Jangan lupa support dengan vote dan komentar :D
Semoga suka.. :) :)
Kecupan di tengkuk membuat Diana mengernyit dalam tidurnya. Ia mulai mengerjapkan mata untuk memproses sekitarnya, kemudian menyipitkan mata ketika mendapati cahaya yang berhamburan memasuki kamarnya―atau secara teknis kamar tamu rumah keluarga Archer karena Diana teringat bahwa ia tengah berada di belahan dunia berbeda.
Suara lenguhan terdengar di belakang. Diana mengalihkan pandangan ke balik punggungnya di mana seseorang sedang sibuk menggeranyangi tubuhnya. Siapa lagi jika bukan Ryan? Pria itu tengah memejamkan matanya, namun Diana tak yakin jika pria itu sedang tidur. Tidur macam apa yang masih bisa menyematkan ciuman-ciuman ke sekujur tubuhnya? Tetapi demikian, Diana sama sekali tidak mengeluh. Ia justru tersenyum seraya menikmati ciuman-ciuman mesra yang membuat pagi harinya terasa semakin baik. Ia membiarkan dirinya hanyut lebih dalam ke pelukan Ryan.
"Apa yang kau lakukan di sini?" bisik Diana. "Kamarmu di sebelah."
Ryan tertawa pelan. Mata gelap Ryan perlahan terbuka. Mereka bertemu tatap selama beberapa detik nan intens. Ryan memajukan wajahnya demi meraup bibir Diana di pagi hari. Memberi ciuman pagi yang mesra dan penuh cinta. "Selamat pagi, Diana."
"Kau menyelinap ke kamarku," tuduh Diana lagi. Meski sebenarnya, ia tak mengeluh dengan ini, tapi Diana cukup tahu di mana ia berada sekarang. Diana tak mau menciptakan citra jelek tentang dirinya dan Ryan karena bermesraan di ranjang sama sebelum mereka resmi menikah. "Tuan rumah yang tidak sopan," cibir Diana.
Ryan tergelak atas cibiran Diana. Namun pria itu tidak serta merta beringsut dari sisi Diana, justru semakin mengeratkan pelukan dan menghirup aroma tubuh Diana dalam-dalam. "Aku benci berpisah denganmu. Rumah ini sekarang terasa sangat tidak menyenangkan. Kita harus berpisah ranjang. Setelah bermalam-malam kita tidur bersama, kamarku sejak berumur empat belas rasanya sangat kosong. Aku tak mengerti bagaimana selama ini aku bisa tidur di sana, sebelum bertemu denganmu."
Diana meraup wajah Ryan. Mata Ryan terbuka lebar dan selama beberapa waktu, mata dengan cahaya dalam itu mampu mengisap Diana ke dalam diri Ryan. Bagaimana tatapan itu mampu mendamaikannya. Bagaimana sentuhan Ryan mampu menarik Diana lebih dalam. Diana tahu bahwa ia memang sangat mencintai Ryan. Seluruh kebersamaan ini terasa pas dan benar. "Bagaimana jika ayahmu memergoki kita? Aku bisa sangat malu."
Ryan mengusap pipi Diana yang panas. "Siapa yang peduli? Aku dan Emily ada sebelum ibu kami sempat menikah."
Diana memutar mata. Ia mengerti konsep itu praktis dianggap bebas di sini. Hanya saja, Diana ingin menimbulkan kesan baik pada Tuan Archer sebagai tuan rumah. Jadi, Diana menantang Ryan supaya pria itu berhenti dengan ini―setidaknya, untuk sementara waktu, hingga mereka berada di tempat yang lebih aman. "Oh, jadi... kupikir kau mau melakukan itu? Seks? Sekarang? Apa kau tidak bisa mengendalikan hormon pagi harimu? Hm?" tanya Diana seraya mengalungkan lengan ke leher Ryan.
Ryan membelalak akan tantangan Diana. Wanita itu jelas tahu kelemahan Ryan dan tahu bahwa Ryan bisa mengupayakan banyak hal supaya membuat Diana tetap utuh sampai mereka resmi bersuami-istri. Ryan menggeram sebelum beringsut dari posisinya. Tidak lupa menyematkan kecupan di dahi Diana. "Oke, kau menang. Padahal aku sangat yakin bahwa tidak seorang pun bisa memergoki kita."
Kemudian, seperti sudah direncanakan, pintu kamar tiba-tiba terbuka, menampakkan Emily yang baru saja selesai mandi karena rambut hitam bobnya kini rapi dan setengah basah. "Ups..." Emily buru-buru menutup pintu lagi. Ryan dan Diana berpandangan sesaat.
Diana menaikkan alis sebagai isyarat, apa kubilang.
Ryan hanya memutar mata dan bangkit dari ranjang. Satu hal yang Diana syukuri, Emily tidak menemukan keduanya berciuman atau lebih parahnya telanjang. Terima kasih, Tuhan, baik Diana maupun Ryan selalu bisa mengendalikan diri dengan berpakaian lengkap ketika tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender of Obsession
RomanceSURRENDER SERIES #3 √ Completed √ ~ Setelah bertahun-tahun Ryan mempertahankan topengnya sebagai sosok yang dingin dan tak acuh, mendadak seluruh dunianya dijungkirbalikkan oleh Diana yang sanggup menghubungkan Ryan dengan masa lalunya. Rasa penasar...