👠19

21.5K 2.1K 115
                                    

Satu jam yang lalu Yoongi mengalami kejang-kejang dan mengeluhkan sakit yang luar biasa pada kepalanya.

Dua keluarga itu --Jeon dan Kim-- masih menunggu dengan guratan kekhawatiran diwajah masing-masing, menunggu pintu ruangan itu terbuka.

Jennie berjalan mondar-mandir kesana kemari sambil sesekali menyeka air matanya. Tuan dan Nyonya Kim sudah lelah untuk menyuruhnya duduk dan tetap tenang.

Nyonya Jeon terduduk lemas dalam rengkuhan sang suami, merasa amat bersalah karena kurang memperhatikan Yoongi selama ini.

Sementara Jungkook? Adik Yoongi itu terlihat duduk bersandar dengan pandangan kosongnya. Memikirkan keadaan sang kakak, juga memikirkan seorang gadis yang masih terus mengganggu pikirannya hingga kini.

Beberapa menit kemudian, dokter Park Jinyoung keluar dari ruangan itu. Ia memasukkan stetoskop-nya kedalam saku jas putihnya dan mulai berbicara.

Kedua keluarga itu segera menghampiri Jinyoung.

"Apakah selama ini Yoongi-ssi tidak memberitahukan perihal penyakitnya pada keluarganya?"

Semuanya menyernyit. Semuanya bingung mendengar pertanyaan Jinyoung.

"Penyakit?" Tuan Jeon bertanya. "Penyakit apa? Yoongi tidak memberitahukan apapun pada kami."

Jinyoung menghela nafasnya kasar.

"Yoongi mengidap penyakit kanker otak sejak setahun yang lalu." Jinyoung menggeleng pelan. "Kini penyakitnya sudah berada pada stadium lanjut dan aku tak percaya bahwa ia tidak pernah sekalipun mengikuti pengobatan kemoterapi."

Jennie menutup mulutnya dengan telapak tangannya, tidak menyangka bahwa selama ini Yoongi menyembunyikan penyakitnya begitu rapat. Gadis itu menangis.

Nyonya Jeon semakin melemas, namun ia masih sadarkan diri saat Tuan Jeon berusaha menahan tubuhnya agar tidak merosot kelantai.

Tubuh Jungkook bergetar. Ia merasa telah gagal menjadi seorang adik.

Jungkook bahkan mengabaikan setiap panggilan telepon Yoongi sejak kakaknya itu kedapatan sedang berciuman dengan gadisnya.

Jungkook hanya merasa sudah menjadi seseorang yang sangat buruk.


°°


Kedua keluarga itu mengelilingi ranjang Yoongi, sedikit menuntut penjelasan pada pria yang tengah terbaring lemah dengan wajah yang semakin memucat dan selang pernafasan yang masih terpasang dihidungnya.

Yoongi tersenyum tipis.

"Maafkan aku." katanya.

Nyonya Jeon mengusap kepala Yoongi penuh kasih sambil berusaha menahan air matanya yang menggenang.

Ia menggeleng pelan. "Tidak, nak. Ibu yang seharusnya meminta maaf padamu karena belum bisa menjadi seorang ibu yang baik untukmu dan Jungkook."

Nyonya Jeon merasa amat sangat bersalah. Ia seolah menelantarkan anak-anaknya dan lebih sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan yang tidak ada habisnya itu.

Yoongi tersenyum.

"Ibu sudah menjadi seorang ibu yang sempurna untuk kami." ucap Yoongi dengan suara lemahnya. Tangan pucat itu menggenggam tangan sang ibu dan mengecup punggung tangannya.

Yoongi beralih pada Jennie yang berdiri disisi ranjang sebelah kanannya. Ia mengulurkan tangan kanannya, menangkup pipi Jennie dan mengusap aliran air mata sang istri dengan ibu jarinya.

"Berhentilah menangis, heum.. Aku baik-baik saja."

Jennie menatap sendu pada Yoongi yang tengah mengulas senyum tipisnya. Ia hanya tak tahan melihat keadaan Yoongi yang begitu memprihatinkan.

my baby boy | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang