Warning! Mature content.
Diana tentu saja menyadari perubahan sikap Ryan setelah bertemu dengan pria paruh baya yang secara teknis adalah kakeknya. Diana tak mengerti mengapa Ryan tidak memanggil pria itu dengan sebutan seharusnya. Diana juga tak mengerti mengapa pria itu tidak memperlakukan Ryan sehangat hubungan seorang cucu dan kakeknya. Mereka terlihat berjarak dan Diana pun bisa melihat bahwa sesuatu memang terjadi di antara mereka. Meski begitu Diana tidak menuntut lebih lanjut. Itu sama sekali bukan urusannya. Namun perubahan suasana hati Ryan ikut merusak usaha Diana yang mencoba untuk menikmati pesta.
Ryan menjadi diam dan menyebalkan. Dia terlihat sangat dingin dan tidak ramah. Ryan tidak tersenyum atau bahkan tertawa. Padahal atmosfernya lain ketika mereka baru saja tiba di tempat pesta, Diana sangat yakin bahwa Ryan sudah lebih banyak tersenyum dan tertawa ketika mereka tiba.
Sekarang pun, hingga Ryan memarkirkan mobilnya di basement apartemen, tak ada pembicaraan yang berarti. Diana mencoba untuk mendorong Ryan bicara, tapi pria itu seperti sibuk dengan dunianya sendiri hingga tak seorang pun menyentuhnya.
Diana frustasi pada diri sendiri karena tidak mampu menghadapi Ryan.
Ryan masih menggenggam tangan Diana ketika memasuki lift untuk menuju tempat mereka. Genggamannya mungkin hanya bentuk kebiasan baru yang dilakukan pria ini semalaman. Lift ini dingin dan Ryan bersikap lebih dingin daripada ruangan ini. Sekarang Diana mengerti mengapa Angela menyebut Ryan tidak ramah, konvensional, dan tak acuh. Bahkan ketika lift berdenting di lantai mereka, Ryan masih saja diam. Diana hampir membuka mulut untuk mengucapkan salam perpisahan, namun pria itu sudah melepas pegangan tangan mereka dan membuka pintu apartemennya begitu saja tanpa mau menatap Diana lagi.
Ryan bersikap menyebalkan dengan menganggap Diana tak ada di sana.
Dan Diana membenci itu.
Diana mengerti jika masalah pribadi Ryan mungkin terlihat pelik dan Diana tak punya andil apapun untuk ikut campur. Tetapi Diana tak suka dengan perubahan sikap Ryan yang mendadak pada dirinya. Ryan bisa menunjukkan sikap menyebalkannya pada semua orang, tapi Diana tak suka Ryan bersikap demikian seolah Diana orang lain.
Tidak ketika Diana menjadi saksi betapa indah dan menawannya senyum seorang Ryan Archer.
Bibir Diana mengerucut sebal karena Ryan benar-benar tidak acuh padanya. Ryan bahkan tidak mengatakan apapun. Tidak ada terima kasih, atau selamat malam untuk mengakhiri pertemuan mereka hari ini. Bukannya Diana berharap lebih, tapi pria itu menutup pintu apartemennya begitu saja sebelum Diana mencapai pintunya.
Astaga. Persetan saja jika Diana disebut gila hormat, tapi yang satu itu sama sekali tidak sopan.
Ketika sedikit celah tersisa di pintu Ryan, Diana tak bisa lagi menahan dirinya untuk mendorong pintu itu dan merangsek masuk. Diana tak peduli lagi dengan kesopanan. Ryan jelas-jelas lebih tidak sopan dengan mengacuhkannya sepanjang malam.
"Apa yang kau lakukan?" Ryan mengernyit galak. Suaranya berat, tegas, dan sangat dingin. Ryan Archer yang Diana kenal telah pergi entah ke mana. Diana bertanya-tanya jika pria ini mungkin punya kepribadian ganda.
"Harusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan?!" cecar Diana. "Aku tak tahu apakah ini salahku atau apakah sesuatu terjadi, tapi kau bersikap menyebalkan sepanjang malam dengan mengacuhkanku!"
Ketegangan terjadi di antara keduanya sementara raut wajah Ryan sama sekali tidak bersahabat. Diana siap membalas perlakuan tidak menyenangkan Ryan. Saat ini, Diana tak peduli jika Ryan menendangnya ke jalanan malam-malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender of Obsession
RomanceSURRENDER SERIES #3 √ Completed √ ~ Setelah bertahun-tahun Ryan mempertahankan topengnya sebagai sosok yang dingin dan tak acuh, mendadak seluruh dunianya dijungkirbalikkan oleh Diana yang sanggup menghubungkan Ryan dengan masa lalunya. Rasa penasar...