Jisoo, Jun, Hansol dan terakhir Jihoon.

Mereka telah kehilangan seorang teman yang sangat candu bermain game. Wonwoo juga memiliki mimpi ingin menjadi idol. Ketika Soonyoung memberitahu kalau Pledis mengadakan audisi, ia senang bukan main. Namun, sepertinya mimpi itu tidak terwujud, atau bahkan tidak akan pernah terwujud.

Mereka semua mengeluarkan air mata. Sedih akan kehilangan satu teman sesama trainee dan satu dorm. Namun yang pasti, satu diantara dua belas itu ada yang mengeluarkan air mata palsu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PRIETEN FALS ┊ svt ┊✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang